Saat gue lagi enak-enaknya makan, gue ngeliat ke arah Ardy. Tatapan Ardy tiba-tiba tajam sambil menaikkan sebelah alisnya, tapi tatapan itu bukan mengarah ke gue tapi ke belakang gue. Dan...... Deg. Jantung gue kayak mau berhenti. Ada Dio di belakang gue. Pasti nyangka yang enggak-enggak nih.
"Lo kenal?" tanya Ardy yang membuat gue menoleh ke dia.
"Itu pacar gue."
Dio menghampiri meja gue dan Ardy. "Siapa ini Sa?"
"Sahabat gue." gue berdiri sambil menatap Dio.
Dio pun pergi keluar cafe. Gue pun menyusulnya keluar.
"Dio tunggu!" Ucap gue sambil mendekati Dio yang sudah memberhentikan langkahnya.
"Jangan berfikir buruk sama Ardy. Dia sahabat gue, dari kecil. Please jangan marah." ucap gue dengan sedikit takut.
"Kenapa gak bales chat gue?" Dio mengunci tatapan gue.
"Gue bingung." jawab gue sambil nunduk.
"Tatap gue kalo lagi ngomong. Lo cuman nyari alesan kan biar lo gak gue ajak jalan?"
"Bukan itu!"
"Terus apa?!" Dio nge-gas ngomongnya.
"Lo gak tau kalo gue sama Michelle lagi diem-dieman gara-gara gue jadian sama lo! Michelle suka lo dan gue juga. Gue bingung! Dan yang ngebuat gue bisa ngelupain semua itu adalah Ardy! Dia bisa bikin gue lupa masalah gue walau dengan cara yang gak masuk akal." gue menatap Dio.
"Kalo lo sayang harusnya lo ngerti gue!" ucap gue sambil pergi meninggalkan Dio dan menarik Ardy untuk membawa gue pulang.
Gue pun pulang sama Ardy, padahal baru jam 17.35 .Sesampainya di gerbang rumah, gue turun dari motor Ardy. Gue membuka helm dan Ardy juga.
"Kenapa lo gak pernah cerita kalo lo udah punya pacar?" tanya Ardy ke gue.
"Baru jadian tadi siang di sekolah."
"Kenapa lo gak pernah cerita juga kalo lo deket sama dia?"
"Gue bingung!" gue mengerutkan bibir.
"Bingung kenapa? Ada yang salah?" Ardy menatap gue secara dalam.
"Satu sisi gue sayang Dio, tapi di sisi lain Michelle juga sama."
Ardy tertawa. "Jadi suka cowok yang sama?"
"Ih, kok lo ketawa sih?!" gue memukul pelan tangan Dio.
Ardy kembali menatap gue serius. "Cowok tuh banyak Sa! Apalagi yang sayang sama lo! Contohnya nih!" Ardy menunjuk kepada diri sendiri.
"Ngarep, Ngimpi, Ngayal!" gue pun tertawa.
"Gak apa-apa gue ngayal, atau ngimpi atau banyak ngarep. Yang penting lo ketawa Sa." Ardy tersenyum.
Gue pun memeluk Ardy. "Lo emang bespren terbaik!"
Lagi-lagi saat gue meluk Ardy, Dio datang dan turun dari mobilnya. What the fuck!! Pasti si Dio lebih berfikiran negatif sama gue dan Ardy.
Dio melihat gue dan Ardy dari kejauhan. Gue pun melepas pelukannya gue, dan berbisik pada Ardy. "Pacar gue dateng, gue harus gimana? Masa iya udah mau putus lagi! Bantuin gue Di!"
Ardy pun tanpa basa-basi langsung menghampiri Dio. Ah gile, gue lupa bilang kalo bantuin nya don't pake kekerasan. Harap-harap cemas nih gue!
Gue pun menyusul Ardy yang udah lebih dulu di depan. Gue ngeliat Ardy menatap Dio sangat dalam. Bakal perang dunia gak ya nih?!
"Kalem bro, cewek lo aman sama gue. Gue tuh sahabatnya. Bisa di bilang abangnya. Dia cerita apa-apa ke gue. Termasuk perasaan nya ke lo. Lagi pula mana suka gue sama modelan kayak gini." ucap Ardy ke Dio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl Becomes Good Girl
Novela Juvenil[SEDANG REVISI BESAR BESARAN, JANGAN DI BACA DULU! KALAU PENASARAN SILAHKAN SIMPAN DULU DI READING LIST KALIAN~thnks for attention my story] NOTE : CERITA BAKAL LUMAYAN BANYAK BERUBAH TAPI MASIH DALAM SATU GARIS BESAR MASALAH YG SAMA. WARNING! SLOW...