Saat ini jina sedang duduk di hadapan sebuah brangkar rumah sakit. Dihadapannya ada seorang wanita paruh baya yang sedang terbujur lemah, tidak sadarkan diri. Jina menatap sendu wajah ibunya yang terlihat pucat pasi, tidak ada pergerakan sama sekali.
Sejujurnya jina tidak suka berada di sini. Gadis itu sangat membenci rumah sakit. Tempat ini menyimpan terlalu banyak luka dan kenangan pahit.
"Jina-ya... " ucap wanita paruh baya dihadapannya, ia mulai mendapatkan kesadarannya. Wanita itu menatap jina sendu.
"Ibu...ibu sudah sadar, tunggu sebentar, aku akan memanggil dokter--"
Belum sempat Jina bangkit dari duduknya, wanita paruh baya itu langsung menggenggam tangan Jina."Jina-ya. Jika aku mati. Kau harus menjaga adik-adikmu. Jangan biarkan mereka terlantar. Arasso? " ucap wanita itu lemah sembari tersenyum hangat. Lain hal nya dengan Jina. Gadis itu terlihat sangat sedih, setengah kesal mendengar ucapan ibunya itu.
"Apa yang ibu katakan. Ibu tidak akan pergi kemana mana. Ibu tenang saja, aku pasti akan mendapatkan tanah itu. Dan adik-adik ku... Aku janji, mereka tidak akan hidup terlantar lagi" Setelah mengatakan itu, Jina langsung berjalan keluar meninggalkan ruangan itu.
Sesampainya di luar, Jina langsung terduduk lemas di atas aspal yang dingin. Tubuhnya seolah-olah telah berpisah dengan jiwanya. Gadis itu menangis, ia mengusap wajahnya beberapa kali.
"aku akan melakukannya... Aku tidak punya pilihan lain"
------>❤<-------
Setelah memutar otaknya hingga seribu kali, Jina tidak punya pilihan lain. Dan sekarang, disinilah ia. Berdiri di hadapan sosok pangeran kegelapan, Park Jimin.
"Jadi. Bagaimana? Apa kau berubah pikiran lagi Jina-ssi? " ucap Jimin disertai senyum smirknya.
Jina masih berdiri diam. Kepalanya tertunduk ke bawah. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, ia berusaha Manahan air matanya yang hendak keluar.
"kenapa? Apa ada yang salah? " tanya Jimin bingung.
Gadis dihadapannya itu masih diam tidak merespon. Jimin bangkit dari kursi kebesarannya dan duduk di atas meja kerjanya. Ia lalu menatap Jina yang berdiri di sampingnya.
"Dengar Jina-ssi. Aku tidak pernah memaksamu. Semua pilihan ada padamu. Jadi jangan menyalahkan ku" tambah Jimin memperjelas.
Jina mulai mengambil nafas panjang. Ia lalu menatap Jimin.
"Baiklah. Aku setuju!! " ucap gadis itu mantap. Sontak sebuah senyum terukir di wajah tampan Jimin. Sebuah senyum kemenangan.
"Tapi aku punya syarat" ucap Jina lagi.
Senyum di wajah Jimin menghilang, digantikan dengan kerutan di dahinya.
"Syarat apa? "Tanya Jimin merespon.
"kita buat kontrak. Isinya pertama, kau akan mengembalikan tanah itu padaku secepatnya. Kedua, tidak ada cinta di antara kita. Dan ketiga, kau tidak boleh menyentuhku hingga satu minggu kedepan" jelas Jina panjang lebar.
"Tunggu, aku masih bingung dengan poin ke tiga. Bisa kau jelaskan" ucap Jimin.
"I-itu. Sebenarnya jika kontrak kita dimulai hari ini, kau harus menunggu hingga satu minggu--"
"kenapa aku harus menunggu hingga satu minggu jika aku bisa melakukannya saat ini juga" potong Jimin cepat.
"itu karna aku sedang dalam masa haid!" ucap Jina sedikit meninggikan suaranya. Rasanya susah sekali berbicara dengan makhluk di hadapnnya ini.
Jimin tiba-tiba tertawa dan membuat Jina semakin kesal.
"kenapa kau tertawa? Apa ini lucu. Kau belum pernah merasakan jadi perempuan! " ketus Jina.
"maaf maaf. Aku hanya kelepasan sedikit. Baiklah kalau begitu. Aku menyetujui persyaratanmu. Sekarang gikiranku mengajukan persyaratan"
"Pertama, kau harus tinggal di rumah ku, bersama ku, selama dua bulan. karna kontrak kita akan berlangsung selama dua bulan. Kedua, kau tidak boleh menemui pria lain, apalagi bermesraan bersama mereka. Ketiga, kau harus mematuhi semua perintah ku--"
"tunggu, memangnya aku babumu! " potong Jina cepat.
"Ya, jika kau menganggap dirimu begitu, silahkan. Karna pada dasarnya kau akan menjadi wanitaku" ucap jimin menegaskan.
Jina tidak bisa berbuat apapun lagi.
"Baiklah. Aku menyetujui persyaratan mu"Mereka lalu menandatangani kontrak resmi yang sudah disiapkan Jimin. Jina awalnya merasa ragu, namun ia kembali menguatkan tekadnya.
"Aku sudah selesai. Kalau begitu aku pamit" ucap Jina berusaha sopan.
Belum sempat Jina mencapai pintu. Jimin langsung meraih tangannya.
"Jina-ssi. Sore ini sopir pribadi ku akan menjemputmu. Jadi kau harus bersiap dari sekarang. Dan satu lagi..." ucap Jimin cepat. Pria itu memajukan wajahnya dan mencium bibir Jina sekilas. Hanya kecupan ringan. Namun berhasil membuat Jina membeku.
"Berhati-hatilah dijalan. Kau terlalu cantik, aku tidak mau laki-laki lain sampai menggoda mu. Cukup aku saja" ucap Jimin asal. Dengan cepat Jina langsung memukul dada bidang Jimin.
"Dasar sinting!!" ucap Jina cepat. Ia lalu berlari kecil keluar dari ruangan itu.
Sesampainya di lift, Jina langsung memegang dadanya. Jantungnya berdetak lebih kencang.
"Park Jimin sialan. Kenapa dia membuat ku semakin kesal. Awas saja kau nanti. Fuck Jimin babo aku membenci mu!" (bodoh)
--------------------------------------------------------
Vote
Next
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
That girl || Park Jimin
FanfictionWARNING! yang baca cerita ini bisa kecanduan. author tidak tanggung jawab ✌ Jimin: "Di mataku, semua perempuan itu SAMA. Mereka itu seperti PAKAIAN yang bisa aku ganti kapan pun aku mau. Itu lah prinsipku" "Oh Jina-ssi, Jual tubuh mu padaku, mak...