[23] Gak Boleh Iri^

202 12 6
                                    

Alana masih tak percaya apa yang di ucapkan Dennis. Sudah beberapa kali dirinya mencubit diri, namun memang sakit yang artinya dirinya tidak mimpi.

Jadi yang salah akan mimpinya itu Dennis. Mimpi apa cowok itu kemarin bisa berbuat baik dengan dirinya. Enggak baik si, tapi ketika dirinya membuat kesalahan tapi cowok itu mengatakan 'gak papa' itu rasanya sama seperti dirinya bisa mencium sikunya sendiri.

Eh, apa dirinya udah bisa cium siku ya?

"Lo apaan si Al, ribut mulu." ucap Fajar ketika melihat Alana berusaha mencium sikunya.

Bukan cuma itu, karna sebelumnya Fajar mendapati Alana mencubiti dirinya sendiri. Fajar jadi sangsi kalo Alana baru saja kerasukan setan.

"Gue lagi gak di dunia mimpi kan Jar?" tanya Alana menatap kosong depan.

"Mimpi terus sono, sampe mampus! Gue mah mau pulang" Fajar mengambil tasnya dan meninggalkan Alana yang masih menatap depan dengan kosong.

Lalu beberapa detik kemudian cewek itu baru sadar jika Fajar sudah meninggalkannya. "Lah, gue kok di tinggal?"

"Dasar Si Fajar kampret!" gerutunya. Cewek itu mengedarkan pandangannya ke kelas yang sudah sepi. "Lah, kok udah sepi aja!"

"Lo sih, ngelamun mulu dari tadi" ucap Elda menghampiri Alana. "Ngelamunin Dennis mulu kan lo" tuduh Elda.

"Kok lo tah--"

Buru-buru Alana menutup mulutnya. Bagaimana bisa ia akan keceplosan ngelamunin cowok ketus itu, lagian siapa si yang ngelamunin Dennis. Alana kan lagi memikirk--eh kan sama aja!

Elda terkekeh. "Ngaku juga lo!"

"Eh gue gak ngelamunin dia ya!" sergah Alana.

Elda mengendikan bahunya. "Dia yang lo lamunin itu lagi di depan loh!"

"Eh beneran?" Alana menatap tak percaya Elda yang di beri anggukan oleh cewek itu.

Elda kembali terkekeh ketika melihat Alana dengan semangatnya  keluar kelas. Alana memang seperti itu, anaknya penuh semangat tapi Elda merasa ada aura berbeda pada mata cewek itu. Entahlah! Mungkin hanya perasaan Elda saja.

"Dennis?"

Cowok yang di panggil itu langsung menoleh kesumber suara. Yang semula bersandar pada tembok.

"Ada apa Den? Lo mau marahin gue ya? Lo baru sadar kalo gue salah ya? Aduh Den sekali lagi gue minta maaf ya" Alana menundukkan kepalanya.

Ketika mendengar Dennis ada di depan kelasnya, Alana memang sedikit merasa samangat? Tapi ketika melihat wajah yang selalu terlihat ketus itu, membuat Alana ingat kesalahan sebelumnya pada cowok.

"Dih, pd gila"

Cewek berkuncir kuda itu langsung mendongak menatap Dennis. Jawaban Dennis tak sesuai ekspetasinya. "Mak-maksudnya?"

"Capek gue marahin lo mulu, gak guna juga"

Alana menatap Dennis tak percaya. "Lo serius? Lo gak bakal marahin gue? Gak bentak-bentak gue? Gak maki-maki gue?"

Dennis mengela napas, cowok itu bersidekap dada mencondongkan tubuhnya ke Alana. "Jadi lo maunya gue kayak gitu?"

Deg!

Deg!

Deg!

Aduh kenapa dadanya malah bergetar gini sih. Harusnya kan Alana cepat-cepat jawab sebelum cowok itu berubah pikiran. Tapi yang ada, ia malah terpaku ke mata sebiru lautan itu.

Delana (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang