PART 11

1.1K 52 2
                                    

kalo penasaran sama lagu yang  dinyanyiin sama rara ada di mulmed ya :)

***

Stay here and lay here right in my arms

It's only a moment, before you're gone

And I, am keeping you warm

Just act like you love me, so I can go on

And act like you love me, so I can go on

Suara merdu seorang gadis kini tengah memenuhi ruangan musik. Ia sedang bernyanyi yang diiringi dengan petikan gitar. Beruntung karena di ruangan tersebuat sedang tidak ada orang. Karena terkadang, ia masih suka tidak percaya diri jika bernyanyi di depan orang lain.

Ia masih sibuk dengan dunianya, tanpa sadar sedikit pun bahwa sedari tadi seseorang tengah setia memperhatikannya dari balik pintu ruangan.

Sesekali orang tersebut menyungginggkan senyuman ke arah Rara yang belum menyadari keberadaannya.

Jujur, ia sangat suka ketika melihat ataupun mendengarkan gadis itu bernyanyi apalagi ditambah gitarnya, karena itu dia masih betah pada posisi sekarang ini. Rara tidak pernah mau jika disuruh bernyanyi didepannya kecuali saat latihan, katanya sih dia masih tidak percaya diri dengan suaranya. Entah apa yang gadis itu pikirkan, padahal menurutnya gadis itu mempunyai bakat yang luar biasa.

Ketika sudah tidak didengarnya lagi suara gadis itu, barulah ia melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam. Betapa terkejutnya Rara ketika melihat seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan musik.

"Refan!!!"ujar rara saat mendapati Refan yang kini berjalan ke arahnya

"Udah selesai nyanyinya?" tanya Refan santai

"Haa kok lu tau? Ohh lo ngintipin gue ya?" tuding Rara pada laki-laki itu

Refan hanya merespon dengan menaikkan bahunya pertanda tidak tahu sambil tersenyum jahil.

"Ihh tu kan lo pasti ngintipin gue, gak sopan banget sih" ucap Rara ketus

"Kalo gue tadi langsung masuk lo pasti bakal berhenti nyanyi, iya kan?" ujar refan to the point.

Rara hanya diam setelah mendengar ucapan Refan, karena yanglaki-laki itu katakan tidak sepenuhnya salah.

"Nah kan lo diem, berarti gue bener." Ujarnya lagi bangga

"Ahh udah ahh" Rara tidak mau melanjutkan pecakapan itu lagi dan memilih untuk meletakkan gitarnya lalu keluar dari ruangan itu.

Belum sampai ia di ambang pintu, Refan tiba-tiba saja mencekal tangannya yang membuatnya berhenti.

"Ih apaansih Fan?" Rara berusaha menepis tangan laki-laki itu

"Nanti siang kita gak usah latihan di studio" ujar Refan santai namun terdengar tegas.

"lohh emangnya kenapa? Emang kita udah gak boleh lagi latihan di studio?" tanya Rara bingung

"Bukan" balas Refan.

"lah terus?"kini Rara benar-benar dibuat bingung

"Gue pengen kita latihan di luar, bosen di studio terus." Jelas Refan.

"Emang kita mau latihan dimana?" tanya Rara penasaran.

"Ada deh pokoknya, ntar jam 3 gue jemput."

"Haa gak gak, gue bisa pergi sendiri. Kasih tau aja tempatnya dimana." Tolak Rara.

"Ngeyel ya lo, udah pokoknya ntar gue jemput jam 3." Refan ke luar setelah mengatakan itu.

"Ihh Refan!!! Apa-apansih lo gue gk mau dijemput, Refan!!!" gadis itu kini tengah meneriakkan nama laki-laki yang kini sudah melangkah jauh meninggalkannya.

"Ihh apa-apaan sih tu cowok, nyebelin banget gue kan bisa pergi sendiri, ngapain coba pake dijemput segala." Gumamnya pada diri sendiri karena merasa kesal pada laki-laki aneh itu.

***

Suara decitan pintu terdengar dan munculah seorang laki-laki bertubuh tegap dari balik pintu itu. Ia mengedarkan pandangannya menyusuri ruangan itu, dan tak menemukan satu orang pun disana.

Ia pun akhirnya merebahkan dirinya di salah satu sofa yang berada di ruangan itu. Jika kalian bertanya dimana ia berda sekarang, jawabannya adalah studio musik.

Dia memang hampir setiap hari ke sini, bukan hanya untuk latihan tapi juga untuk berkumpul bersama kedua temannya yaitu Rio dan Radit. Bisa dibilang studio ini merupakan rumah keduanya dan juga basecamp untuk ia dan teman-temannya berkumpul.

Ia mencoba memejamkam matanya untuk menenangkan pikirannya yang lelah karena sudah hampir seharian terkuras di sekolah. Baru beberapa detik ia melakukan itu, suara derap kaki seseorang memenuhi indra pendengarannya.

Tanpa melihat, ia sudah bisa memastikan bahwa itu adalah kedua sahabatnya yang sebentar lagi pasti akan mengacaukan ketenagannya.

"Wehh ada tamu tak diundang pulang tak diantar ni!!!!" ujar Rio asal ketika mendapati Refan yang tergeletak di sofa.

"Jelangkuk dong." Tambah Radit dengan tampang sok polosnya dan berakhir dengan tawa dari mereka berdua.

Walaupun sedari tadi ia mendengarkan obrolan kedua temannya yang tidak berfaeah itu, namun dia tak berniat sama sekali untuk membuka matanya.

Hingga tiba-tiba sebuah bantal sofa tepat mengenai wajahnya. Siapa lagi jika bukan ulah keduanya sahabatnya itu.

"Rusuh banget sih lo bedua!!" keluh Refan dengan tampang masamnya.

"Ohh masih hidup toh, gue kirain dah mati lo." Celetuk Radit asal.

"Resek lo!!!" umpat Refan sambil membenarkan posisi duduknya di sofa.

"Gak latihan bareng si Rara lo hari ni?" tanya Rio.

"latihan, tapi di luar" ujar Refan singkat.

"Diluar mana? Emang studio ini gak layak lagi apa buat lo sama Rara latihan? Sampe lo pake acara latihan diluar segala" cercah Rio.

"Bukan gitu, gue cuma bosen aja latihan di sini pengen latihan di tempat lain aja." Jelasnya pada kedua temannya itu.

"Alah bilang aja lo mau jalan ama Rara, pake alasan latihan segala" sanggah Radit yang berhasil membuat Refan tersentak.

"Siapa yang mau jalan? Gue tu emang beneran mau latihan sama Rara." Jawab Refan dengan nada sewot.

"Alah udah deh gak usah ngeles, kita tau kok lo tu mau pdkt ama tu cewek tapi gengsi iya kan?" telak Radit dan Rio yang sedari tadi hanya mengangguk-ngangguk saja mendengar obrolan mereka.

"Apaan sih lo, ngaco tau gak. Lagian siapa juga yang mau pdkt ama tu cewek, gak usah sok tau deh." Ujar Refan dengan nada tinggi karena kini sudah mulai emosi pada Radit.

"Yaelah masih ngeles aja ni anak kayak bajai" sindir Radit yang dihadiahi tatapan tajam dari Refan.

"udahlah Fan, ngaku aja kali kalo lo naksir ama si Rara." Kali ini Rio yang angkat bicara.

"Astagfirullah!!! apaansih lo bedua, gue tu gak suka sama Rara perlu berapa kali sih gue bilang ke kalian." Kini ia mulai kehabisan kesabaran meladeni kedua sahabatnya itu.

"Awas aja kalo lo entar suka beneran, lo harus traktir kita berdua." Ancam Radit yang sangat yakin jika sahabatnya itu memiliki rasa kepada Rara.

"Ngaco lo bedua." setelah itu Refan langsung bangkit dari duduknya dan berjalan kearah pintu.

"Mau kemana lo?" tanya Radit yang melihat refan melangkah ke luar

"Mau gali lobang, buat ngubur lo bedua." teriak Refan yang kini sudah keluar dari ruangan itu

"Dikira kita udah mati apa? Ada-ada aja tu anak" ujar Rio pada Radit yang dibalasnya hanya dengan gidikan acuh.

###

dont forget to vote and comment!!!

Perihal yang Datang [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang