(Not) A Good Day To Start A Bad Things

1K 118 10
                                    

“Bagaimana kencannya?”

Kagura terkesiap lalu menoleh ke belakang. “Gin-chan!” bentak Kagura.

Gintoki membalas bentakan Kagura dengan senyuman meledek. Wajah tetangganya itu terlihat sangat merah dan bisa ditebak apa yang sedang dipikirkannya. “Siapa yang sebelumnya bilang sangat yakin kalau perasaannya itu adalah benci?” sindir Gintoki yang berdiri di belakang Kagura sambil bersedekap.

“Kau sudah seperti ibu-ibu tukang gosip, Gin-chan!”

“Oho….” Gintoki kembali tersenyum meledek karena mendapatkan ide untuk membuat Kagura tambah kesal. Layaknya seperti seorang ibu-ibu tukang gosip yang sedang menggoda anak gadis tetangganya, tangan kanannya menutup mulutnya dan tangan kiri dikibaskan ke depan. “Ara? Kagura-chan habis pergi berkencan dengan Okita-kun, ya?”

Kagura mengepalkan tangannya bersiap untuk memukul wajah Gintoki yang sedang menertawakannya. Tapi karena teringat ibunya selalu menegurnya untuk selalu bersikap baik dan ramah pada tetangga, Kagura menghela nafas untuk meredam amarahnya. “Ya, aku habis kencan dengan dia. Memangnya kenapa?”

“Uwah! Galaknya….” Kata Gintoki sambil memegangi kedua lengannya. Tindakannya itu berhasil membuat Kagura kembali kesal.

“Gin-chan, jangan sampai tinjuku ini melayang mengenai wajah seperti kukang mu itu.” Kata Kagura dengan kepalan tangannya yang diangkat.

“Wajahku tidak seperti kukang, Bakagura!” kata Gintoki kesal. Dia mendekat lalu mengacak-acak rambut Kagura hingga Kagura menendang kakinya. “AKH! SA- Cih! Sialan! Kalau kau seperti itu memangnya dia akan mau denganmu?!”

Sambil mendengus kesal dia merapikan rambutnya. “Itu bukan urusanmu, Gin-chan!” Bentak Kagura lalu membuka pintu tempat tinggalnya. “Dasar Gin-chan bodoh! Jelek! Pemalas!”

Kagura membanting pintu di depan Gintoki yang sedang meringkuk. Sambil berdecak kesal, Gintoki berdiri dan menggaruk tengkuknya. “Padahal aku bisa saja membantu hubungannya dengan si bocah nakal dan sadis itu.” Gerutu Gintoki lalu membuka pintu tempat tinggalnya dan masuk ke dalam.

._._._._._._._.

Kagura merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Mengingat-ingat kembali bagaimana dia bertemu dengan Sougo.

.

.

.

Dua tahun yang lalu di China, Kagura dan keluarganya pergi ke kampung halaman ayahnya untuk berpamitan karena mereka akan pindah ke Jepang. Karena kebetulan saat itu sedang ada festival panen, mereka diminta untuk menikmati festival itu sebelum pergi.

Berbeda dengan Kamui, Kagura tidak bisa menikmati festival itu. Gadis-gadis seusianya hanya mengajak Kamui, sedangkan Kagura dibiarkan sendiri. Sebenarnya saat itu Kamui sempat mengajaknya. Tapi karena Kagura melihat ketidaksukaan gadis-gadis itu, dia menolak ajakan Kamui.

Kagura tidak pernah suka datang ke desa itu. Setiap kali datang, gadis-gadis seusianya selalu menatapnya dengan tatapan tidak suka. Entah apa yang sudah dia lakukan sampai mereka menatapnya seperti itu. Padahal ini mungkin terakhir kalinya dia akan datang ke desa itu. Tapi sampai terakhir pun, dia tidak bisa menyukai desa kampung halaman ayahnya itu.

Bosan, Kagura meminjam parasol dan berjalan meninggalkan desa. Dia berjalan ke sembarang arah sampai dia menemukan sebuah kuil yang tidak terawat.

Ayah Kagura pernah menceritakannya kalau di atas bukit, ada sebuah kuil yang tidak terawat. Di dalam kuil itu terdapat sebuah patung harimau yang besar. Ayahnya bilang kalau itu adalah wujud dari dewa pelindung hutan.

A Good Day To Change (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang