6 - Di tembak yang mendadak [SELESAI REVISI]

88 28 2
                                    

Boleh vote dulu sebelum baca?^^





Gue pun berdecak, gue gak mungkin terus-menerus debat sama cowok ini. Bisa skakmat abis gue.

Gue pun beranjak dari kursi yang gue duduki.

"Mau kemana?" tanya dia saat melihat gue beranjak dari hadapannya.

"Bukan urusan lo." jawab gue ketus. "Lagian ini masih jam sekolah, osis gak mungkin ikutan mabal kan?" sambung gue.

Gue pun pergi berlalu dari hadapannya. Lalu tiba-tiba dia narik tangan gue sampe badan gue berbalik menghadap dia.

"Apaan sih?!" gue pun menghempas tangan gue dari genggamannya.

"Gue belain bohong ke guru cuman buat cari lo disini. Dan bukannya berterimakasih, lo malah acuh dan ketus sama gue." ucap dia.

"Lagian lo siapa mau cari gue disini?" dia pun terdiam dengan pertanyaan gue.

"Jangan sok care sama gue, lo itu bukan siapa-siapa." tegas gue lalu gue benar-benar berlalu dari hadapan cowok itu.

Gue memutuskan buat pulang aja. Bodo amat soal Bisma! Persetan tentang cowok tadi! Gue pengen pulang.

Akhirnya gue pun pulang naik taksi yang lewat depan mall buat pulang ke rumah.

°°°°°°°

Badmood.

Satu kata yang menggambarkan perasaan dan raut wajah gue saat ini.

Gue sekarang lagi di base camp berdua bareng si Derren---si Derren udah di base camp dari tadi sendiri.

"Cemberut mulu, lagi bad mood?" tanya si Derren sambil mencolek pipi gue. Gue gak menjawab pertanyaan si Derren, gue cuman diam sambil menyandar di kursi.

"Mau minum?" tawar si Derren dan gue pun menggeleng.

"Lo kenapa sih?" tanya Derren lagi sambil merangkul pundak gue. "Cerita ke gue, lo kenapa?" sambung dia.

"Kesel." jawab gue singkat.

"Kesel kenapa?"

"Itu tuh si osis bangsat, nyebelin."

"Lo kabur dari sekolah?" tanya Derren dan gue pun menggeleng.

"Gue telat sekolah, ya udah gue mabal aja." Derren pun terkekeh mendengar jawaban gue.

"Sa?"

"Hm?"

"Gue suka sama lo." ucap si Derren santai sambil mengeratkan rangkulan nya ke pundak gue.

Hah?

Gue jadi inget sama kejadian 22 jam yang lalu. Jangan-jangan si Derren nipu lagi sama kayak si Ardy waktu itu.

Gue pun tertunduk. Entah kenapa kok hati gue rasanya sakit banget kalo tau itu tipuan lagi. Biasanya gue mau di becadain diajak nikah juga fine aja. Kok sekarang jadi baper begini ya?

Gue merasa ada satu tetes airmata yang jatuh dari mata gue.

Gue nangis?

Lalu entah kenapa gue tiba-tiba terisak.

"Eh lo kenapa Sa?" tanya Derren lalu memutar tubuh gue sampe menghadap ke dia.

"Lo terharu?" tanya Derren dan gue pun menggeleng.

"Gue tau hiks, lo lagi challenge kan hiks sama si Ardy buat nembak gue hiks."

"Challenge?"  beo Derren.

"Astaga Sa, gue gak sejahat itu." ucap Derren lalu memeluk gue.

"B-bohong hiks."

"Percaya sama gue." gue pun melepas pelukan si Derren lalu menghapus air mata gue.

"Jadi gimana? Mau gak?" tanya si Derren.

"Lo mendadak banget sih nembaknya. Mana gak pake alur pdkt dulu. Gue kan jadi syok." si Derren malah ketawa.

"Kasih gue waktu boleh?" tanya gue dan si Derren malah cemberut sambil berdecak.

"Boleh ya, 3 hari aja." ucap gue lagi dan si Derren cuman ngangguk lemes.

Gue pun tersenyum. "Thank you." ucap gue lalu beranjak dan mencium pipi Derren.

Seketika gue lihat wajah si Derren berubah, dari cemberut jadi senyum-senyum gitu.

"Udah ah, gue cabut. Bye." ucap gue lalu melambaikan tangan ke si Derren dan berlalu keluar dari base camp.

"Alisha, gue sayang sama lo." teriak si Derren dari dalam base camp dan gue cuman ketawa aja dengernya dari luar.

°°°°°°°°°°

Gue membuka gerbang rumah gue yang nampak sepi. Pada kemana ya human di dalam rumah?

Gue pun berjalan santai ke dalam rumah. Ini rumah bener-bener sepi banget. Bahkan gak ada yang bergeming sedikitpun.

Akhirnya, gue masuk ke kamar. Pas buka pintu kamar, gue kaget banget.

"Kok kamar gue gelap banget." gumam gue lalu membuka gorden jendela.

"Si Michelle mana ya? Perasaan udah jam 3." Gue pun mengambil handphone gue di tas dan berniat nelpon Michelle.

Dari sekian ratus nomor di handphone gue, akhirnya gue nemu nomor ponsel dia. Gue pun menelponnya. Gak lama nada sambung berbunyi, si Michelle angkat telponnya.

"Lo dimana?" tanya gue ke Michelle.

"Di resto nih sama mama." jawab dia.

"Kok gak ngajak gue?" kesal gue.

"Tadi di sekolah lo nya gak ada. Gue kira lo udah pulang duluan." jawab dia santai.

"Terserah lah. Kapan lo pulang?"

"Gak tau, gimana mama. Eh iya, kata mama kalo lo mau makan delivery aja."

"Iye." gue pun menutup sambungan secara sepihak.

Yah anjir sendiri di rumah.ck.

Tiba-tiba terlintas satu ide di orak gue. Gimana kalo gue ajak si Derren kerumah buat nemenin gue?

Gue pun buka whatsapp dan nge pc si Derren.

Derren.
-[Ren, mau gak kerumah gue?
Gue sendiri nih.]-

-send-

Baru aja chat dikirim, dia langsung baca pesan nya. Ya ampun saking suka nya dia ke gue atau dia lagi gabut?

Tapi kalo ngomong-ngomong soal suka, kok bisa ya si Derren suka sama gue? Setau gue, gue bukan tipe nya si Derren.

Kok gue jadi ragu ya sama persaan dia?

Oktober 2018

Revisi : Jumat, 5 Juli 2019

Bad Girl Becomes Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang