Yang Selalu Kuat

20 1 0
                                    

Evan POV.

Mungkin jikalau hari itu gue gak mengajak nya untuk makan disebuah restoran yang sederhana kemarin lalu, gue gak akan mendapatinya yang sekarang hanya terdiam di hadapan gue.

Memang, Kaera lumayan pendiam. Tapi setidaknya dia bicara, namun hari ini enggak.

Bahkan untuk men-juteki gue pun enggak.

Dan mungkin gak bakal ada rasa bersalah yang mengendap di hati gue, terlebih lagi.. ketika dia hanya diam ditawari "Mau pesan apa, Ra?"

Ya. Bodohnya, gue hari ini mengajak nya kembali ke restoran kemarin lalu.

Tapi gapapa untuk sebodoh ini, yang penting gue bisa melihat keadaannya dengan jelas.

Kemarin gue mengajak nya kesini setelah gue memaksa untuk menjemputnya.

"Ra tunggu disitu, nanti gue jemput ya hehe."

"Gak."

"Harus pulang bareng gue, gamau tau."

"Enggak mau, apasi."

"Gue udah dijalan, tunggu situ hehehe sampe ketemu!"

"Ap-"

Tut tut tut. Gue mematikan saluran telpon secara sepihak.

Nyebelin gak sih gue?

Akhir akhir ini mungkin gue menjadi manusia paling menyebalkan untuk Kaera.

Gue selalu menjemput ke kampusnya yang ternyata se kampus dengan Diana pacarnya Bastian, untuk pulang bersama gue. Namun, dia selalu menolak gue untuk menjemputnya, dan gue akan selalu berakhir memaksa mengantar nya pulang.

Walaupun nantinya Kaera udah berusaha keras menolak dan jalan ke halte untuk menghindari gue, gue akan lebih cepat sampai daripada bis yang dia tunggu.

Jadi, mau bagaimana pun gue dan dia selalu berakhir pulang bareng.

Dan biasanya gue dan dia menyempatkan untuk makan siang berdua, walaupun harus gue yang paksa.

Kaera cuek diluar tapi sebenarnya dia peduli. Karena memang cara dia peduli berbeda dengan gue yang menunjukkan langsung kepeduliaan gue.

Kalau bisa.. gue mau selalu ada di sekitarnya.

Karna gue mau selalu mengawasinya, entah atas dasar apa.

Mungkin karena Kaera cewek yang kuat.
Makanya gue mau melakukannya.

Disaat seharusnya Kaera gak perlu gue awasi karena dia adalah cewek kuat.

Namun justru gue lebih takut dia menjadi kuat. Karena kali ini, Kaera terlalu lemah untuk menjadi kuat.

Karena ketika di restoran, tepat nya disini, kemarin,..
Gue dan dia melihat papa nya yang berjalan dengan cewek lain. Bukan dengan mamah Kaera, tante Lala.

Penyeselan semuanya mengendap di diri gue. Lagi, andai kala itu gue gak mengajaknya ke sini.

Dan kali ini dia hanya diam menatap jendela yang memperlihatkan ramai nya kendaraan lalu lalang. Tempat duduk yang kita duduki kali ini sama kayak tempat duduk ketika kita melihat papa Kaera jalan bersama cewek lain.

Dan saat itu, Kaera cuman diam.
Dia gak memanggil papa nya, apalagi menghampirinya.

Kata terakhir sebelum kala itu gue dan dia memutuskan untuk pulang adalah, "Van, kenapa dunia jahat?"

Dia bilang dunia.

Gue takut untuk menyadari bahwa selama ini Kaera menyimpan banyak luka.

Karena semua orang menganggap dia kuat, sehingga orang lain berpikir untuk gak kenapa kenapa menyakitinya.

World Of Evan & Mila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang