[14] Mood Dennis ^

273 17 6
                                    

"Gila si Dennis keren banget"

"Gue gak nyangka Dennis bisa nyanyi, uh senyumnya bikin meleleh"

"Kalau Dennis kayak gitu, gue mau jadi pacarnya"

"Eh gue yang calon pacarnya"

"Gue pacarnya"

"Gue"

"Gue"

Alana menggelengkan kepalanya melihat kedua cewek sekelasnya berdebat berebut Dennis. Semenjak kejadian di kantin itu, banyak cewek yang membicarakan Dennis bahkan mengatakan jika Dennis calon suaminya. Lagu yang cukup romantis membuat mereka semakin klepek-klepek ke Dennis, untung saja Dennis tidak menyanyi wik wik wik wik wik Alana jadi penasaran mereka klepek-klepek ke Dennis atau tidak.

"Alana''

Alana langsung mendongak, Fesya di depannya. Alana terdiam bingung akan mengatakan apa?

"Gue minta maaf" Ucap Fesya pelan.

Alana merasa tersenyum, lalu tanpa aba-aba ia memeluk Fesya. "Gue yang harusnya minta maaf, gue sahabat bodoh yang gak tahu perasaan sama sahabat sendiri"

Fesya menggelengkan kepalanya. "Gue yang salah Al, harusnya dari awal gue cerita bukan malah nuduh lo yang enggak-enggak"

Alana melepaskan pelukannya. "Sekarang kita baikan kan?"

Fesya mengangguk. "Iya, kita baikan"

"Ekhem!" Elda berdehem, cewek itu melipat tangannya duduk di meja dan menatap keduanya. "Enak kan udah baikan"

Keduanya tersenyum, lalu tanpa aba-aba memeluk Elda yang hampir membuat cewek itu terjungkal. "Kita sahabat kan?" tanya Elda.

"Iya kita sahabat" jawab Alana dan Elda barengan. Ketiganya melempar senyum atas baikannya persahabatan mereka.

"Alana ada yang nyari lo" kata Bella menghampiri Alana.

"Siapa?"

"Dennis" bisik Bella pelan.

Alana segera keluar kelas, ia pikir Dennis mengajaknya bertemu sembunyi-sembunyi karena Bella memberitahunya dengan bisik-bisik, tapi ternyata Dennis berada di depan kelas.

"Kenapa?" tanyanya pada cowok itu. Jujur saja Alana merasa canggung karena kejadian saat itu.

"Katanya mau minta tratiran?"

Alana melebarkan mulutnya seketika, tapi beberapa saat kemudian cewek itu menutupnya. Aneh saja jika mengingat ucapan tajam Dennis waktu itu. Alana sudah ingin menolak tapi ucapan Dennis tiba-tiba membuatnya sedikit luluh.

"Gue minta maaf atas kejadian waktu itu"

Akibatnya Alana memikirkannya sampai jam pulang sekolah. Pertanyaan ada apa Dennis sebenarnya memenuhi kepalanya. Tapi lebih dari itu Alana bingung antara menerima tawaran Dennis atau tidak.

"Jangan bengong mulu, gue saranin terima aja deh" ucap Fajar tepat di telinga Alana, membuat cewek itu marah yang tertahan karena pelajaran Bu Marsya masih berlangsung.

Alana masih duduk di samping Fajar meski sudah baikan dengan teman-temannya. Ia malas pindah-pindah, dan tentu saja jika ia pindah ia lebih terkesan ketika butuh saja ia mau bersama Fajar.

"Atau sama gue aja besok, gue mau tanding basket"

"Wah basket?"

Mata Alana berbinar, entah kenapa ia sangat senang melihat olahraga basket meski ia tak bisa bermain basket. Menurutnya anak basket lebih keren daripada futsal, apalagi ketika kaos mereka yang sedikit tersingkap ketika melempar bola, Alana ingin meleleh saat itu juga.

Delana (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang