[9] Terlambat^

271 22 6
                                    

Demi waktu, Alana merutuki hari ini. Gerbang sekolahnya sudah di tutup, yang membuatnya beberapa kali merayu Pak Supri agar mau membuka gerbang. Sebenarnya Pak Supri mau saja jika membukakan gerbang, asalkan ada sogokan rokok 2 bungkus untuk security itu.

Seperti biasanya, Alana tidak punya uang. Sama sekali tak membawa, karna hari ini memang Alana di janjikan Dennis untuk di traktir. Sialnya baterai ponselnya habis, jika tidak, Alana sudah merekam aksi minta sogok Pak Supri, agar bisa Alana gunakan untuk menakut-nakuti Pak Supri.

"Aduh, kamu lagi Alana"

Alana tersenyum cengengesan melihat Bu Lastri menggeleng-gelengkan kepalanya. Bu Lastri menyuruh Pak Supri membuka pintu gerbang untuk Alana.

"Saya bosen liat kamu terus"

"Saya juga bosen Bu"

"Makanya jangan terlambat biar gak ketemu saya terus"

Alana kembali cengengesan, ia mengikuti Bu Lastri yang untuk ke ruang Bk.

"Mau di hukum apa kamu?" tanya Bu Lastri ketika sudah duduk di kursinya.

"Ya jelas Saya gak mau di hukum lah Bu"

"Saya juga udah tahu Al, kamu yang milih hukuman atau saya yang pilih?" Bu Lastri menyodorkan berupa surat keterlambatan untuk di tanda tangani Alana. "Seminggu ini kamu udah terlambat dua kali loh, kalo tiga kali nanti Saya panggil Bundamu kesini"

"Iya besok-besok Saya nggak terlambat lagi deh, tapi gak tahu kalo kesiangan" Bu Lastri mengelus dadanya, Alana sudah biasa terlambat karena cewek itu mencari kendaraan umum yang sekiranya bisa di tawar atau gratis. Jadi membutuhkan waktu lama untuk itu, Bu Lastri sudah mengetahuinya, beberapa kali Bundanya kesini pun tak membuat Alana jera.

"Saya siram tanaman aja ya Bu, kemarin kan sudah bersihin toilet. Ganti ya"

"Enak ya, kalo terlambat cuma siram tanaman semua murid di sini gak takut buat terlambat kalo gitu."

"Salah sendiri ditawarin, lagipula seminggu ini Saya udah di kasih banyak hukuman"

"Yasudah lari keliling lapangan 10 kali"

"Gak bisa di tawar ya Bu"

"Kamu pikir ini pasar kamu tawar-tawar!"

Alana mengerucutkan bibirnya, ia segera pergi kelapangan. Malas sekali rasanya panas-panas begini, ini karena tadi malam Alana memikirkan meminta traktiran apa pada Dennis, akhirnya Alana susah tidur.

Nafasnya sudah mengap-mengap ketika sudah berlari lima kali. Bodoamat dengan lari 10 kali, Bu Lastri tak sejahat itu sampai membuat siswinya yang baik nan berhati halus seperti kerikil ini pingsan kan? Eh kok keriril!

"Butuh minum?"

Alana mendongak, Ega menyodorkan botol minuman padanya.

"Ah makasih" Alana segera merebut botol itu dan meminumnya cepat. "Tahu lo baik kek gini, gue udah sok akrab dari dulu"

Ega tersenyum. "Makanya jangan nilai orang dari kelihatannya, apalagi katanya"

Alana mengangguk-angguk. "Ya habis gue risih si, denger cewek-cewek  bicarain Ega-Ega mulu. Kayak gak ada pembicaraan lain apa? Padahal gue gak tahu yang namanya Ega itu mana" Alana Tertawa di akhir kalimatnya.

"Kalo sekarang gimana?"

"B aja"

"Jawabannya gak sesuai harapan nih"

Alana tertawa keras mendengar guyonan Ega, tak mempedulikan pandangan geli dari cowok itu. "Btw ngapain lo tadi?"

Ega mengerutkan keningnya, tapi berikutnya cowok itu tersenyum manis. "Gue tadi habis dari ruang Osis, terus liat lo lari-lari"

Delana (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang