"If life is a movie, you're the best part"
-Daniel Caesar, Best Part-
"Menurut penelitian, orang dengan penyakit kejiwaan mempunyai tingkat intelegensi lebih tinggi,"
Sejeong, yang baru saja selesai memperbaiki alis dan mulai memakai mascara-nya mengernyit heran. Lalu menoleh.
Di belakangnya, laki-laki yang hanya memakai celana selutut dan kaus longgar itu masih berbaring tertelungkup di atas kasur sambil memeluk gulingnya.
Ini masih pagi, dan laki-laki ini sudah berbicara hal-hal aneh.
"Ngelindur ya?" Sejeong mendengus, lalu berbalik - kembali mematut dirinya di depan kaca. "Sinting,"
"----- Bagian otak yang berfungsi mengatur kehidupan sosial jarang digunakan oleh orang cerdas." Doyoung masih menggumam dengan suaranya yang serak khas orang bangun tidur ---- bahkan matanya masih tertutup. "Alhasil, mereka mempunyai energi lebih untuk dialihkan fungsinya. Pengalihan fungsi tersebut memungkinkan mereka untuk berpikir, berkonsentrasi, dan memecahkan persoalan rumit ---"
"Ttoki, apasih!"
Sejeong memotong kalimat Doyoung cepat, merasa gusar. Sejeong sudah tau kok, kalau Doyoung pintar, Doyoung jenius. Dia masih jadi mahasiswa magang departemen journal and research yang paling diandalkan oleh professor-professor humaniora - bahkan dengan perangainya yang cenderung aneh dan kasar. Sejeong tahu itu.
Lalu kenapa dia harus mendengar ocehannya tentang inteligensi dan penyakit jiwa se-pagi ini?
"Aku cuma mau bilang, Se-sinting apapun dirimu, aku tetap cinta,"
Sejeong menghentikan aktivitasnya sebentar, kemudian memutar kedua bola matanya. "Nggak ada korelasinya!"
Kenapa akhir-akhir ini Doyoung jadi bertambah cringe? Sejeong sampai pusing sendiri meladeni tingkah-tingkahnya yang ajaib.
"Hari ini kamu nggak ada acara kemana-mana sebelum sore?" Sejeong mengalihkan pertanyaan.
Doyoung menggeliat - tapi masih belum ada keinginan untuk beranjak dari kasur, "Ada satu mata kuliah, tapi agak siang, sekarang masih pengen tidur,"
Sejeong mengedikkan bahu. "Terserah-lah,"
"You're change a lot, dear, jadi lebih sassy," kata Doyoung tiba-tiba secara random, entah darimana asalnya.
Sejeong menaikkan alis. Dahinya berkerut. "Benarkah? Aku tidak sadar,"
Mungkin maksud Doyoung kepribadian Sejeong sedikit-banyak agak berubah semenjak beberapa pekan yang lalu --- tepatnya peristiwa malam natal itu. Jadi lebih impulsive, dan apa-adanya. Tidak lagi menyembunyikan emosi-emosinya.
Semua juga kembali seperti semula. Mereka kuliah di pagi hari ---- dan menjalankan aktivitas seperti biasa.
Itu artinya tidak ada yang perempuan ini sembunyikan darinya lagi, kan?
YOU ARE READING
Two is Better than One
Fiksi Penggemar"Jika kau tidak mau membuka hatimu, aku akan menerobos masuk," Cover by : Zeustoshid