END~II

958 30 0
                                    

Never Be Alone - Shawn Mendes


***

Gadis itu melangkah menuruni anak tangga untuk menuju ke lantai satu. Entah kenapa perasaannya mendadak gugup dan jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Apakah ini karena dia akan bertemu cowok itu?

Refan yang melihat gadis itu berjalan menghampirinya pun tak dapat menahan senyumnya lagi. Hanya dengan mengetahui bahwa Rara mau menemuinya saja sudah membuatnya senang. Karena jujur, sikap Rara yang tiba-tiba berubah sejak kejadian di danau itu benar-benar membuatnya frustasi. Ditambah lagi saat dia datang ke rumah gadis itu berulang kali namun Rara tak aku menemuinya.

Ketika sudah berada dihadapan laki-laki itu Rara mencoba untuk tersenyum, meski hanya sebuah senyuman singkat namun dia yakin itu dapat menjadi awal untuk memperbaiki semuanya.

Setelah mereka duduk di sofa yang ada di ruangan itu, suasana mendadak hening. Keduanya saling bungkam dan larut dengan pikiran mereka masing-masing. Refan pun yang niat awalnya ingin menyelesaikan masalahnya dengan Rara mendadak gugup saat kini berada didekat gadis itu.

"Siang nanti Lo berangkat ke Canada?" Rara membuka suara setelah cukup lama terjadi keheningan.

"Papa yang ngurusin semuanya, gue aja baru dikasih tau semalam kalo hari ini udah harus berangkat." Ujarnya pelan.

Rara hanya mengangguk paham dan tersenyum tipis ke arah Refan.

"Maaf ya Ra! Maaf karena gue gak nepatin janji buat bisa terus ada disamping Lo. Gue emang cowok brengsek yang gak pantes buat miliki Lo." Lirih cowok itu.

"Lo gak salah Fan. Justru gue yang salah! Gue yang terlalu egois. Padahal Lo ke Canada buat belajar dan ngejar cita-cita Lo. Tapi gue malah marah gak jelas kayak gini."

"Gue juga gak tau kenapa gue tiba-tiba jadi kayak gini. Entah kenapa rasanya sulit banget buat Nerima kenyataan bahwa kita bakal pisah buat waktu yang cukup lama." Rara tak berani menatap mata laki-laki itu dan ia hanya bisa menunduk sekarang.

Refan merasakan desiran dalam hatinya saat mendengar penuturan yang keluar dari bibir gadis itu. Rasanya lucu saja mengetahui gadis itu yang masih belum memahami perasaannya sendiri.Sudah jelas apa yang dikatakannya barusan itu berarti gadis itu juga mempunyai perasaan yang sama dengannya.

"Kenapa Lo malah senyum-senyum?" Tanya Rara karena saat ini Refan terus tersenyum kepadanya dan itu sedikit mencurigakan.

"Apa Lo mau nunggu gue?" Ucap Refan tiba-tiba.

"Tunggu? Tunggu buat apa?"

"Nunggu gue kembali dari Canada dan siap buat ngelamar Lo?" Refan menatap mata gadis itu penuh pengharapan.

Pernyataan itu seketika membuat Rara shock dan tak bisa menyembunyikan rona merah diwajahnya. Sebenarnya apa maksud Refan mengatakan itu. Apa dia sengaja ingin membuat Rara gugup sepeti sekarang.

"Kenapa gak dijawab pertanyaan gue?"

"Gue gak tau." Balas Rara dengan salah tingkah dan kini ia benar-benar tak berani menatap mata coklat itu.

"Atau gue lamar sekarang aja ya, biar gue langsung tau jawabannya." Goda cowok itu.

"Ih Lo apaan sih Fan! Gak sudah becanda deh gak lucu." Cerca gadis itu karena sudah sangat kesal dengan Refan.

Tawa Refan pun pecah apalagi melihat wajah gadis itu yang kini sudah memerah akibat ulahnya.

"Mungkin ngeliat wajahnya Lo yang kesel kayak gini bakal jadi hal yang paling gue kangenin nanti Ra!"

Perihal yang Datang [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang