[12] Boys Time^

275 21 2
                                    

"Riwayat pake peci nih gue besok" gerutu Ali mengusap-usap dahinya.

Bug!

Rizza melempar bantal di dekatnya yang di tangkap Ali. "Udah gue bilangin jangan sok-sokan ikut kiki challengs"

Tadi ketika Ali dan Rizza on the way ke apartment Fatar. Ali tiba-tiba meminta Rizza berhenti, katanya ingin ikut kiki challengs. Rizza sudah memperingati cowok itu, tapi Ali tetap ngotot. Sampai ketika cowok itu sudah berjoget-joget malah menabrak tiang listrik, yang mengakibatkan dahinya kini berwarna agak kebiruan. Rizza tertawa sangat keras saat itu, sampai rasanya ingin pipis. Emang si Rizza sialan, temen susah malah di ketawain. Tiang listrik juga ngapain ikut-ikutan eksis batinya dongkol.

"Jadi Ali emang bener gituan?" tanya Fatar di samping Rizza, cowok itu sama seperti Rizza fokus dengan permainan ps 3nya.

"Bahasa lo gituan ambigu banget" Ali bangkit dari duduknya lalu memperhatikan wajahnya depan kaca.

"Ambigu apanya?" tanya Rizza.

"Please! Gak usah ngomong lagi lo monyet, gue rukyah lagi edan lo"

"Ngomongnya Mamas Ali"

Ali bergedik ngeri, lalu mereka tertawa. Berbeda dengan Dennis yang sedari tadi fokus pada ponselnya.

"Den! Diem-diem bae lo ngomong dikit kek" Rizza melirik Dennis yang tengkurap di atas tempat tidur Fatar. Hari ini mereka berkumpul di apartemen Fatar, hal yang biasa mereka lakukan.

"Diem lo!" Bentak Dennis, cowok itu sangat fokus pada permainan mobile legend -nya membuatnya ingin marah-marah saja ketika di tanya.

"Sialan! Sialan! Curang lo Fat" teriak Rizza ketika Fatar menjebolkan gawang pertahanannya dalam permainan mereka.

Fatar tersenyum miring. "Satu kosong, siap-siap duduk samping Yuli lo besok"

Rizza bergidik ngeri, memang itulah perjanjian mereka sebelum memulai permainan tadi. Jika salah satu di antara mereka kalah harus siap duduk di samping Yuli, cewek berkacamata suka caper yang tidak pernah sikat gigi, hampir sebelas duabelas dengan Rizza anak Ips.

"Harus gue apain ini jidat, tuh tiang listrik sirik banget kalo gue punya tampang cakep sialan emang"

"Si monyet ngomong cakep" Rizza kini memperhatikan Ali, cowok itu sudah selesai dengan permainan ps-nya dengan Fatar. "Harusnya lo nabrak tiang listrik terus deh Li, biar ngomong lo bisa gaul" Rizza tersenyum miring.

Sejak menabrak tiang listrik Ali sudah mengucapkan banyak umpatan. Yang sebelumnya mengumpat satu kali saja sudah banyak berdoa.

"Lo seneng banget liat temen lo menderita"

"Lo harusnya seneng dong Li liat temen lo bahagia" Rizza tertawa mengejek. "Apalagi liat lo besok pake peci, kek anak Mts"

"Mana ada anak Mts, gue gak mau jadi anak Mts, minggu tetap sekolah"

"Ngomong lo, kayak gak pernah Mts aja"

"Emang enggak!"

"Berisik!" Bentak Dennis lagi, cowok itu menghentikan permainan mobile legend- nya dan menatap ke tiga temannya kesal.

"Lo sih diem aja dari tadi" ucap Ali lalu ikut tiduran di ranjang king size Fatar.

"Lo kesel karena marah apa hal lain, keknya hal lain deh" Rizza bangkit berdiri. "Fat di laptop lo masih nyimpen gak?"

Fatar menaikkan alisnya bingung, lalu setelahnya cowok itu mengangguk ketika melihat Rizza memainkan alisnya. "Masih doyan begituan lo?"

"Kalau suntuk aja"

"Masalahnya suntuk lo tiap hari"

"Tahu aja lo"

Rizza mengambil laptop Fatar lalu ikut duduk di ranjang cowok itu. "Gimana Den? Masih bergalau-galau ria lo" tanya Rizza dengan mata terfokus pada laptop di depannya.

"Anjir Za, kalo lo mau mindahin yang begituan jangan di depan gue. Ikut dosa gue entar"

"Gaya lo, kayak gak pernah liat"

"Emang enggak"

"Enggak salah"

Fatar berdiri dan ikut duduk di samping Rizza. "Kalo udah di pindah di ponsel lo hapus aja Za"

"Takut ketauan Indira kan lo?" Fatar tersenyum.

"Gue kesel sama tuh cewek" ucap Dennis tiba-tiba. Ali bangkit duduk menatap Dennis.

"Cewek? Siapa"

Tak ada yang menjawab pertanyaan Ali, ketiga cowok itu malah sama sekali tak memperhatikan cowok itu.

Rizza berdehem. "Lo kesel apa cemburu?"

"Cemburu?" Kini Fatar yang bingung, kenapa Dennis cemburu, Fatar kira Dennis memang tak memiliki hubungan khusus.

"Jangan ngaco lo!" Dennis melempar bantal pada Rizza, membuat cowok itu mengaduh.

"Ya habis lo marah-marah karena liat cewek itu deket sama Ega"

"Gue bukan cemburu tapi gue kesel, gue gak suka sama cewek murahan! Gandeng sana-gandeng sini"

"Apa yang lo liat kan belum tentu seperti apa yang lo pikirin"

"Bodoamat! Intinya gue gak suka"

"Kalo gak suka sewajarnya, gak suka berlebihan biasanya jadi suka tak karuan" ucap Rizza menasihati.

Ali menddorong bahu Rizza di depannya. "Sok bijak lo"

"Lah gue kan emang bijak nyet" Rizza tertawa bangga yang di beri dengusan oleh Ali.

"Lo masih mau nyalonin diri buat jadi ketos?" Kini Fatar yang bertanya, Rizza dan Ali ikut mengangguki pertanyaan Fatar.

"Gue mau tetep lanjut, gak mau gue liat cowok munafik itu makin parah karena jadi ketos" ucap Dennis semangat.

"Emang ada ya yang bakal milih lo? Sebelumnya lo kan gak ikut Osis"

"Yang penting gue udah usaha, usaha biar tukang sok di dunia ini berkurang"

"Lo harus punya cara lain" ucap Rizza tiba-tiba.

"Cara apa emang? Males gue"

"Makanya gengsi jangan di gedein" ejeknya, cowok itu segera menutup laptop Fatar setelah selesai apa yang di lakukannya.

"Daripada anunya yang di gedein" sontak ketiga cowok itu menatap Ali horor, lalu beberapa detik kemudian ketiganya tertawa.

"Anjir! Ali udah gede pemirsah" husteris Rizza.

Dennis menempelkan punggung tangannya di dahi cowok itu. "Gak panas, jadi dia emang udah gede" cowok itu menertawakan Ali.

Ali melepaskan tangannya kasar. "Sialan kalian!"

"Gue sayang lo juga Ali" Rizza memonyong-monyongkan bibirnya ke Ali, membuat cowok itu bergidik ketakutan.

"Za please! Jijik gue" ini Rizza emang udah kebelet banget deh kayaknya batinnya.

Tak peduli ketakutan Ali, Rizza malah semakin memonyongkan bibirnya. "Cium gue dong bang" ucap Rizza manja.

Plak!

Ali menampar Rizza keras, tanpa babibu lagi cowok itu bangkit berdiri dan meninggalkan kamar Fatar. Membuat Dennis dan Fatar tertawa dan Rizza mengaduh kesakitan.

"Sialan tuh si kunyuk Arab, kurang apa gue sama dia" Rizza mengusap-usap pipinya bekas tamparan Ali.

"Lo kurang semok Za" jawab Fatar asal.

"Yang sabar Za, besok kita beli semok ya. Yang seribu dapat tiga" Dennis mengelus-elus punggung Rizza pelan.

"Gue tuh gak bisa di giniin Den" ucap Fatar dramatis.

Mulai lagi batin Dennis kesal.

*

Jangan lupa voment 😉

Delana (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang