Bab 8 - Dia Mencuri Apelku !

646 133 62
                                    

"When you love someone, just be brave to say

That you want him to be with you,"

-Endah and Rhesa, To be With You-




Sejeong mematung -- menatap horror pada sosok laki-laki itu, yang beringsut bangkit, duduk bersandar pada sandaran ranjang rumah sakit.


Lalu pandangannya beralih pada tangan besar – yang masih menggenggam pergelangan tangannya.


"Apa? Kenapa melihatku seperti itu?" Laki-laki itu berbicara ketus.


Oke, setelah sekian lama tertidur, ternyata kepribadiannya sama sekali tidak berubah.


Sejeong meringis, mengulum senyumnya. Melihat laki-laki yang didepannya itu sedang menatap nya tajam.


"Eh?" Air mata Sejeong tiba-tiba keluar lagi. Keluar dengan sangat banyak. Hanya mengucur keluar tanpa suara isakan, entah apa yang dirasakannya sekarang. Perempuan itu sampai kewalahan menyeka air matanya dengan tangan kirinya yang bebas.


"Kenapa menangis?" laki-laki itu bertanya lagi, datar.


"Nggak tahu . . . . ini . . . tidak bisa berhenti keluar," Sejeong terbata-bata. Punggungnya sudah naik turun, berguncang.


Laki-laki itu berdecak, memutar bola matanya malas. Dia benci menenangkan perempuan yang sedang menangis. "Sini, mendekat,"


Sejeong patuh, dia perlahan berjalan mendekati sosok itu. Tiba-tiba laki-laki itu melepas genggamannya dan merentangkan tangan tanpa suara. Lalu memeluk Sejeong yang masih terus menangis.

Bukannya tenang, Sejeong malah terisak lebih keras. Doyoung mengernyit heran, alisnya berkerut, "Kenapa tangisanmu malah jadi lebih keras?"


Perempuan itu menggeleng-geleng – entah apa artinya. Dia semakin menunduk, menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher Doyoung. Punggungnya bergetar hebat. 

Lengannya yang kecil melingkari tubuh Doyoung – meremat pelan bagian belakang kemeja pasiennya. Bisa dirasakan Doyoung, kerah bajunya sekarang sudah sangat basah.


Doyoung tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia bingung, jadi dia hanya diam menepuk-nepuk pelan punggung perempuan ini tanpa bicara.


"Sudah ya, Aku sudah baik-baik saja, jangan nangis lagi," Doyoung mengelus pelan punggung Sejeong yang bergetar sambil sesekali menepuk-nepuknya pelan.


Hati Doyoung perlahan menghangat, dia merasakan desiran aneh di dadanya. Seingatnya, ia tidak pernah diperhatikan seseorang sampai seperti itu. Ini pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang begitu peduli padanya.


Dia tidak bodoh, dia tahu perempuan ini sangat-sangat khawatir padanya. Dia dapat merasakannya.

Two is Better than OneWhere stories live. Discover now