Bab 30 - Second Wish

923 111 30
                                    

"If life is a movie, you're the best part"

-Daniel Caesar, Best Part-


"Menurut penelitian, orang dengan penyakit kejiwaan mempunyai tingkat intelegensi lebih tinggi,"


Sejeong, yang baru saja selesai memperbaiki alis dan mulai memakai mascara-nya mengernyit heran. Lalu menoleh.

Di belakangnya, laki-laki yang hanya memakai celana selutut dan kaus longgar itu masih berbaring tertelungkup di atas kasur sambil memeluk gulingnya.

Ini masih pagi, dan laki-laki ini sudah berbicara hal-hal aneh.

"Ngelindur ya?" Sejeong mendengus, lalu berbalik - kembali mematut dirinya di depan kaca. "Sinting,"

"----- Bagian otak yang berfungsi mengatur kehidupan sosial jarang digunakan oleh orang cerdas." Doyoung masih menggumam dengan suaranya yang serak khas orang bangun tidur ---- bahkan matanya masih tertutup. "Alhasil, mereka mempunyai energi lebih untuk dialihkan fungsinya. Pengalihan fungsi tersebut memungkinkan mereka untuk berpikir, berkonsentrasi, dan memecahkan persoalan rumit ---"

"Ttoki, apasih!"

Sejeong memotong kalimat Doyoung cepat, merasa gusar. Sejeong sudah tau kok, kalau Doyoung pintar, Doyoung jenius. Dia masih jadi mahasiswa magang departemen journal and research yang paling diandalkan oleh professor-professor humaniora - bahkan dengan perangainya yang cenderung aneh dan kasar. Sejeong tahu itu.


Lalu kenapa dia harus mendengar ocehannya tentang inteligensi dan penyakit jiwa se-pagi ini?


"Aku cuma mau bilang, Se-sinting apapun dirimu, aku tetap cinta,"


Sejeong menghentikan aktivitasnya sebentar, kemudian memutar kedua bola matanya. "Nggak ada korelasinya!"


Kenapa akhir-akhir ini Doyoung jadi bertambah cringe? Sejeong sampai pusing sendiri meladeni tingkah-tingkahnya yang ajaib.


"Hari ini kamu nggak ada acara kemana-mana sebelum sore?" Sejeong mengalihkan pertanyaan.

Doyoung menggeliat - tapi masih belum ada keinginan untuk beranjak dari kasur, "Ada satu mata kuliah, tapi agak siang, sekarang masih pengen tidur,"

Sejeong mengedikkan bahu. "Terserah-lah,"

"You're change a lot, dear, jadi lebih sassy," kata Doyoung tiba-tiba secara random, entah darimana asalnya.

Sejeong menaikkan alis. Dahinya berkerut. "Benarkah? Aku tidak sadar,"


Mungkin maksud Doyoung kepribadian Sejeong sedikit-banyak agak berubah semenjak beberapa pekan yang lalu --- tepatnya peristiwa malam natal itu. Jadi lebih impulsive, dan apa-adanya. Tidak lagi menyembunyikan emosi-emosinya.


Semua juga kembali seperti semula. Mereka kuliah di pagi hari ---- dan menjalankan aktivitas seperti biasa.


Itu artinya tidak ada yang perempuan ini sembunyikan darinya lagi, kan?


Two is Better than OneWhere stories live. Discover now