Bingung - Andra Altarga Febrian

26 2 0
                                    

Andra POV.

Mungkin bagi sebagian orang menganggap gue orang yang dingin, irit ngomong, cuek, gak asik.

Dan diri gue sendiri pun mengiyakan bahwa gue begitu.
Tapi sebagian diri gue sendiri bilang bahwa gue gak begitu.

Sebenenya gue bukan orang yang irit ngomong, gue cuman males ngomong untuk hal yang gak penting.

Sebenernya gue gak dingin, karena gue bukan es batu.

Sebenernya gue bukan cuek, tapi gue orang yang cukup gengsi an.

Yang terakhir, katanya gue gak asik. Emang gimana buat jadi orang yang asik?

Gue suka bagaimana orang lain dapat membuat gue menunjukkan diri gue sebenarnya.

Diri gue yang banyak omong, gak gengsi, asik.

Sekalipun itu Bastian kakak gue.. gue gabisa untuk menjadi diri gue sendiri di hadapannya.

"Sok misterius lo."

"Kenapa sih? Gue tau deh lo tuh asik."

"Sama abang sendiri, gitu banget lo curut."

Sekalipun Bastian ledek gue sampe mulut nya berbusa, gue tetap gak bisa. Lucu ya gue.

Semoga ya Bas, curut ini bisa secepatnya memperlihatkan diri nya sendiri setelah bertemu sosok perempuan yang berhasil membuat gue berubah.

Mereka bilang....
"Jangan mau jadi orang lain, harus jadi diri sendiri."
Disaat sebenernya mereka sulit juga untuk menjadi diri sendiri. Jadi, seharusnya lo bilang begitu ke diri lo sendiri terlebih dahulu.

Entah apa yang membuat gue jadi segila ini untuk senyum senyum sendiri cuman karena liat dia disebrang sana.

Saat gue pertama kali ketemu dia sampai sekarang gue memandanginya dari jauh, gak ada yanh berubah.

Matanya yang seolah selalu bersinar ketika dia berbicara bersama orang lain, mulutnya yang seolah gak pernah lelah buat senyum dan ketawa, semua nya.. gak berubah.

Hingga gue pun gak berubah untuk tetap menyukainya.

Waktu itu... gue anter dia pulang setelah gue mengantar Fahri pulang. Kalau lo tau ya Mil, gue gugup. Entah karena apa.

Padahal saat biasanya gue anter perempuan, gue akan biasa aja, malah gak merasakan apapun.

Disaat perempuan yang gue anter lupa bilang terimakasih cuman karena gue diam selama perjalanan dan cuek. Tapi lo, bilang terimakasih saat itu.

Lo bilang itu sampai ketika gue pulang, kata kata itu masih terngiang di kepala gue.

Padahal cuman sebatas lo bilang "eum... makasih, adiknya kak bastian."

Saat itu gue terdiam hingga gue lupa untuk menjawabnya, hanya karena otak gue nge blank karena mendengar kata kata itu keluar dari mulutnya.

Sebelumnya gue terlihat dan terdengar marah karena menunggu Bastian selesai pertandingan. Namun semua itu hilang karena saat mata gue dan dia bertemu untuk pertama kalinya.

Kebalikannya saat itu gue ingin berterima kasih kepada Bastian karena membuat gue dan dia bertemu.

Matanya yang seolah bingung kenapa gue menatapnya seperti gak suka. Padahal...

Dulu, gue pernah suka sama seorang perempuan. Gue suka dia karena dia gak pernah protes ketika gue bersikap dingin kepadanya.

Seperti "yaudahlah Andra kan emang dingin, mau gimana lagi." Lalu dengan bodoh nya gue selalu tersenyum saat mendengarnya, tanpa dia ketahui.

World Of Evan & Mila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang