Join

1.8K 308 0
                                    

Suasana disini begitu mencekam, tak ada yang berani berbicara sepatah katapun. Hanya tunduk patuh dengan apa yang ada di depan mereka.

"Akhhh... My Lord, itu bukan salahku, sungguh. Mudblood kotor itu. Itu salah Mudblood kotor itu. " Draco meringis kecil melihatnya. Salah seorang pelahap maut tengah mempertanggung jawabkan perbuatannya di depan Lord nya. Voldemort terus-menerus menghujaninya dengan kutukan yang sebagian besarnya Draco yakini bahwa itu sihir yang benar-benar gelap.

"Dan jika kau yakin bahwa seperti itu, setidaknya mari kita anggap begitu. Kau-telah-membiarkannya- mengendalikanmu. Dan sekarang kau harus membayar perbuatanmu sendiri, " ujar Voldemort penuh penekanan dan masih mempertahankan kesopanannya.

Draco tetap diam tak bergeming melihat pemandangan di depannya.

Setelah beberapa menit puas melihat penyihir yang sudah tidak berdaya di hadapannya, Voldemort akhirnya berhenti dan menyuruh peri rumah untuk membantu penyihir itu pergi dari hadapannya.

"Terima kasih atas kebaikanmu My Lord. Saya tidak-"

"Avada Kedavra." Sebuah kilatan cahaya berwarna hijau bergerak cepat dan menghantam dada pelahap maut itu. Menepuk pelan dan mengambil kehidupannya.

"Seperti aku akan mentolerir kesalahan fatal seperti itu," ucap Voldemort angkuh.

Setelah Peri rumah menyingkirkan tubuh yang tak bernyawa itu, Voldemort pun mengalihkan perhatiannya pada pemuda pirang platina yang sedari tadi terlihat tak nyaman menyaksikan kejadian barusan.

"Draco, mengapa kau tidak melakukannya?" Suara Voldemort mengalir halus terdengar.

"I-i'm sorry, my Lord." Mengetahui bahwa seluruh atensi Dark Lord itu kini ada padanya, Draco me-
nunduk gelisah.

"Apakah kau kira kata maaf bisa membantu?" Lord Voldemort kini berjalan mengililingi Draco.

"Tolong beri dia satu kesempatan lagi, My Lord." suara Lucius tiba-tiba terdengar.

"Satu kesempatan?" Voldemort berbalik menatap Lucius.

"Yes, my Lord. Akan kupastikan kali ini Draco takkan gagal." Lucius berusaha meyakinkan tuannya itu.

"Karena kau sudah berkontribusi besar dengan para pasukan death eaters lain, akan ku berikan satu tugas lain untuk Draco. Ini benar-benar tugas yang sangat mudah. Sangat-sangat mudah."

---

Aqua sedang melahap sosisnya sampai Harry, Ron, dan Hermione datang kemudian duduk di sampingnya.

"Kau pasti takkan percaya ini Qu, you know what? Kami mengalahkan Slytherin 100-50 kau tahu? Rasakan itu." Ron mulai berceloteh dengan mulut penuh makanan itu.

"Congrats guys."

Ron sempat kaget mendengarnya.

"What? Am i wrong? " Tanya Aqua.

"No, you're not. I mean, kau tahu, akhir-akhir ini kami agak mendapatimu agak dekat dengan Malfoy. Just.... "

Aqua menghela napas pelan, "Merlin Ron, hanya karena itu? Malfoy and i just.... friends. He's nice, i thought and yeah, just it. I'm Hufflepuff, right? Kau tidak akan berpikir bahwa aku akan berubah kan?"

Ron tertawa canggung, "Of course you are. I no doubt about it. Just, kau tahu, make all the things is clear,"

Aqua tersenyum menanggapinya.

Harry tiba-tiba memanggilnya. "Qu, we have something to discuss,"

Harry beserta Ron dan Hermione membawanya ke atas menara astronomi.

"Muffliato," Hermione merapalkan mantra agar tidak ada yang bisa memdengar percakapan mereka.

"Qu, do you mind to join with us?" ucap Harry to the point.

"Wait a minute. Apa maksud mu Harry? "

Harry terlihat tidak yakin mengatakannya.

"Kami bertiga akan mulai mencari horcrux, " ucap Hermione akhirnya.

Aqua menatap Hermione aneh, "Horcrux? Apa itu?"

"Semacam sihir gelap untuk menaruh sebagian jiwa ke dalam suatu objek. And Voldemort made it. Voldemort berhasil memecah jiwanya dalam beberapa bagian dan menaruhnya dalam objek yang dapat diyakini apa saja."

"Dan dia berhasil membuat tujuh. Bisa kau bayangkan Qu? Tujuh! No comment," tambah Ron.

Hermione berdecak. "Terima kasih untuk penjelasan nya, Ron. Okay, we need to destroy horcrux if we want beat You-Know-Who."

"You in?"

Aqua mengangguk. "Great. So, mulai dari mana kita?"

Hufflepuff's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang