[8] Gue Traktir!^

299 29 2
                                    

Semoga suka ya  😉

"Kemarin hoodie sekarang sepatu, besok apa Al ponsel?" Tanya Fesya ketus. Fesya tidak bermaksud bertanya hanya ingin menyindir cewek itu yang sepertinya bernasib bagus.

"Lo pikir enak bawa barang orang terus? Kalo gue bisa milih ya gak mau bawa barang orang terus"

"Jangan jadi orang munafik Al, kalo ngomong nggak mau ya di tolak bukan di terima. Sekarang kalo ngomong banyak dusta"

"Terserah deh Fe, gue duluan" Alana mengambil tasnya meninggalkan kedua cewek yang masih duduk itu.

Elda dari tadi hanya diam melihat keduanya. Percuma jika Elda melerai cewek itu malah akan di bentak keduanya. Fesya memang seperti itu bersikap ceplas-ceplos tak memikirkan perasaan temannya akan ucapannya.

"Fe lo mau balik sekarang atau nanti"

"Lo balik dulu aja El, gue masih ada urusan"

Elda mengangguk  meninggalkan Fesya yang masih duduk dan bersidekap dada. Sebenarnya Elda berniat mengajak Fesya ke toko buku tapi melihat Fesya yang sepertinya kesal Elda mengurungkan niatnya.

Dari jarak jauh Elda melihat Ega yang berjalan dengan senyum manis di bibirnya. Entah kenapa Ega menjadi pandangan menarik baginya, mungkin karena Fesya yang sering menceritakan cowok itu.

Elda menajamkan matanya ketika seorang cewek mengejar Ega. Matanya memincing Elda tahu siapa cewek itu, Alana memberikan sesuatu pada Ega. Itu membuat Elda penasaran apa yang di berikan Alana pada Ega, yang Elda tahu Alana tidak mengenal Ega karna cewek itu terlalu cuek pada sekitarnya.

Elda menggeleng-gelengkan kepalanya ketika pikiran buruk tentang Alana melayang di otaknya. Ah tak seharusnya Elda memikirkan hal buruk pada temannya, lebih baik Elda cepat-cepat pulang sekarang.

*

Mood Alana berubah buruk mendengar ucapan Fesya. Alana ingin sekali membantah dan memaki-maki cewek itu, tapi memang seperti itu karakter Fesya. Percuma, Fesya tak akan berhenti dan malah semakin memojokkannya.

Klunting!

Sebuah kunci jatuh dihadapannya. Cewek itu memungutnya, kepalanya mengedar mencari siapa pemilik kunci itu. Hanya ada satu cowok di depannya, cowok itu memunggunginya.

"Hei tunggu!"

"Hei nama lo siapa sih, tunggu!"

"Woy tunggu woy!"

Alana mendesah lega karena akhirnya cowok itu berhenti. Cowok itu berbalik menatap Alana ramah. 

"Ada apa ya?"

"Ini kunci lo"

Ega mengerutkan keningnya lalu tanggannya menggerayangi saku celananya. "Eh iya kunci gue itu"

Alana memberikan kunci motor itu pada Ega, yang di sambut cowok itu senyuman tulus. "Makasih ya"

Alana mengangguk.

"Btw lo mau pulang?" Tanya Ega.

"Kenapa?"

"Bareng gue aja sebagai ucapan terima kasih"

"Gak usah gue mau naik angkot"

Alana tersenyum menganggukkan kepalanya sebagai formalitas sebelum berbalik untuk meninggalkan cowok itu. Namun belum satu langkah lengannya di cekal oleh Ega.

"Sebagai ucapan terima kasih gue gak mau punya utang budi sama orang" bujuk Ega.

"Sorry, tapi gue ada urusan" Alana masih berusaha menolak. Ia masih ada urusan untuk meminta sepatunya kembali. Tak apa jika uang sakunya berkurang karena ia gunakan untuk naik kendaraan umum, asalkan ia tidak membeli sepatu yang harganya jauh lebih mahal daripada ongkos naik kendaraan umum.

Delana (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang