[15] Alasan Bahagia^

278 20 4
                                    

Ada yang indah di weekend yaitu setelah tidur bisa tidur lagi. Itu yang di lakukan Alana sampai kepalanya terasa pening. Tidak ada yang dia lakukan, selain tidur dan sesekali berebut remot tv dengan adiknya--Nialla yang masih sd, karena pemilihan program tv yang tidak sesuai. Alana lebih suka kotak kuning sedangkan Nialla lebih suka gundul kembar. Alana sudah bernafas lega setelah akhirnya Nialla ikut bermain dengan teman-temannya.

Tapi saat sudah jam 12.00 Bunda ikut nimbrung bersamanya yang menyukai program tv yang isinya terangkanlah! Terangkanlah! Alana masih bisa menahan menonton tv yang isinya mati-matian, hamil-hamilan dan sakit-sakitan itu. Tapi Bunda yang ikut menangis yang membuatnya tidak tahan.

Alana ingin saja guling-guling, jungkir balik di depan Bunda. Tapi untung saja masih ingin belum di lakukannya. Suara tangisan Bunda semakin kencang ketika melihat sang tokoh utama meninggal. Bundanya ini sungguh sangat absurd.

Akhirnya Alana membujuk Bunda untuk membuat berbagai macam bronis. Bunda mau, Bunda sangat antusias membuatnya sangking antusiasnya semua bahan langsung di campurkan semua lalu di aduk begitu saja, setelahnya di oven.

Hasil yang memuaskan, sampai jika di hantamkan ke kepala orang saja akan pingsan seketika karena sangat padat. Alana sangsi, bahwa kue yang di buat bundanya itu akan membuat kucing langsung mati jika di lemparkan.

Untung saja Ayah tidak pernah menyuruh Bunda membuat kue. Bisa-bisa mulut ayahnya terjadi gempa karena gigitan pada kue yang menggetarkan mulut hingga giginya serasa akan rontok semua.

Setelah jam 14.30 Alana segera bersiap-siap, tepat jam 15.00 Fajar menjemputnya cowok itu terlihat keren dengan seragam basketnya dan vespa maticnya.

"Tumben lo kelihatan cantik hari ini"

"Ngomong cantik lagi, bakal ada sepatu yang melayang ke mulut lo"

Fajar tertawa, cowok itu segera menyuruh Alana naik dengan sebelumnya memberikan helm kecewek itu. "Gue tuh gak suka sama motor ginian"

"Jangan jadi cewek alay lo, kalo gak ninja gak cinta. Padahal ciwi-ciwi tuh pada demen kalo disuruh naik ginian lo sosoan gak suka."

"Ya soalnya ciwi-ciwi banyak yang suka makanya gue gak suka" kekehnya. "Gue mah team beat"

"Siapa juga yang nyuruh ikut?"

"Setan!" Kesal Alana. "Lagian gue kan bercanda dudul!"

Fajar terkekeh pelan. "Vespa matic paswordnya apa Al?"

"Yang beliin bokapnya, yang pake anaknya, yang pamer pacarnya" jawab Alana membuat keduanya itu tertawa pelan.

Namun motor yang digunakan Fajar ini sedikit banyak hasil dari usahanya. Meskipun anak orang kaya Fajar menyambi bekerja di bengkel. Bukan apa-apa Fajar hanya menyukai hobinya tentang motor, dengan begitu dia juga bisa belajar mandiri.

"Lo tanding sama anak SMK?" Tanya Alana saat dirinya dan Fajar berjalan menuju lapangan basket indoor.

"Semacam tanding persahabatan cuma uji kemampuan"

"Dasar cowok! Isinya hal-hal yang gak penting"

"Gaada namanya basket gak penting"

"Iya, tapi kalo tanding uji kemampuan doang yah buat apa capek-capek tapi gak dapet hadiah"

"Lo sih yang lo pikirin cuma hadiah, lo disini dapet pengalaman juga dapet teman. Lagian lumayan bisa liat anak cheers buat cuci mata"

"Besar banget tuh mata bisa di cuci pake anak cheers"

"Nyebelin banget sih lo" tanpa aba-aba Fajar menjepit kepala Alana dianta ketiaknya.

"Anjir Fajar asem!" ucap Alana kesal mencoba melepaskan. Fajar tertawa, cowok itu malah semakin mengeratkan kepala Alana, sampai suara tepukan tangan tanda untuk berkumpul baru di lepaskannya.

Delana (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang