Sesampainya Kagura, Sougo, dan Souko di sekolah, mereka pergi ke tempatnya masing-masing. Kagura pergi ke kelasnya, Sougo pergi ke klub Kendo, dan Souko pergi ke klub basket. Karena gedung kelas dan gedung ruang klub berlawanan arah, mereka harus berpisah. Kagura yang sendiri pergi ke gedung kelas pun pamit memisahkan diri.
Sebelum benar-benar memisahkan diri, Kagura menyempatkan diri untuk melirik Sougo. Dan alangkah terkejutnya dia saat tau Sougo sedang melihatnya. Kagura tersenyum canggung untuk menutupi kekagetannya itu.
Jantung Kagura seakan berhenti berdetak saat Sougo membalas senyumannya. Sougo tersenyum. Bukan senyum menyebalkan, bukan senyum menggoda, dan bukan senyum 'udang di balik batu’. Sougo tersenyum tulus. Senyuman yang terlihat lembut dan manis.
Kagura tertegun melihat pemandangan yang luar biasa dan baru pertama kali dia lihat. Sougo memang tampan, tapi senyumannya itu membuatnya seratus kali lebih tampan dari biasanya.
Sadar dirinya sedang terlena dengan ketampanan Sougo, Kagura segera berbalik dan berlari ke gedung kelas. Tentu saja hal itu membuat Sougo dan Souko bingung.
“Kenapa dengannya?” gumam Sougo. Dia bertanya-tanya kenapa Kagura lari setelah melihatnya senyumnya. Apakah ada yang salah dengan caranya tersenyum? Bukankah sebelumnya Souko tersenyum sama seperti bagaimana Sougo tersenyum tadi?
Souko yang bingung, melirik kembarannya. Kebingungannya itu lenyap seketika karena tau apa yang membuat Kagura berlari. Dan alasan itu adalah Sougo.
Souko tertawa kecil melihat Sougo yang sedang berlatih tersenyum. “Kau tau kalau saat ini kau terlihat seperti orang bodoh?”
Sindiran Souko menimbulkan perempatan imajiner di pelipis Sougo. Tidak terima dengan sindiran itu, Sougo menghentikan langkahnya dan menghadap Souko.
“Apa?” tanya Souko. Sebelah alisnya terangkat karena bingung dengan kakak kembarnya itu tiba-tiba berhenti dan menatapnya.
“Apa yang berbeda (dengan senyumanku)?” tanya Sougo sambil mencubit kedua pipi Souko. Selain mencubit pipi Souko, dia juga memainkannya seperti sedang bermain plastisin.
Souko mencengkram tangan Sougo yang sedang memainkan kedua pipinya itu lalu menyingkirkannya. “Pipiku bukan plastisin, Bodoh!”
“Benarkah? Kupikir pipi tembem mu itu hasil dari operasi plastik. Ah… Benar juga. Pipi tembem mu itu karena kerakusan mu.” Sindir Sougo. Dia kembali teringat dengan Souko yang menghabiskan susunya sehingga dia harus pergi ke minimarket di tengah malam. “Kau tau akibat dari kerakusan mu itu?”
“Aku tidak rakus, Bakaiser!”
“Kau rakus, Piggy! Kau menghabiskan susuku. Karena itu aku harus pergi ke minimarket tengah malam.” Kata Sougo kesal. Ingin sekali dia membentak Souko. Tapi karena sekarang mereka di sekolah, dia berhati-hati agar orang disekitar mereka tidak mendengar pembicaraan mereka.
“Tunggu! Tadi pagi kau baru pulang, kan? Mungkinkah…”
Sougo menghela nafas untuk menghilangkan kekesalannya. Tapi wajah Souko yang terlihat terkejut malah membuatnya menjadi tambah kesal. “Ya. Aku tidak bisa sampai rumah sebelum pukul dua belas. Aku berubah di jalan. Berubah menjadi kucing di depan, Yato Kamui.”
Souko menutup mulutnya dengan tangannya. Dia sudah menebak kalau Sougo berubah di luar rumah. Tapi di depan Kamui…
“Lalu apa yang terjadi?”
“Dia membawaku ke tempat tinggalnya.” Jawab Sougo.
“Eh?! Kalau begitu kau sudah tau dimana rumahnya berada? Apa kau berhasil mencium Kagura dengan tubuh kucingmu?” serentetan pertanyaan keluar dari mulut Souko. Rasa penasarannya sudah tidak terbendung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Good Day To Change (End)
Teen FictionLahir di keluarga yang kaya, memiliki wajah yang tampan, penampilan yang menarik, dan selalu menjadi peringkat teratas. Itulah Okita Sougo. Tapi dibalik dirinya yang sempurna itu, dia memiliki kekurangan. Yaitu, sifatnya yang buruk dan... Dia akan b...