Sekelompok Orang Asing

92 0 0
                                    

"Selamat pagi, kakak kakak." Ucap gyni sambil merapikan pakaian yang ia kenakan.

"Pagii." Teriakku,

"Mau kemana kamu?" Tanya maze.
"Berkeliling." Balasnya, "see ya!"
"Hei! Ajak Devan bersamamu!" Teriak Maze.
Gyni membalasnya dengan berteriak,

"Devan masih tidur! Aku tidak mau kehilangan udara seenak ini!" Sambil berlari pergi.

Aku menggeleng-gelengkan kepala.

"Mau nonton apalagi ya?" Tanya Maze.
"Home Alone aja ya, sayang."

Dia mengangguk.

"Aku gantikan, sebentar." Ucapku sambil menggantinya.

"Hey bruh! Sudah bangun?" Teriak Maze saat melihat Devan menuruni tangga dengan sempoyongan.

"Yang kau lihat memangnya apa?" Celetuk Devan.
"Hey! Tidak sopan!"
"Sudahlah, aku lapar. Apa ada makanan, kakak kakak?" Keluh Devan.
"Ada roti dan sereal disana. Hanya itu yang ada disini."

"Sarapan yang menyehatkan!" Kesalnya, "Ohiya, mana si putri mellow itu? Apa masih tidur? Ternyata bukan aku saja yang pemalas ya." Ejeknya.
"Iya, dia sangat pemalas sampai-sampai sudah pergi berkeliling sejak pagi tadi." Celetuk Maze.

"Are you f*ck*ng kiddin' me?"

Maze menghiraukannya, dan dia malah mengajakku berbicara.

"Arrghhh." Ucap Devan sambil mengacak-acak rambutnya.
"Nanti cari Gyni ya, Dev! Aku khawatir dengannya."
"Iya tenang aja." Balas Devan
"Terimakasih." Ucap Maze tenang.

Devan mengangguk.

(Pukul 15.00)

"Gua berangkat ya." Teriak Devan.
"Inget lho, kabarin kalo ada apa-apa." Balasku.
"Yaaaa!!" Teriaknya dari luar.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Maze kepadaku.
"Aku khawatir dengan mereka."

"Sudahlah, aku yakin adikmu dapat menjaga adikku dengan baik." Tenangnya.

Aku mengangguk tak pasti.

"Kamu mau makan apa siang ini, sayang?" Tanya Maze
"Apapun yang kamu masak." Balasku.
"Vegan food?"
"Nope, please!"

Lalu, dia tertawa.

Dia mengerti, aku sangat membenci vegan food. Bukan karna aku tidak benar-benar suka sayuran, aku tetap memakan semua sayuran, hanya saja, tidak suka memakan piring yang semuanya hanya ada sayuran. Memangnya aku kambing?

"Aku buatin kamu soto aja ya. Supaya tidak terlalu sulit." Diiringi tertawa kecilnya.
"Oke" teriakku dengan senang.

15 menit kemudian,

Bruuukkk....

"Astaga." Kagetku.
"Kak, tolong! Kak!!" Teriak gyni dengan sangat tergesa-gesa.

Aku berlari menghampirinya,

"Kamu kenapa? Mana Devan! Kalian kenapa?!" Tanyaku panik.

"Tolong devan kak! Dia diserang sekelompok orang yang asing yang hampir menyerangku. Tolong dia kak!! Cepat!" Tangis Gyni pecah.

"Sayang!!!! Maze! Ayo cepat!"
"Aku datang! Ayo!"

Kami berlari, mencari Devan ke semua sudut kota pada sore menjelang malam ini. Sudah 10 menit kami mencari keberadaan Devan. Aku baru tersadar, aku lupa memakai jaket tebal dan hanya sendal hotel yang aku kenakan saat itu. Disana sedang autumn lagi, dan kalian tahu pasti seberapa dinginnya angin Kota Ermoupoli

"Itu disana." Teriakku.
"Arrrghhhh."

Maze sangat marah melihat Devan yang dipukuli terus menerus. Lalu, Maze berlari kencang kearah sekelompok orang disana. Maze menghantam mereka bertubi-tubi tanpa memberi celah untuk mereka membalasnya.

Aku berlari, "Dev!! Hikss,hikss,hikss. Dev!!" Sambil menopang dan mengecek seluruh tubuhnya.

"Arggh!" Teriak Maze mulai kesakitan.
"Gyni! Cepat pegang Devan!"

Gyni menurut, "kakak mau kemana?"
"Hiyaaaaa!"

Aku mulai menyerang sekelompok orang yang mulai memukuli Maze.

"Aaargh!"
Aku ditendang hingga badanku terlempar cukup jauh.

"Neptaaaa!!!" Teriak Maze.

Aku lemas selemas-lemasnya.

Aku melihat salah satu dari mereka mengayunkan tongkat baseball-nya ke arahku. Lalu, Maze menangkap tongkat itu, dan tubuhnya seakan otomatis menghadang mereka untuk tidak menyakitiku.

Ngoeengg...ngoenggg..ngoengg.. (itu sirine mobil polisi ya!)


Sirine polisi mulai terdengar dengan sangat jelas.
Mereka ketakutan, dan berlalu pergi meninggalkan kami yang sudah luka-luka.

Jedorrr!!


Satu peluru mulai mengenai salah satu dari mereka. Lalu peluru lainnya mulai mengikuti.

"Sayang! Kamu gapapa?!" Ucap Maze dengan paniknya.
"I'm ok." Sambil memegangi perutku, "Devan! Devan!!"

Berlari menghampiri adikku.

Seluruh tubuhnya luka-luka dan darah segar keluar dari luka tersebut. Aku melihat gyni yang tertegun sambil memegangi devan. Aku mengerti, dia sangat shock.

"Dev! Sadar!!" Sambil terus menyadarkannya, "gyni." Panggilku lirih lalu memeluknya.

"Hikss..hikss..hiksss.."
Tangis gyni pecah di pelukanku. Tubuhnya bergetar.

Aku melihat Maze menyuruh perawat ambulance itu, untuk langsung mengantar Devan ke rumah sakit.

Dan Maze mulai menjelaskan apa yang terjadi kepada kedua polisi itu.

Lalu salah satu polisi, menyuruh kami memasuki mobil milik mereka.

Sekarang, aku bertiga sudah ada didalamnya. Dan, aku tetap tidak henti-hentinya memeluk gyni.

"Nep, Gyni." Ucap Maze lirih dan memeluk kami juga.

--------------------------------------------------
Keesokan harinya

"Kamu istirahat ya, sayang. Sudah dari kemarin kamu tidak tidur dan menunggu disini. Biar nanti, aku yang menjaganya." Ucap Maze menenangkanku.

"Tapi.."
"Kamu percaya kan sama aku?"
Aku mengangguk.

"Aku minta tolong sama kamu, tolong tenangkan gyni. Dia masih trauma karna kejadian kemarin."
"Baiklah."

---------

Sebulan kemudian,

Devan, kembali kerumah sejak 1 minggu yang lalu. Dia sudah sehat, hanya saja, dia aku larang untuk bepergian kemanapun selama two weeks.

DEVANPOV


"Dev, kita pergi dulu ya." Ucap nepta.
"Jangan terlalu lama! Aku bosan hanya sendirian disini." Balasku.

"Iya, mau nitip apa kamu?" Tanya nepta.
"Ice cream yang biasa ya."
"Berapa?" Tanyaku kembali.
"2."
"Laper atau laper?" Kesal nepta.
"Gyni untuk apa ikut?" Tanyaku.
"Aku ingin memberi oleh-oleh dan berbelanja sedikit baju untukku." Ucap gyni

Aku memutar bola mataku.

"Sudah-sudah. Ayok kita berangkat, aku sudah menyewa mobil nih." Sambil menarik mereka dan mengacak rambutku.
"Yoo bruh, aku bukan anak kecil lagi."
"Really? Melawan sekelompok preman saja tidak bisa. Apa itu yang disebut orang dewasa?"
"C'mon bruh. Jangan ungkit lagi!" Kesalku lalu pergi kekamar milikku.

"Jangan tidur ya! Nanti kita tidak bisa masuk, hey!" Teriak Maze.
"Sekali-kali camping di alam terbuka kan tidak apa-apa!" Teriakku mengejek mereka.

Apa Itu Cinta Sejati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang