Darah

54 0 0
                                    

DEVANPOV

"Lama sekali! Aku bosan tau sendi...." sambil menengok ke arah mereka, "ka..kalian!!!!"

Aku langsung menelpon Nepta.

Kretaaakkk

Ponselku kini sudah hancur, mereka membantingnya. Dengan sengaja.

"Kalian tahu berapa harga ponsel itu? Bahkan, harga diri kalian saja lebih murah daripada ponselku." Ucapku setenang mungkin.

"I'll cut your tongue." Balas salah satu dari mereka.

Graabbb...

"Lepaskan!!! Argghh" teriakku geram.

Bruukkkk (5x lebih?)

Tubuhku lemah tak berdaya, mereka menyerangku dengan membabi-buta. Mematahkan hidungku, dan membuat seluruh tubuhku lebam, sepertinya.

Darah segar mulai keluar, tetapi mereka terus menyerangku tanpa memberi jeda sedikitpun.

Dan....

Semuanya berubah menjadi gelap.

-----------------------------------------------------

Ciiittttt..

"Sudah sampaaiiii." Ucap Maze.
Membuka pintu mobil, "Gyni, tolong bantu aku ya." Sambil membuka garasi mobil.
"Aku ingin ke toilet dulu ya." Teriak Maze.
"Oke." Balasku.

"Dev!!" Sambil memasuki rumah, "Dev!!! Kok pintu ga ditutup? Kenapa barang-barang berserakan begini? Dev! Dev!"

Sraaakkk

Semua belanjaan ditangan Gyni refleks terjatuh.

Gyni langsung berlari ke kamarnya Devan, karna ada sesuatu yang terjadi disana, tadi.

Tubuhnya mulai mematung.

"Gyn? Kamu kenapa?" Ucap Maze.
"Darah!"
"Darah!"

Maze mulai memeluknya.

"Devan dimana? Devan dimana, Mizy? Hikss..hikss.hikss.. Mana Devan?" Ucapnya tanpa henti.

Gyni sangat amat panik melihat banyak sekali darah dilantai kamar Devan, dan Devan pun hilang.

Karena kejadian waktu itu, Gyni sekarang sangat trauma melihat darah yang sangat banyak. Dia seperti mengingat kejadian disaat Devan benar-benar terkapar di jalan dan sempat koma selama beberapa hari.


-------------------------------------------

MAZEPOV

"Have you found my little broth, sir?" Tanyaku
"We're sorry, sir. until now, we don't know where it is." Balas kepala polisi.
"if you found it, please immediately tell me sir. Thankyou."
"Okay."

Braakk..

Aku mulai membanting pintu mobilku. Sudah sebulan lamanya Devan tidak kunjung ditemukan. Seharusnya, dari awal aku tidak usah merancang liburan ini. Aku hanya menyakiti Nepta dan membuat adikku traumatik begini.

SESAMPAINYA DIRUMAH....

Brrukkk..

Membanting tubuhku ke atas sofa.

'Rasanya aku tidak ingin melihat mereka seperti ini.'

Pikiranku mulai berdebat lagi.

Aku memutuskan menghampiri kekasihku Nepta dahulu di meja makan. Sedari tadi tidak bergeming dari duduknya dengan pandangan kosong tanpa memakan sarapannya.

"Hey" sambil mengelus puncak kepalanya dan mencium dahinya.

"Kamu sudah pulang? Mau makan siang?" Ucap dia selembut biasanya.
"Masih pukul 9, sayang."
"Oh maaf."

Wajahnya berubah menyakitkan.

Aku memeluknya.

"Kita akan menemukannya. Aku janji."

Dia mempererat pelukannya. Ya, dia sangat mengharapkan aku menemukannya.


3 BULAN KEMUDIAN

"Ayo. Kita bisa ketinggalan pesawat." Ucapku.
"Haruskah kita pergi meninggalkan Devan sendirian di kota sebesar ini?" Tanya Gyni.
"Aku tahu, ini terlalu berat untukmu. Tapi ingat, kamu masih punya kewajiban di sana. Aku dan Nepta yang akan mengurusnya, tenang saja."

Menenangkannya.

Dia terdiam sejenak,
Lalu berjalan meninggalkan kami ke dalam pesawat.

"Ini terlalu berat untuknya, sayang." Ucap Nepta kekasihku.
"Aku tahu. Dia tetap harus menjalankan kewajibannya."


"Terserah kamu. Ayok, kita bisa ketinggalan pesawat." Sambil menarik tanganku.

-------------

Apa Itu Cinta Sejati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang