The LUCKIEST Bastard | 52

30K 1.6K 22
                                    

AKHIRNYA UPDATE!!

Gila udah 8 hari engga update huhu

JANGAN LUPA VOTE DULU!

Happy Reading

Seminggu berlalu, hubungan Ara dan Liam semakin membaik. Hampir setiap hari sepulang kerja Liam selalu bertamu di rumah Ara berjam-jam dan berakhir menginap disana. Bahkan ia sampai mengganti ranjang Ara yang semula ukuran queen size menjadi king size. Alhasil, kamar kecil Ara itu makin sempit.

Seminggu ini pula Ara menghindari Ryan, sesuai dengan janjinya kepada Liam. Ia mengabaikan seluruh pesan, telepon, ajakan dari Ryan. Ia menghindari semua tempat yang dikiranya bisa bertemu dengan Ryan.

Hari ini, Liam kembali menginap di apartemennya. Keduanya tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Ara yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat Liam tengah mengenakan dasi mahalnya.

Melihat itu, Ara berjalan menghampiri Liam lalu berdiri berhadapan. Ia langsung menarik dari Liam kemudian mengambil alih dasi Liam. Liam tersenyum miring lalu bertanya, "Memangnya kau bisa?"

"Siapa bilang aku tidak bisa?!" Jawab Ara tertantang. Ia membantu Liam menggunakan dasinya dengan lincah sementara Liam hanya diam menatap wajah serius Ara dengan kedua tangan yang merengkuh pinggang Ara.

"Voila!" Ucap Ara bahagia melihat hasil karyanya. Liam melihat hasil karya Ara di pantulan cermin.

"Ara sayang, bahkan segitiganya tidak ditengah. Aku jadi meragukan ucapanmu kalau kau bisa," goda Liam. Ara langsung memasang wajah masamnya, dengan keras ia menghempaskan rengkuhan Liam. Namun dengan cepat Liam menarik Ara kembali ke dalam dekapannya.

"Tapi aku suka," bisik Liam sembari mengelus rambut Ara. Ara merasakan jutaan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya. Ia membalas Liam dengan memeluknya erat.

Cukup lama mereka berpelukan hingga terlepas dan memutuskan untuk berangkat bekerja. Sesampainya di perusahaan, Liam dan Ara langsung mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.

Liam langsung menuju ke ruang rapat, seperti biasa, untuk menyelesaikan masalah kerugian yang semakin parah ini. Dari pagi hingga sore ia tidak beranjak dari ruangan itu bersama kepala-kepala direksi lainnya.

Ara tidak ikut di dalam, karena Liam tidak mengijinkannya bergabung dengan masalah ini. Jujur, Ara sangat cemas dengan kondisi Liam. Ia juga penasaran masalah apa yang sampai membuat Liam sibuk seperti ini.

Ara menghela nafasnya. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya, membuat surat-surat, menyusun dokumen-dokumen yang perlu tanda tangan Liam, dan membalas email-email yang masuk. Jam makan siang telah tiba, dan Liam masih belum keluar dari ruang rapat.

Sebenarnya, Ara sudah lapar. Namun ia masih setia menunggu Liam keluar dari ruangan, siapa tahu mengajaknya makan siang. Di tengah-tengah lamunannya, pintu lift berdenting dan ia mendengar derap langkah kaki yang berjalan mendekat.

Ara penasaran. Ia menegakkan tubuhnya dan terkejut melihat Ryan yang berjalan kearahnya. Ara hanya bisa memasang senyum kakunya karena ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Kau tidak bisa menghindariku sekarang," ucap Ryan dengan tangan yang bertumpu di meja.

"H-Hai," ucap Ara kikuk. Kemudian perut Ara berbunyi meraung-raung meminta makan. Ryan hanya terkekeh mendengar suara itu. Sialan! Rasanya Ara ingin mengubur dirinya hidup-hidup saat ini.

"Lunch with me?" Tawar Ryan.

"Hm, baiklah," jawab Ara. Ia sungkan menolak.

Karena waktu istirahat tidak banyak lagi, Ryan dan Ara memilih makan siang di cafe seberang gedung perusahaan. Usai memesan makanan dan dicatat oleh sang pelayan, pelayan tersebut pergi meninggalkan Ryan dan Ara. Terjadi keheningan dan canggung yang amat sangat diantara mereka, atau lebih tepatnya Ara yang merasakan kecanggungan itu.

The LUCKIEST Bastard [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang