[10] Tentang Alana^

260 26 2
                                    

Bell istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit lalu, tapi Alana masih berada di dalam kelas. Sebenarnya Alana sudah menunggu-nunggu saat ini tadi malam, meminta traktiran Dennis. Tapi, karena masalahnya dengan Fesya membuatnya malas. Elda pun hanya mengikuti Fesya, sepertinya cewek itu memang berusaha menenangkan Fesya.

Alana tak rugi jika istirahat kali ini tidak mendapat traktiran Dennis, karena cewek itu meminta hospot Fajar, membuatnya bisa mengalihkan masalahnya dengan Fesya dengan membuka segala jenis video lucu di youtube.

"Jar gue  ajarin ML dong"  ucap cewek itu sedikit merengek, Alana mendekatkan tubuhnya kearah Fajar.

Fajar meneguk salivanya, menatap horor Alana. "Lo yakin?"

"Yakinlah, gue juga pengen bisa ML"

Fajar menatap lekat-lekat Alana, menatap keatas bawah. "Mungkin tenaga gue gak kuat kalo ngadepin lo"

"Gue aja kuat Jar, masa lo engga?"

Keringat Fajar menetes, tangannya jadi gemetar. Matanya menatap lekat-lekat Alana, lalu tatapannya jatuh pada bibir cewek itu. "Lo emang pernah kissing?"

"Loh kok ada kissing Jar?"

"ML kan emang ada kiss--"

"Tunggu-tunggu ML yang lo maksud ini apa?"

"Eh,"

"Yang gue maksud mobile legend, lo mikir yang aneh-aneh ya?" Mata Alana melotot garang ke Fajar.

Cowok itu masih memperhatikan Alana, cewek itu mengikuti pandangan Fajar kearahnya. Alana segera menyilangkan tangannya di depan dada. "Lo mesum!"

"Gue--"

Plak!

Bruk!

Alana menampar wajah cowok itu kuat sampai terjatuh dari kursinya, begitu juga dengan kursi yang didudukinya ikut menimpanya. Udah jatuh masih tertimpa tangga, sepertinya Fajar lebih dari itu. Pipinya panas dan kepalanya pusing akibat tamparan Alana, tubuhnya sakit karena terjatuh di tambah kursi menimpanya.

"Fajar!" Mata Alana melotot, ternyata sekencang itu tamparannya hingga membuat Fajar sakit berlipat-lipat.

"Sialan lo Al" Fajar mengusap-usap pipinya yang nyeri, lalu cowok itu bangkit berdiri.

"Hahaha..." Cewek itu tertawa keras.

"Kenapa?"

Alana tak menjawab, ia tetap menertawakan Fajar. Karena di pipi cowok itu ada bekas merah, bekas tangannya yang begitu jelas. Alana tertawa semakin kencang, tak memedulikan gerutuan kesakitan Fajar.

*

Dennis hanya diam ketika berada di kantin, membuat Rizza dan Ali mengerutkan kening bingung. Menduga-duga bahwa Fatar menularkan es bekunya pada Dennis.

"Kenapa sih elo? Gemes gue liatnya dari tadi diem mulu"

Ali mengangguki ucapan Rizza, percuma ia bicara karena Rizza pasti akan menyumpalnya dengan sesuatu. Karena pasti yang di ucapkan Ali selalu membuat mereka yang beraroma setan ini, kupingnya akan panas.

Dennis tetap diam, mengabaikan pertanyaan kedua temannya. Ia tetap fokus pada bakso yang di makannya.

"Lama-lama gue juga mau jadi dingin ah, biar Ali gak punya temen" ucap Rizza melirik Ali.

"Gue masih punya Tuhan"

Jawaban yang tak bisa di bantah. Karena ucapan Ali memang benar, ini yang membuat Rizza kesal dengan Ali, tidak bisa di ajak bercanda.

"Iya deh terserah lo"

Ali tertawa, "Ya habis lo kalo ngomong kayak anak kecil"

"Kayak anak kecil juga gue bukan elo"

Kini gantian Ali yang diam, Rizza yang senang karena sudah membuat Ali kesal.

"Menurut lo Alana itu gimana?"

"Uhukk.... Uhukkk" Rizza terbatuk, cowok itu segera meminum air yang di sodorkan Ali dengan senyum mengejek.

"Maksud lo?" Tanya Rizza memperjelas.

"Jawab" balas Fatar. Rizza menatap kedua temannya aneh, tumben saja Dennis bertanya soal perempuan se-SMA mereka, karena Dennis sangat menghindari berpacaran dengan cewek satu sekolah, jadi cowok itu tak pernah membahas cewek SMA Garda Victoria. Dan sepertinya Fatar juga ingin tahu tentang cewek itu.

"Ini maksudnya apa?"

"Jawab aja"

Rizza kembali meneguk mimumannya, menatap Ali sebentar, cowok itu hanya mengendikkan bahunya. Rizza berdehem sebentar. "Dia baik, lucu juga"

"Bukanya dia cewek murahan ya?" Rizza melotot dengan pertanyaan Dennis.

"Kok murahan sih"

"Emang apa namanya? Kalo cewek mau diajak jalan sama cowok mana aja"

"Alana kan emang suka makan"

"Iya, dia suka makanan gratis tapi dia lupa kalo cewek itu juga harus jadi pemalu biar di hargain"

*

"Lo yakin gak mau baikan sama Alana?" tanya Elda hati-hati pada cewek berambut pirang di depannya.

Fesya menggeleng. "Gue butuh waktu, masih kesel aja sama dia"

"Fe, Alana itu temen kita loh. Oh bahkan sahabat, bukanya kita salah kalau kita jauhin dia tanpa sebab kayak gini"

"Gak ada orang jauhin tanpa sebab itu El" ucap Fesya keras, membuat Elda semakin takut dengan cewek itu.

Fesya terlihat marah, wajah cewek itu sudah seperti wajah antagonis di film-film. Menurut Elda, Fesya memang sangat cantik dengan wajah ala baratnya itu tapi juga terlihat garang di saat tertentu.

"Tapi lo juga jangan ngelarang gue deket Alana." Jawab Elda pelan. Tidak ada respon apapun dari cewek itu, Elda melanjutkan ucapannya.

"Lo boleh kesel sama orang, tapi lo jangan ngajak orang lain buat kesel sama orang itu" Elda memejamkan matanya, takut mendapat semprotan dari Fesya. Elda membuka sebelah matanya, melihat Fesya hanya diam seperti memikirkan sesuatu.

Elda mendekat ke Fesya, mengusap punggung cewek itu. "Gue tahu lo kesel, karna hampir setahun ini lo berusaha biar Ega ngelirik lo, tapi Alana yang lebih deket dulu sama Ega"

Fesya menatap Ega kaget, pasalnya ia belum cerita apa-apa pada Elda tentang Ega dan Alana.

"Tapi cara lo yang ngejauhin Alana ini salah Fe, Alana nggak tahu apa-apa soal ini"

Elda menghela nafasnya pelan. "Lo emang butuh waktu buat nenangin hati lo, tapi jangan terlalu lama karna waktu nggak bisa menunggu"

*

Updet karena tanggal 1010 😉

Jangan lupa vote sama comment 😁

Delana (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang