Bab 15 - Ayo pulang, bersamaku

807 138 53
                                    

"Your large eyes, your trembling voice,

Even now they are close by my heart,"

-Kawaranai mono-




Mata itu mengerjap pelan. Perlahan kelopaknya terbuka.


Laki-laki itu mengernyit ketika cahaya matahari berbondong-bondong masuk menerobos retinanya. Butuh waktu beberapa saat sampai dia bisa menyesuaikan dengan cahaya-cahaya disekelilingnya.

Sekarang mata itu sudah terbuka sempurna.


Dalam diam dia mengedarkan pandangannya ke sekeliliing ruangan putih itu. Masih sama. Bau antiseptik dan obat-obatan itu masih dapat ia cium.


Jendelanya sedikit terbuka, menampakkan semburat cahaya matahari pagi yang belum terlalu terik.


Doyoung mencoba untuk bangkit, sambil sesekali meringis merasakan sakit yang menyerang kepalanya dan tubuhnya.


Dia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam. Dia meraba keningnya. Ah, plester demam itu masih menempel.


Sepi melanda, hanya ada dirinya sendiri didalam ruangan itu.


Perempuan itu . . . . Dia pergi kemana?


Doyoung mengucek-ucek matanya. Rasanya matanya bengkak, sembab dan sulit sekali terbuka.


Berapa lama aku menangis semalam?


Doyoung menghela napas panjang. Tiba-tiba perutnya berbunyi.


Ah, aku lapar.



"Sudah bangun?"


Doyoung menolehkan kepalanya ke arah suara. Matanya membulat melihat seorang perempuan mengenakan long coat warna cokelat berdiri di dekat pintu sambil menenteng beberapa bungkusan.


Mata perempuan itu juga sembab. Seperti habis menangis semalaman. Rambutnya juga acak-acakan.


Dia berjalan mendekat dan meletakkan bungkusannya ke meja dekat ranjang Doyoung.


"Masih pusing?" Tanyanya pelan. Doyoung menggeleng.


Perempuan itu mendekat. Lalu menarik plester demam Doyoung pelan, dan meletakkan punggung tanganya ke dahi Doyoung. "Panasmu sudah turun, syukurlah,"


"Makan, ya? Aku beli sup ayam di kantin, aku beberapa kali makan ini dan rasanya enak," Ujarnya sambil tersenyum kecil.


"Kau pasti lapar," Perempuan itu membuka bungkusannya, dan menaruh supnya ke mangkuk telaten. Bau kaldu dan rempah-rempah menguar perlahan, membuat selera makan Doyoung bangkit.

Two is Better than OneWhere stories live. Discover now