Setidak peduli itukah
kamu padaku?-Sena Triasera
~Happy Reading😚
Sena melempar asal helai demi helai tissue yang dia pakai untuk mengusap cairan yang turun dari hidungnya. Entah sudah berapa banyak tissue yang dia gunakan,yang pasti kamarnya sangat berantakan saat ini.
Sena menghela nafasnya. Rasa bosan mulai datang kembali. Pasalnya selama seharian ini Sena harus terpaksa beristirahat karena flu yang tiba-tiba menyerangnya.
Kemarin,tepatnya pulang saat pulang sekolah. Sena terserang flu dan pening yang mengharuskannya untuk beristirahat.
Matanya melirik jam diatas nakasnya. Pukul 14.00,itu artinya sekolahnya sudah bubar sejak tiga puluh menit yang lalu.
Sebenarnya,Sena sangat ingin pergi kesekolah. Dengan alasan,dirinya ingin bertemu Miko. Lucu memang,tapi itulah kenyataannya.
Sayangnya dengan keras Mamahnya menolak keinginan Sena untuk pergi kesekolah.
"Miko lagi apa ya?" gumam Sena seraya mengambil satu helai tissue lagi.
Sena kembali menatap langit kamarnya,melayangkan pikirannya dan jatuh tepat pada sosok yang selalu dia rindukan. Miko.
Rasanya Sena benar-benar tak ingin berhenti untuk mendapatkan Miko. Meskipun kenyataannya Sena tau jika Miko tak pernah mencintainya, tapi Sena tetap yakin jika suatu saat nanti Miko pasti akan mencintainya.
"Sena, ini ada temen kamu sayang..." teriak Suci dari luar kamarnya.
Kening Sena mengerut. Teman? Siapa? Apa itu Dera? Jika iya, mengapa gadis itu tidak langsung masuk kedalam kamarnya?
Akhirnya, dengan rasa pening yang masih terasa dikepalanya. Sena bangun dari tidurnya dan mulai melangkahkan kakinya turun dari kamarnya.
Langkah Sena terhenti saat mendapati Erfan yang kini sedang duduk disofa miliknya.
"Erfan?"
Laki-laki itu menoleh, kemudian tersenyum.
"Lo? Kok ada disini?" tanya Sena benar-benar bingung.
"Ya, gue cuma mau mastiin kondisi lo aja. Kata Dera lo sakit, dan gue mau mastiin kalo lo sakit bukan karena sahabat gue..."
Sena tertawa. Kali ini tawanya lepas membuat Erfan membeku.
"Lo ada-ada aja. Lagian gue tuh emang flu, bukan karena Miko..." kata Sena mencoba meredam tawanya.
Erfan tersenyum kaku. Sebenarnya alasannya datang kerumah Sena adalah untuk memastikan jika keadaan Sena baik-baik saja. Karena entah mengapa, sejak Dera mengatakan jika Sena sakit rasa khawatirnya muncul begitu saja.
Sena menghela nafasnya. Tawanya sudah reda sedari tadi. Dan lagi-lagi Sena merasa sesak dalam hatinya.
"Gue kira yang dateng Miko, taunya elo..." kata Sena tersenyum hambar.
"Lo berharap Miko dateng?"
Sena mengangguk. Mengakui jika dia memang ingin Miko datang kerumahnya sekarang.
"Bahkan dia biasa aja pas tau lo sakit"
Deg!
Setidaknya peduli itukah Miko padanya?
"Hahaha,lupain. Oh ya, lo mau minum apa?" tawar Sena berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Gausah Sen, lagian gue mau langsung pulang" Erfan mulai bangkit dari duduknya.
"Oh gitu, yakin gamau minum dulu?"
Erfan menggeleng. "Yaudah kalo gitu gue pamit ya Sen, cepet sembuh.."
Sena tersenyum, seraya menatap punggung Erfan yang mulai hilang dari tatapannya.
------
"Padahal dia biasa aja pas tau lo sakit"
Kalimat itu terus berputar dikepala Sena. Ibarat kaset kusut yang selalu berputar. Membuat rasa sakit dikepalanya semakin menjadi.
