“O- Okita… Sougo. Ka- Kau...”
.
.
.
Sougo kucing mematung. Dia berubah di depan orang. Dia berubah menjadi kucing di depan Kamui.
Kamui tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Dia menghampiri Sougo kucing dan mengangkatnya. “Ini… bukan mimpi, kan?”
Sougo kucing baru sadar kalau tubuhnya diangkat Kamui. Dia berusaha untuk melepaskan diri dari pegangan Kamui. Dia mencoba menggigit dan mencakar tangan Kamui. Tapi karena cara Kamui memegangnya, Sougo tidak bisa melakukan perlawanan dan melepaskan dirinya dari Kamui.
Dua pria kantoran yang tadi dilihat Sougo sudah sampai di persimpangan tempat Sougo kucing dan Kamui berada. Mendapati Kamui sendirian bersama seekor kucing di tengah malam, salah satu pria kantoran itu menegur Kamui.
“Apa yang kamu lakukan disini? Ini sudah tengah malam.”
Ketika Kamui akan menjawab pertanyaan, tiba-tiba Sougo kucing mengeong. Entah kenapa Kamui mengerti arti dari meongan Sougo kucing. Sougo kucing meminta Kamui untuk tidak memberitahukan dua pria kantoran itu soal Sougo yang berubah menjadi kucing.
Kamui memeluk Sougo kucing, mengambil kantong plastik belanjaan Sougo, lalu menjawab pertanyaan tadi. “Aku dan kucingku lapar. Karena susu di rumah sudah habis, aku keluar untuk membelinya.” Kata Kamui sambil memperlihatkan kantong plastik yang berisikan susu.
“Meong! (Aku bukan kucingmu!)”
Kamui tersenyum manis sambil mengelus-elus kepala Sougo kucing. Dia tidak peduli dengan Sougo kucing yang terus mengeong dan memberontak.
“Lalu kenapa kau tidak langsung pulang ke rumahmu?” tanya pria kantoran yang lain.
“Sebenarnya aku mau pulang, tapi ada sekumpulan berandalan di persimpangan. Aku harus melewati persimpangan itu kalau aku mau pulang.” Jawab Kamui sambil menunjuk ke arah persimpangan di belakangnya.
Pria kantoran yang tadi bertanya berjalan ke arah persimpangan yang dikatakan Kamui. Saat dia menengok, memang benar ada sekumpulan berandalan sedang nongkrong. Dia lalu menegur kumpulan berandalan itu dan mengusir mereka.
Kumpulan berandalan itu marah dan menyerang pria kantoran itu. Tapi serangan berandalan itu berhasil dihindari. Pria kantoran itu menghindari setiap pukulan yang dilancarkan berandalan-berandalan itu dan membuat mereka saling memukul.
“Ahahaha…. Mereka salah memilih lawan.” Kata pria kantoran yang berdiri di samping Kamui. Dia mengeluarkan ponselnya lalu menempelkan ponselnya itu di telinganya. “Halooo? Polisi? Ada berandalan-berandalan yang menyerang teman saya. Alamatnya di….”
Pria kantoran yang di samping Kamui mengatakannya cukup keras sehingga salah satu dari berandalan-berandalan itu mendengarnya. Berandalan yang mendengarnya segera menghentikan teman-temannya dan mengajak mereka untuk pergi. Berandalan-berandalan itu terpaksa pergi karena tidak mau ditangkap polisi.
“Ahahaha… Mereka jatuh ke tipuan ku.” Kata pria kantoran itu sambil memasukkan kembali ponselnya ke saku celana. “Abuto-san, ayo kita pulang!”
“Seperti biasa. Kau memang licik, Sakamoto.” Kata pria kantoran yang dipanggil Abuto. Dia berjalan ke persimpangan dimana Kamui dan koleganya berdiri. Dia menepuk pundak Kamui lalu menyuruhnya pulang. “Mereka sudah pergi. Sekarang kau bisa pulang.”
Dua pria kantoran itu melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Kamui dan Sougo kucing. Kamui sedikit membungkukkan badannya untuk memberikan hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Good Day To Change (End)
Teen FictionLahir di keluarga yang kaya, memiliki wajah yang tampan, penampilan yang menarik, dan selalu menjadi peringkat teratas. Itulah Okita Sougo. Tapi dibalik dirinya yang sempurna itu, dia memiliki kekurangan. Yaitu, sifatnya yang buruk dan... Dia akan b...