satu vomment mu sangat berharga bagi kami, wahaaai readeerSejeong membuka-buka buku agenda itu. Sekilas tidak ada yang berbeda dengan buku agenda-agenda yang lain.
Isinya beberapa catatan kuliah, dan jadwal. Selebihnya dibiarkan kosong.
Dia, 702 itu mengambil kelas malam untuk kuliahnya, dimulai sekitar jam 6 sore.
Memang ada kelas seperti itu, biasanya yang mengambil kebanyakan orang yang sibuk bekerja di siang hari, tetapi sambil tetap ingin melanjutkan kuliah.
Sejeong manggut-manggut. Pantas saja laki-laki itu baru akan meninggalkan apartemennya menjelang petang. Tapi apa dia bekerja ?
Lalu dia menemukan sebuah gambar. Gambar yang aneh – dan seram.
Di balik nya ada tulisan tangan dengan tinta hitam.
Ibuku menelepon lagi, tapi kuabaikan.
Apa aku sangat jahat?
Dia merindukan aku, lalu kenapa?
Ayah dalam kondisi kritis,
tapi, sekalipun Ayah meninggal
Aku tidak akan meneteskan air mata
Sejeong seketika menutup agenda cokelat itu cepat. Dia melotot panik, menutup mulutnya. Terdiam.
Apa aku boleh membaca ini???
...
Sejeong sengaja tinggal di kampus sampai waktu malam hari. Dia berkeliling ke perpustakaan fakultas nya sambil matanya awas melihat kesana kemari.
Hanya ada beberapa orang, mungkin yang sekedar singgah menunggu kelas malam, atau benar-benar belajar dan membaca buku, atau mengerjakan tugas.
Tapi Sejeong tidak termasuk ketiganya.
Linguistic and Classic Literature, Sejeong tahu, program studi itu ada di fakultas yang sama dengan program studi milik Sejeong, Fakultas Humaniora. Sejeong sendiri mengambil program studi jurnalistik.
Harusnya jika laki-laki itu mengambil kelas dengan jam normal, dapat dipastikan Sejeong akan sudah lama kenal dengan orang ini.
Sejeong menghela napas, matanya masih melihat di sekelilingnya.
Siapa tahu ada sosok familiar itu. Yah, Meskipun kemungkinannya tidak sampai sepuluh persen tapi siapa –-
Itu dia.
YOU ARE READING
Two is Better than One
Fanfiction"Jika kau tidak mau membuka hatimu, aku akan menerobos masuk," Cover by : Zeustoshid