Erfan benar, selamanya Miko tak pernah akan peduli tentang dirinya. Bahkan mendengar dirinya sakit pun Miko tak melakukan apapun. Sekedar mengirim pesan pun tidak dia lakukan.
Sena mengusap wajahnya, berusaha menahan air mata yang siap jatuh dari matanya. Berusaha menahan sesak yang semakin menggila dalam hatinya.
Ini salah. Ini tidak benar. Bagaimana mungkin Sena terjebak dalam ruang hampa dalam hatinya. Terjebak pada cinta yang dia lakukan sendiri.
Mengapa dirinya tidak mencintai Erfan? Orang yang sudah begitu baik padanya. Laki-laki yang selalu ada disaat dirinya terjatuh.
Entahlah, memikirkan ini semua hanya akan membuat sakitnya bertambah parah. Terkadang cinta selucu itu. Dia bisa menahan segala sakit karena orang yang dia cinta, tapi tak pernah ingin melepas segala sakit karena cinta.
-----
Seakan tak pernah terjadi hal apapun. Sena kembali kesekolah dengan keadaan yang sangat ceria dan bersemangat. Meskipun kemarin dia baru saja menerima kenyataan pahit yang seharusnya tak terjadi jika Sena tidak mencintai Miko.
"Ohh tuhann... Kucinta Miko. Kusayang Miko. Rindu Miko. Mikonya enggak..."
Dera mendengus. Mendengar Sena bernyanyi seperti itu rasanya Dera ingin menyumpal mulut Sena dengan kertas diatas mejanya.
"Bila nanti saatnya tlah tibaaa... Ku ingin Miko menjadi milikku..."
Lagi Sena bernyanyi dengan lirik yang dia ganti sesuka hati.
"Sena lo sehat?" tegur Dera.
Sena yang baru saja akan kembali bernyanyi terpaksa mengurungkan niatnya karena pertanyaan yang baru saja Dera lontarkan.
"Sehat alhamdulillah,"
"Lo kayaknya beneran gila karena siMiko..."
"Iyah. Gue gila. Gila karena Miko. Aaaa Mikoooo..." Sena memejamkan matanya. Membayangkan Miko berada didepannya saat ini.
Dera menghela nafasnya. Beginilah Sena, akan melakukan apapun jika sudah menyayangi seseorang. Bahkan berjuang pun Sena sanggup karena tujuannya untuk mendapati Miko harus tercapai.
"Miko tuh udah punya pacar Sen,"
"Gue tau."
"Dia juga ga suka sama lo"
"Iyah tau..."
"Dia jug--,"
"Iyah Dera sayang, gue tau. Miko udah punya pacar. Miko gasuka sama gue semuanya gue tau. Udah ya berisik." ucap Sena memotong ucapan Dera.
"Serah lo gue cape." putus Dera.
Sena mengendikkan bahunya. Acuh. Dan kembali melanjutkan kegiatannya sendiri.
"Kalo misalnya Miko jadi pacar gue, gue bakal minta dia buat potongin kuku gue. Antar jemput gue. Dan gue mau dandanin dia supaya cantik," oceh Sena heboh sendiri.
Dera mendengus. Lihatlah sahabatnya seperti orang gila saat ini. Berbicara seorang diri. Dan berkhayal setinggi langit.
Tapi Dera juga merasa khawatir jika semua itu akan membuat Sena tambah terluka jika gadis itu tetap memperjuangkan Miko sedangkan kenyataannya Miko sama sekali tidak menyukainya.
"Semoga Sena bisa milikin Miko ya Allah, supaya Dera percaya kalo Sena ga gila..."
Dera refleks menoleh kearah Sena saat mendengar ucapan gadis itu.
"Lo emang udah gila," protes Dera.
"Ga peduli. Yang penting gue sayang Miko..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
Fiksi RemajaSekuat apa ku harus mengerjarmu agar warna hitam dalam hati ini berubah menjadi warna indah? Harus seberjuang apalagi aku untuk mendapatkanmu? Sedangkan hatimu terlalu batu untuk ku luluhkan...