Harusnya gue ga pernah sayang sama lo. Dan harusnya gue gapernah berharap kalo lo cinta sama gue juga.
-Sena Triasera
~Happy Reading😚
"Salah ga sih Mah kalo Sena suka sama Miko?" tanya Sena pada Suci.
Saat ini keduanya sedang berada diruang keluarga. Sena meminta Mamahnya untuk mendengarkan segala curhatannya,dan dengan senang hati Suci mendengarkannya.
"Suka sama Miko gasalah. Cuma waktunya kurang tepat.." balas Suci seraya mengusap lembut kepala Sena.
"Sena juga gatau,kenapa harus sekarang sukanya sama Miko. Kenapa ga pas Miko lagi jomblo aja gitu." gerutu Sena mengerucutkan bibirnya.
"Namanya juga hati sayang. Meskipun itu ada dalam tubuh kita,tapi tetep Allah yang mengaturnya. Kita gaakan pernah tau kapan kita bakal suka sama seseorang. Siapa tau juga besok bisa jadi kamu benci sama Miko. Karena bagi Allah untuk membalikan satu hati itu adalah hal yang mudah.." jelas Suci mencoba memberikan pemahaman kepada putrinya.
"Sena gamau benci sama Miko."
"Iyah,kan Mamah bilang itu hanya perumpamaan."
Sena mengangguk kecil.
"Lebih suka Gaven atau Miko?" tanya Suci.
Sena tampak berfikir. Mamahnya memang senang menggodanya.
"Dua-duanya juga suka Mah. Tapi,Gaven itu jahat Ma..."
Suci mengerutkan keningnya. "Loh? Kenapa gitu?"
"Ya karena Gaven udah ninggalin Sena gitu aja.."
Perempuan setengah baya itu tersenyum. Putrinya memang mudah sekali jatuh cinta,tapi sangat sulit baginya untuk melupakan. Dan Suci sangat mengerti bagaima perasaan putrinya saat ini. Dimana ini adalah masa pendewasaan untuk Sena.
"Mungkin Gaven punya alasan sendiri. Jangan suka menyimpulkan sesuatu secara sepihak. Itu ga baik."
"Iyah Ma. Yaudah kalo gitu Sena keatas ya Mah. Goodnight Mamah.." Sena mengecup kedua pipi Suci sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
-----
Sena membanting tubuhnya keatas tempat tidurnya. Pikirannya menerawang jauh dan jatuh tepat pada kejadian disekolah tadi.
Dimana akhirnya Miko mengetahui semua perasaannya. Dan Sena tinggal menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia tetap bisa dekat dengan Miko atau Miko menjauhinya. Apapun itu Sena harus siap menerima semua resikonya.
Bahkan rasanya pun sudah berbeda. Dulu pada saat mereka bertemu,mereka terkesan seperti kucing dan tikus yang selalu bertengkar. Tapi sekarang,rasanya sangat canggung. Entah mungkin karena Miko sudah mengetahui perasaannya. Dan tak salah juga jika Miko menjauhinya dengan alasan ingin menjaga perasaan Intan. Hanya saja Sena belum siap jika harus jauh dari Miko.
Sena menatap langit-langit kamarnya. Ternyata benar. Mencintai orang yang telah bersama hanya akan mengundang luka.
Matanya mulai memanas. Perlahan cairan bening itu jatuh dari retina matanya. Mengapa Sena bisa serapuh ini hanya karena mencintai seorang Miko?
Hatinya sakit. Hatinya kembali terluka. Hanya saja situasi berbeda. Dulu,meskipun terluka setidaknya dia pernah memiliki Gaven dan berbahagia dengan laki-laki itu. Tapi sekarang hanya luka yang Miko berikan,bahkan untuk memiliki laki-laki itu rasanya hanya mimpi semata yang mungkin tak akan pernah menjadi nyata.
-----
Suasan lapangan cukup ramai,mungkin karena jam istirahat sedang berlangsung.
Saat ini Sena dan Dera sedang berada disisi lapangan. Lebih tepatnya Dera yang kini sedang menemani Sena untuk melihat Miko yang sedang bermain futsal.
Sena tampak serius memperhatikan setiap gerak-gerik yang Miko lakukan. Bahkan tak jarang gadis itu tersenyum saat melihat Miko tersenyum. Seolah Sena lupa jika dia sedang melakukan proses move on.
Lagi. Tatapan Sena perlahan meredup saat melihatseorang gadis yang notabenenya adalah kekasih Miko datang menghampiri laki-laki itu. Intan tampak memberikan sebotol air minum pada Miko,dan dengan senang hati laki-laki itu pun menerimanya.
"Udah yuk. Noh,pacarnya udah dateng. Udah deh,jangan bikin hati lo semakin terluka."
Dera bangkit dari duduknya dan mencoba mengajak Sena untuk kembali kekelas. Bukan tanpa alasan,Dera paham dan Dera melihat bagaimana kesedihan Sena saat melihat kebersamaan Miko dan Intan.
"Tapi gue masih pengen disini.." lirih Sena dengan masih menatap Miko dan Intan.
"Buat apa Sen? Lo masih ngarepin Miko? Kalo emang Miko juga sama lo,dia pasti mertimbangin semuanya apalagi sekarang dia tau kalo lo suka sama dia." oceh Dera mencoba memberi pemahaman pada Sena.
"Gue tau. Tapi apa salah gue ngarep sama Miko?" kini Sena menatap Dera dengan tatapan sedih.
"Engga salah. Cuma waktunya aja ga tepat. Lo suka sama Miko pas Miko punya pacar."
Sena menunduk. Benar kata Dera. Jika memang Miko menyukainya,tentunya laki-laki itu akan mempertimbangkan semuanya.
"Udah deh. Gue ga mau liat lo sedih kayak gini. Lupain Miko." kesal Dera.
Sena hanya bisa menghela nafasnya. Melupakan Miko? Tentu itu bukan hal yang mudah.
Bahkan membayangkannya saja,Sena tidak bisa.
-----
"Miko!"
Laki-laki yang sedang melangkahkan kakinya itu seketika berhenti saat seseorang memanggil namanya.
Miko berbalik. Dan kini matanya dapat melihat Sena yang sedang berjalan kearahnya.
"Ini jaket milik lo,makasih..."
Sena menyerahkan jaket milik Miko yang sempat dipinjamkan padanya tepat pada saat Miko akan memberi kejutan kepada Intan.
Miko menerimanya. Menatap jaket itu,kemudian menatap Sena.
"Maaf gue baru ngembaliin,soalnya gue baru sempet." ujar Sena tersenyum tipis.
Laki-laki itu masih menatapnya dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Membuat Sena berfikir jika Miko benar-benar akan menjauhinya.
"Yaudah kalo gitu gue duluan ya. Sekali lagi,makasih buat jaketnya.."
Baru saja akan melangkahkan kakinya,dengan cepat Miko menahan tangannya dan membuat pergerakan Sena terhenti.
Sena menatap tangannya dan kemudian menatap Miko bergantian.
"Maafin gue..."
Kalimat itu berhasil meluncur dari mulut Miko. Membuat perasaan Sena sedikit terluka.
Entahlah,Sena tiba-tiba saja merasa sedih saat Miko mengatakan itu. Meskipun rasa sedih itu selalu menemaninya.
"Lo gasalah Miko.." Sena mencoba melepaskan tangannya.
"Ini semua bukan salah lo.." tambah Sena seraya tersenyum.
Perlahan tangan gadis itu menyentuh lengan Miko.
"Gaperlu minta maaf. Ini bukan salah lo. Tapi ini salah gue,harusnya gue ga cinta sama lo. Harusnya gue ga pernah sayang sama lo. Dan harusnya gue gapernah berharap kalo lo cinta sama gue juga.." tutur Sena menurunkan tangannya dari lengan Miko.
Laki-laki itu menunduk. Merapikan rambutnya dan kembali menatap Sena.
"Lo ga perlu khawatir. Lo ga perlu mikirin gue. Karena..."
Sena menghela nafasnya. Menjeda kalimat yang akan dia ucapkan.
"Gue tau,selamanya cinta lo bukan buat gue..."

KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
Teen FictionSekuat apa ku harus mengerjarmu agar warna hitam dalam hati ini berubah menjadi warna indah? Harus seberjuang apalagi aku untuk mendapatkanmu? Sedangkan hatimu terlalu batu untuk ku luluhkan...