PART 26

720 34 0
                                    

Sore ini langit tidak secerah biasanya. Awan gelap lebih mendominasi dan udara dingin begitu menyeruak ke dalam tubuh.

Rara baru saja selesai mandi dan kini sedang menapaki tangga untuk turun kelantai bawah. Bunda sedang sibuk dengan peralatan masaknya saat Rara sudah duduk di meja makan.

Ia memperhatikan Bundanya yang sangat cekatan dalam mengolah bahan-bahan dapur itu. Dalam hatinya, ia selalu berpikir apakah ia akan bisa menjadi seperti Bunda dikemudian hari. Menjadi seorang istri yang sangat pandai memasak dan sekaligus juga seorang ibu yang mampu mendidik anaknya dengan sangat baik.

"Ya ampun! Yang ini habis lagi." Ujar Bunda tiba-tiba saat Rara masih asik memperhatikan bundanya itu.

"Kenapa Bun? Apanya yang habis?" Tanya Rara kemudian.

"Ini Loh Ra! Margarin Nya habis. Bunda lupa beli tadi." Jelas wanita berkepala tiga itu.

"Oh margarin. Ya udah kalo gitu biar Rara yang beli aja Bun." Ujar Rara menawarkan diri.

"Eh gak usah biar Bunda aja." Tolak Bunda.

"Ih gak papa kali Bun. Lagian Rara juga nganggur kok. Bunda lanjutin masak aja ya." Bunda tersenyum kemudian, anak gadisnya ini memang sangat pengertian.

"Ya udah kalo gitu Rara berangkat ya." Pamit Rara sebelum melangkah menjauh dari dapur.

"Kamu mau berangkat naik apa?"

"Jalan aja Bun. Lagian kan cuma ke minimarket depan."

"Ya udah hati-hati ya!"

"Iya Bun. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam"

Bunda hanya memperhatikan punggung anak gadisnya yang kini berjalan menjauhi dapur.

***

Rara baru saja melangkahkan kaki keluar dari salah satu minimarket yang berada dekat dengan rumahnya. Dan Ia juga sudah mendapatkan margarin titipan bunda.

Didepan minimarket ada seorang laki-laki yang sedang terduduk disalah satu kursi yang ada disitu dengan kaleng minuman ditangannya. Rara memperhatikannya karena sejak ia datang tadi laki-laki itu sudah berada di sana dan hingga kini pun masih setia duduk di sana.

Ketika Rara sedang melirik ke arah cowok itu, tanpa sadar laki-laki itu pun balik menatapnya dan dengan segera Rara mengalihkan pandangannya dan melanjutkan langkahnya.

Entah apa yang akan dilakukan oleh laki-laki itu karena sekarang ia mengikuti langkah gadis itu dibelakangnya dan mencoba untuk mensejajarkan langkahnya.

Rara yang merasakan perasaan tidak enak pun kini melangkah dua kali lebih cepat agar laki-laki tak bisa mengimbanginya. Ia hanya takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Gadis itu terus melangkah lurus tanpa melihat ke arah lain. Dan apa yang ditakutkannya sedari tadi akhirnya benar-benar terjadi. Entah dari mana datangnya, Laki-laki tadi kini sudah berada didepannya dan itu hampir membuat Rara terhuyung kebelakang sangking kagetnya.

"Hey!" Seru laki-laki itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Sorry gue buru-buru!" Ujar Rara cepat sebelum kembali melangkah. Namun laki-laki tak membiarkannya pergi dan justru menghalangi langkahnya.

"Butuh tumpangan?" Tawarnya lagi tak menyerah.

"Makasih! Tapi gue bisa puoang sendiri. Lagian gue juga gak kenal sama Lo!" Ketus Rara dengan nada kesal karena dia memang sedang kesal dengan laki-laki didepannya kini. Sebenarnya apa yang cowok itu inginkan.

Perihal yang Datang [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang