(Presdir Park yang paling menawan)
------->🖤<-------
"Jadilah wanitaku. Jual tubuh mu pada ku. Dengan begitu, aku akan menjamin hidup mu dan keluarga mu yang ada di panti asuhan itu" bisik Jimin angkuh.
Jimin yakin gadis itu pasti tunduk kali ini. Tentu saja tidak akan ada wanita yang bisa menolak pesona seorang Park Jimin.
"Baiklah! Aku bersedia menjadi wanita mu asalkan kau memberikan aku rumah, mobil, tas, emas dan berlian yang banyak!!"
Jimin tersenyum miring, ia sudah menduga, ternyata memang benar semua wanita di dunia ini sama saja. Mereka akan bertekuk lutut jika kau menawarkan mereka harta dan kekayaan.
."Kau pikir aku akan berkata seperti itu?!" Jina langsung mendorong tubuh Jimin menjauh, dengan kekuatan penuh ia melayangkan kakinya dan streak, tepat mengenai selangkangan Jimin.
Jimin memejamkan matanya menahan sakit, pria itu terduduk di hadapan Jina sembari memegang selangkangan nya yang bernasip naas. Masa depannya. Junior kecilnya yang tidak bersalah.
Jina menatap Jimin tajam. "Dengarkan aku tuan Park Jimin yang terhormat. Aku tau malam itu tidak terjadi apa-apa diantara kita, Dan aku sudah menyuruhmu untuk melupakan semua itu!!" Jina membalik badannya dan hendak pergi.
"Ah, dan satu lagi. Aku tidak butuh bantuanmu, aku akan mencari bantuan orang lain. Permisi" gadis itu langsung meninggalkan Jimin yang masih mematung di tempatnya.
Jina berpapasan dengan Taehyung dalam perjalanan pulang namun gadis itu mengacuhkannya dan memilih pergi.
Sesampainya di lift, tubuh Jina langsung merosot. Rasanya kehidupannya akan hancur. Gadis itu berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh, tubuhnya sekarang bergetar, tentu saja tadi ia sangat ketakutan, namun dengan tekadnya ia berhasil menahan rasa takutnya itu.
"Ayolah Oh Jina. Kau bukan gadis yang lemah. Ini bukan saat nya menangis" ucap gadis itu menenangkan dirinya.
Sementara Jimin, pria itu sudah duduk di atas meja kerjanya, ia menatap foto Jina dengan mata yang dipenuhi amarah dan sesuatu yang tidak terbaca.
Tiba-tiba Taehyung masuk ke dalam ruangan itu dan membuyarkan konsentrasi Jimin.
"Jimin-a, guencana?" tanya Taehyung to the point.
Bukan nya menjawab, Jimin justru tertawa. Entah ia mentertawakan hal apa. Yang jelas ini pertanda buruk.
"Ya! Apa kau gila? Berehenti tertawa seperti itu. Kau membuat ku takut" ucap Taehyung bergidik ngeri. Ia tahu, sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Taehyung-a. Kau tahu, seumur hidup aku tidak pernah menghadapi wanita seperti dia. Gadis itu, dia Benar-benar Gila! Dan menarik... Aku harus mendapatkannya! Bagaimanapun caranya!" ucap Jimin berambisi.
Taehyung menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti. Pria itu tidak lagi mengerti dengan sikap gila Jimin.
"Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa kau mau aku menculik gadis itu dan membawanya kesini?" ucap Taehyung dengan nada meremehkan.
"Eih. Ayolah, dia itu gadis berbahaya. Lagi pula, aku tidak mau melangkah terlalu jauh. Sebagai gantinya, dia yang akan menghampiri ku" jelas Jimin dibarengi senyum smirknya.
Taehyung tidak mengerti, atau lebih tepatnya menolak untuk mengerti. Pria itu memilih meninggalkan ruangan Jimin dan kembali ke kantornya.
Sesampainya di kantor, ponsel Taehyung tiba-tiba bergetar.
"Halo-"
"Taehyung-a, aku berubah pikiranan. Aku mau kau menemui gadis itu dan memberikan sedikit pencerahan. Bujuk dia dengan kepintaranmu itu"
Ucap Jimin dari seberang sana."Ya! Kau benar-benar sakit Jimin-a!" kesal Taehyung pada sahabatnya itu.
"Pergi sekarang juga atau gajimu akan aku potong!" ancam Jimin pada Taehyung.
Tanpa ba-bi-bu lagi. Taehyung langsung berangkat menemui Jina. Dalam hati pria itu terus merapalkan sumpah serapahnya pada Park Jimin.
--------->❤<---------
Jina menatap ponselnya bimbang. Sejujurnya ia bingung harus meminta bantuan kepada siapa. Keluarga, ia jelas tidak punya. Cha eun wo, ia tentu tidak ingin menyusahkan pria itu. Eunji, tentu mustahil.
Gadis itu mulai pesimis. Sejujurnya ia sangat menentang hal ini. Menjadi wanita simpanan?!? Lebih baik ia terjun dari atas menara Eiffel dari pada ia harus menjadi penghangat kasur pria angkuh itu.
Ketika jalan keluar sudah hilang. Otak Jina sudah tidak mampu berfikir lagi. Tiba-tiba ponselnya bergetar menampilkan panggilan dari nomor asing.
"Halo... Ini siapa?""Ini aku. Kim Taehyung. Asisten Park Jimin dari Park Corporation"
"mau apa lagi?! Bukannya aku sudah menolak dengan tegas. Aku tidak mau--"
"Oh Jina-ssi. Aku ingin berbicara empat mata dengan mu. Apa kau bisa datang ke cafe honey honey. Aku akan menunggu mu."
Belum sempat Jina membalas, pria di seberangnya itu sudah mematikan sambungan telfonnya secara sepihak.
Awalnya Jina tidak mau menemui pria itu, namun hati kecilnya berkata bahwa ia harus menemui Taehyung.
Dan sekarang disinilah ia. Berbicara empat mata dengan Taehyung.
"Baiklah langsung saja Jina-ssi. Aku tau kau butuh bantuan. Dan saat ini tidak ada yang bisa membantu mu. Jadi, aku akan meluruskan semua ini. Park Jimin, dia memang bukan pria baik-baik. Tapi saat ini, hanya dia yang bisa membantu mu. Apa kau akan membiarkan keluargamu terlantar akibat ke egoisan mu?" jelas Taehyung panjang lebar. Jina hanya memilih bungkam.
"Semuanya terserah padamu. Aku harap kau bisa mengambil keputusan dengan bijak"
Setelah mengatakan itu, Taehyung langsung meninggalkan cafe tersebut. Sementara Jina, gadis itu masih memikirkan ucapan Taehyung.Jina melangkah pulang ke apartemen kecilnya. Saat ini gadis itu sedang bingung dan kalut. Ia meraih foto ibunya yang ada di atas meja.
"Omma. Apa yang harus aku lakukan? Seandainya omma masih ada disini. Semuanya tidak akan berakhir seperti ini" perlahan butiran bening itu mulai mengalir dari sudut mata Jina. Ia menangis sambil memeluk foto almarhum ibu nya.
Tiba-tiba ponselnya kembali berdering.
"Halo. Nuna, ini aku Robin. Nuna ibu tiba-tiba pingsan. Cepatlah kemari, aku takut" ucap anak laki-laki di seberang telefon itu."Robin-a, jangan panik. Nuna akan segera kesana" Tanpa menunggu lagi, Jina langsung meraih tasnya dan berangkat menuju panti asuhan.
"Ibu. Apa yang terjadi. Ku mohon jangan tinggalkan aku lagi. aku hanya punya kau. Bertahanlah, jebal... "
----------------------------------------------------Buat yang bingung.
Jadi Jina itu hidup sebatang kara semenjak ibu kandung nya meninggal ketika ia berusia 7 tahun.Kemudian Jina bertemu dengan ibu asuh nya yang menjadi kepala di panti asuhannya.
Jina benar benar menghormati beliau, karena dia lah yang sudah menyelamatkan Jina dari kejamnya dunia.
Sekian.
Salam kecup manis bloony 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
That girl || Park Jimin
FanfictionWARNING! yang baca cerita ini bisa kecanduan. author tidak tanggung jawab ✌ Jimin: "Di mataku, semua perempuan itu SAMA. Mereka itu seperti PAKAIAN yang bisa aku ganti kapan pun aku mau. Itu lah prinsipku" "Oh Jina-ssi, Jual tubuh mu padaku, mak...