I have these lucid dream where I can't move a thing
Thinking of you in my bed
You were my everything
Now, I'm just better off dead
-Lucid Dream-
Sejeong menghela napas. Dia melirik penunjuk waktu yang ada di ponselnya. Pukul tiga sore.
Sudah sepuluh menit dia berdiri di sini ---- di depan apartemennya Doyoung.
Dia sudah janji akan pulang menghabiskan malam natal dengan laki-laki itu, maka sekarang pun dia disini.
Tapi entahlah, untuk membuka pintu apartemennya dan melangkah masuk rasanya sulit sekali.
Pikiran Sejeong berkecamuk.
Terlebih dari kemarin dia tidak membalas pesan Doyoung. Doyoung juga tidak mengirimkan pesan lagi semenjak malam itu.
Harusnya baik-baik saja, iya kan?
Selama Laki-laki itu tidak tahu, tidak akan jadi masalah.
Dia mengusap tengkuknya sendiri. Di sana ia merasakan ada daerah yang berbeda, permukaan kulitnya seedikit kasar. Sejeong meringis. Rasanya seperti terbakar.
Sejeong menghela napasnya yang terasa berat. Tangannya mulai bergerak memencet kombinasi password pintu apartemen. Lalu perlahan membuka kenopnya.
Gelap. Tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.
"Doyoung?" Suara Sejeong tercekat di tenggorokan. Dia mulai melihat keadaan sekitar di sela-sela kegelapan.
Doyoung dimana? Dia pergi?
Perlahan dada Sejeong terasa nyeri. Ada yang salah disini. Ada yang salah.
Dia memeriksa ponselnya dengan tangan bergetar.
Tetap tidak ada pesan dari Doyoung, tapi ada sebaris pesan lain yang membuat dadanya bergemuruh.
Ten
Jeong, ada masalah apa? Doyoung kemarin mencari kontak Wonwoo
YOU ARE READING
Two is Better than One
Fanfic"Jika kau tidak mau membuka hatimu, aku akan menerobos masuk," Cover by : Zeustoshid