Dua minggu berselang. Kupikir, aku akan menjadi semakin dekat dengan seorang Taeho. Tapi tidak. Aku menjaga jarak padanya, begitu pula ia menjaga jarak padaku.
Entahlah. Tak ada yang memahami orang sepertinya. Aku hanya berpikir positif bahwa ia tak ingin aku kecewa jika berdekatan dengan orang sepertinya.
Walau aku terkesan dengan keberadaannya, aku tetap memegang prinsipku untuk tak semudah itu jatuh percaya. Apalagi.. jatuh cinta.
"Sedang sibuk apa kau?"
Aku tersentak ketika mendengar suara Taeho tepat di belakangku.
"Sedang banyak tugas. Tak ada yang spesial. Kenapa?" jawabku, usai menoleh ke arah sumber suara yang benar adalah Taeho.
Taeho berjalan dan duduk tepat di sebelahku, di sebuah kursi beton halaman belakang kampus. Lelaki itu tampak lebih rapi dari biasanya. Rambutnya jatuh menutupi dahi, tak tampak acak-acakan.
Ia mengenakan jaket jeans bertudung dibalik kaus putihnya, dan celana jeans hitam yang agak robek di bagian lutut.
Ya, ia tampak lebih 'layak' kali ini. Untuk seorang yang tak peduli penampilan seperti Taeho.
"Tak ada apa-apa. Penasaran saja. Aku.. tak melihatmu akhir-akhir ini," ucap Taeho.
Aku mengedipkan kedua mataku, cepat. Mengendalikan otakku untuk berpikiran logis dan netral cukup sulit sebagai seorang perempuan yang bermain dengan rasa.
"Ah, kupikir ada apa," komentarku, mencoba agar terdengar tak terlalu peduli.
Aku dan Taeho terdiam cukup lama setelah itu. Tadinya, jika Taeho tak memunculkan dirinya, aku berencana untuk ke perpustakaan. Tapi tentu saja aku tak bisa ketika ia datang.
Lelaki itu akan berbicara panjang lebar padaku. Ya, kupikir pasti akan demikian. Kenyataannya, ia basa basi denganku dan atmosfer penuh keheningan menyelimuti kami.
"Yunhee"
Aku baru berpikir akan pergi mendahului ketika Taeho pada akhirnya membuka mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
y o u ✓
Teen Fiction"Aku tak tahu spesies manusia sepertimu masih ada di dunia." ©2018, amyoungiya_