Jealous

1.8K 263 45
                                    

Aqua duduk gelisah dengan Voldemort disampingnya. "Voldemort! Mengapa kau tak bilang padaku bahwa gaun berwarna hitam yang harus ku kenakan malam ini?!" Omel Aqua yang merasa tak nyaman karena terus menjadi objek perhatian seluruh audience sedari tadi.

Dahi Voldemort berkerut tidak suka. "Bukan warna hitam. Warna gelap. Tidakkah kau lihat juga banyak wanita-wanita dan gadis-gadis sepertimu yang memakai gaun berwarna selain hitam?"

Aqua kembali memberengut. "Ya, warna gelap. Kenapa kau tidak memberitahuku?" ulangnya lagi.

"Seharusnya kau bisa tahu ciri khas para pelahap maut." Sahutnya lagi sekenanya.

Aqua memberengut kesal. "Harusnya kau juga tetap bilang padaku."

Voldemort tidak mengindahkan ucapan Aqua barusan dan tetap melihat ke arah para pelahap mautnya dengan tatapan dingin seolah-olah apabila ada dari salah satu dari mereka melakukan kesalahan, ia akan langsung segera mengutuknya.

Kini Aqua hanya duduk dan memandang ke seluruh aula dengan tatapan nyalang. Berharap tidak ada lagi pelahap-pelahap maut yang akan mengajaknya berdansa. Ia benar-benar lelah karena harus menyanggupi semua ajakan dansa mereka semua. Emm, tidak semua juga sebenarnya. Hanya para pelahap maut yang sudah mendapat izin dari Voldemort yang bisa mengajaknya berdansa.

Tak terhitung, okay itu terlalu berlebihan. Sekitar kurang lebih 9 kali ia sudah berdansa dengan para pelahap maut itu, termasuk dengan Draco.

Well, sebenarnya Draco sempat mengajaknya berdansa 2 kali tetapi ia di tolak oleh Voldemort. Jadi di sanalah Draco berada. Melihati Aqua dengan tatapan siap siaga apabila ada ular lain yang ingin mendekati kekasih oh bukan, teman dekatnya maksudnya :)

Aqua masih terdiam duduk di tempatnya sampai datanglah seorang pelahap maut muda yang memiliki cukup keberanian untuk menghampiri mereka berdua.

"My Lord, maafkan aku untuk menyita waktumu sebentar. Bolehkah saya membawa Miss Alseena untuk berdansa bersama saya?" Ujarnya pada Voldemort dengan kehati-hatian.

"Tentu saja Ilidio." Ucapnya yang kemudian melihat Seena seolah mengatakan "cepat sana."

Aqua menghembuskan napas pasrah. Pelahap maut yang bernama Ilidio itu kemudian berjalan pelan ke arah Aqua dan membawanya ke lantai dansa.

"Alseena. Bolehkah aku memanggilmu begitu?" Tanya pria di depannya.

Aqua tersenyum singkat. "Tentu saja."

Ilidio ikut tersenyum. "Kau pelajar tingkat 6 di Hogwarts bukan?" Tanyanya lagi.

"Iya. Kalau kau?"

"Aku juga lulusan Hogwarts. Sekitar 2 tahun yang lalu kalau tidak salah."

"Benarkah? Well, kalau begitu usia kita tidak terpaut jauh kelihatannya."

"Ya. Omong-omong apakah kau tahu apa penanak nasi itu?"

Aqua berjengit kaget. "Maaf, penanak nasi?"

Ilidio mengangguk. "Saat aku di London, aku pernah melihat banyak muggle yang berlomba-lomba untuk mendapatkan sesuatu yang bernama rice cooker itu. Apa itu semacam sapu terbang?" Lanjutnya lagi.

Aqua terkekeh geli. "Tentu saja bukan. Itu salah satu alat elektronik untuk memasak nasi. Bukan sapu terbang. Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?"

Ilidio ikut tertawa. "Well, di sini terkadang juga melakukan perlombaan seperti itu dan hadiahnya kebanyakan sesuatu yang bisa membuatmu bepergian, kau tahu."

"Seperti sapu terbang yang kau bilang tadi?" ucapnya terkekeh pelan.

Ilidio menampakkan wajah datarnya. "Ya ya ya. Aku kan tidak tahu, makanya aku bertanya."

Aqua semakin terkekeh geli. "Oh ya, kau bilang kau pernah ke London kan? Apa kau sudah pernah naik London Eye?"

"Maksudmu benda seperti kincir angin raksasa itu?" Ilidio menggeleng. "Itu benar-benar tinggi sekali. Lagipula tak ada yang tau kapan kincir angin itu akan jatuh. Kudengar-dengar tinggi nya bahkan mencapai 135 meter bukan?"

"Iya. Tapi tetap saja kau bisa melihat pemandangan seluruh Kota London dari sana. Kau harus coba menaikinya nanti." Sahut Aqua yang melihat raut muka Ilidio dengan geli.

"Well, mungkin aku akan mencoba menaikinya kalau begitu." Tutup Ilidio sembari tersenyum menyudahi dansa yang berlalu singkat sekali bagi Aqua.

"Sudah selesai?" Gumam Aqua yang juga balas tersenyum dan menerima sambutan tangan Ilidio untuk mengantarkannya kembali pada tempatnya tadi.

"Apakah bagus?" Voldemort memulai pembicaraan.

"Maksudmu?"

"Kulihat kau begitu bersemangat saat bersama Ilidio tadi. Aku hanya ingin mengigatkan bahwa ada seorang Malfoy muda yang setia menunggumu di pojok sana seperti idiot sejati." Terang Voldemort jelas.

Aqua mengalihkan perhatiannya pada arah yang ditunjuk Voldemort tadi. Mata Draco dan Aqua pun bertemu.

"Aku permisi sebentar." Pamitnya pada Voldemort dan langsung menghampiri Draco di pojok sana.

"Draco," panggil Aqua sesampainya di depan Draco.

"Menikmati waktumu?" Sahut Draco yang menekuk wajahnya.

Aqua melihat Draco geli. "Oh, apakah seorang Draco Malfoy baru saja cemburu padaku?"

Draco semakin menekuk wajahnya dalam-dalam.

"Heii jangan cemberut dong. Senyum ayoo." Kedua tangan Aqua menarik kedua sudut bibir Draco sehingga membuat wajahnya terlihat lucu.

Draco menghela napasnya mengalah karena tingkah Aqua padanya. "Baiklah. Lain kali jangan begitu lagi ya."

Aqua mengecup pipi Draco singkat "Tentu saja."

Hufflepuff's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang