Bab 11 - It's Time to Stop

633 123 25
                                    

"The more I want you, my reality is getting heavy"

-NCT 127, No longer-




Doyoung membaca-baca bukunya ketika seseorang masuk ke dalam kamarnya.


Doyoung menoleh, lalu menarik ujung bibirnya, tersenyum kecil, menyapa seseorang yang datang.

"Sore, Doyoung-ssi, hari ini ada pemeriksaan harian," itu suster Hwang – wanita usia tiga puluhan yang ramah, yang memang biasa datang memeriksa Doyoung, menyapanya dengan membawa peralatan-peralatannya.

Suster itu memeriksa beberapa hal – denyut nadi, tensi darah, temperatur suhu tubuh.


"Kau tidak pernah sakit perut lagi, kan?" tanya Suster itu sambil memeriksa tensi Doyoung.


Doyoung menggeleng.


"Ototmu? Bagaimana?"


Wajar saja Suster itu menanyakan hal-hal itu – Doyoung tertidur hampir seminggu. Pasti dia harus melatih otot-ototnya yang kaku agar bisa beraktifitas seperti biasa.


"Pemeriksaan fisikmu bagus," Suster itu tersenyum ramah. "Besok pemeriksaan terakhir, kan?"


Doyoung mengangguk.


"Semoga luka hatimu juga cepat membaik,"


Doyoung mengernyit, tidak paham dengan maksud perkataan wanita ini. "Maksud anda?"


"Tidak apa-apa, aku hanya ingin mendoakanmu," wanita itu terkekeh. "Untuk pemeriksaan psikologis selanjutnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dokter Lee Taeyong,"


Doyoung menghela napas lega, setidaknya Taeyong tidak jadi mengalihkan tugasnya ke dokter perempuan yang bau itu.

Oh ya, selain Taeyong menjalankan kliniknya sendiri, dia juga terdaftar menjadi salah satu dokter di divisi psikiatris rumah sakit universitas ini.


"Oh, iya, ini aku bawakan selimut milikmu, sudah habis di laundry," Suster itu  tiba-tiba sudah membawa selimut yang dilipat rapi ditangannya. Menepuk-nepuknya pelan.

Doyoung menaikkan alisnya, seingatnya dia tidak pernah punya selimut, atau barang-barang apapun yang warnanya mencolok semacam itu, "Selimut apa? itu bukan milikku,"

"ini, kau datang dengan selimut itu waktu itu, di UGD, aku ingat sekali selimut oranye angry bird itu sangat mencolok di sekitar ruang UGD yang didominasi warna-warna putih dan turqoise, tapi tentu saja kita tidak bisa menggunakannya ketika operasi, bukan?" Suster itu tertawa kecil. Memamerkan senyumannya yang cantik. Meskipun sudah mencapai usia pertengahan, suster itu tetap punya aura cantik yang memancar.


Doyoung tersenyum simpul. Ah, pasti dia, perempuan bodoh pelaku dibalik selimut oranye mencolok itu.

Two is Better than OneWhere stories live. Discover now