IV

2.1K 275 2
                                    

Istirahat tiba,

Lorong gedung siswa tingkat dua tampak ramai oleh siswa-siswa yang lalu lalang, atau sekedar bergosip di depan kelas. Chaeyoung terpaku di tengah lorong sambil menatap lurus ke luar jendela. Mengagumi awan yang menggumpal seperti bola kapas yang ada di UKS. Ditangannya terdapat tumpukan lembar laporan praktikum kelasnya yang harus diserahkan sebelum jam istirahat berakhir. Tampak dua gadis lain yang sedang merapikan make up di pintu kelas mencibir ke arahnya.

"Hey, lihat gadis yang melamun di tengah lorong itu." Ujar si rambut pendek.

"Ugh. Tidakkah dia pikir kalau dia menghalangi jalan? Tunggu- bukankah dia anggota OSIS?" gadis berambut sebahu di sebelahnya menimpali.

"Kau benar. Tapi bagaimana bisa orang seperti dia jadi anggota OSIS?" OMG.."

"Kau tidak tahu? Seluruh temannya termasuk kakak laki-lakinya adalah anggota OSIS. Bukannkah itu konyol?"

"Oh? Tidak mengherankan kalau begitu. Kelihatannya dia benar-benar bodoh. Total airhead."

" mungkin dia butuh belajar setidaknya satu atau dua hal~"

"Perhatikan."


Keuda gadis itu berjalan menghampiri Chaeyoung, gadis berambut pendek itu mendorong punggung Chaeyoung. Tumpukkan laporan praktikum yang semula di tangannya kini berhamburan.

"Oops!

Oh! I'm sooooo sorry~ lain kali kau harus lebih berhati-hati." ujar gadis berambut pendek itu sambil menahan tawa.

"Ah- y-ya! maaf." Chaeyoung tersenyum ceria sperti biasa.

Kedua gadis itu berlalu. Menyisakan Chaeyoung yang memunguti laporan yang berserakan.

"Lihat? Dia hanya tersenyum! Hahaha!"

"Idiot!"

"Hahaha!"

"..."








"Tapi.. Hari ini terlalu indah untuk tidak tersenyum.. benar, kan?" gumam Chaeyoung lirih.

--

[][]

Jam istirahat. Aku membawa diriku ke rooftop. Menarik diri dari kumpulan manusia.


"Kumulus. Kalau awan-awan itu semakin tebal, kurasa malam ini tidak ada stargazing. Membosankan. Mungkin aku akan menemui model baru di agensi saja. She was a good kisser. Tuggu- siapa namanya.."

Aku mencoba mencari kontaknya di riwayat percakapanku. Aku tidak pernah menyimpan nomor orang lain, selain ibu dan ayah.

Bayangan si pirang yang sedang tertawa kembali muncul di ingatanku. Ini benar-benar aneh. Kenapa aku tiba-tiba memikirkannya di saat seperti ini.

Pertama, dia benar-benar aneh. Kedua, sizenya sama sekali-








"AW!" Aku mengaduh.

Sebuah lengan memiting leherku.

"Kookie."

Ah, Daniel rupanya.

"Aku dengar dari Somi kalau kita Hang out kemarin. Apa kau begitu merindukanku hinga berfantasi seperti itu atau kau hanya sedang menjadi bajingan lagi? Aku yakin pilihan terakhir."






Kang Daniel, apa kalian menyebutnya? Sahabat seperpopokan? Anggap saja begitu. Dua tahun lebih tua dariku, sama seperti Somi Nuna.

"Lepas! Kau bau rokok. Dan jangan panggil aku Kookie!"

"Boohoo~ Princess.

Jadi, apa kali ini? apa kau bergabung bersama gangster atau semacamnya?"

"Please. Kalau itu aku tidak akan menjadikanmu alasan. Kau lebih buruk dari mereka."

"Ah! Aku paham. It's a girl, isn't it?" Daniel menyeringai sambil menaik turunkan alisnya. Cih, bikin muak.

"APA?! Bukan!"

"Bullsyid. Ekspresimu persis seperti saat kau berbohong padaku kalau kau tidak merusak action figure milikku waktu kecil! Jadi, ceritakan padaku!"


Ah, aku benar-benar ingin menyumpal mulut Somi Nuna setelah ini.



"Fine. Ada seseorang, tapi aku tidak tertarik berkencan dengannya. Hanya saja..

Entahlah. Dia begitu sulit di tebak. Dia sama sekali di luar ekspektasiku.. atau mungkin di luar ekspektasi semua orang. Seperti ada sesuatu tentangnya yang membantah pandanganku mengenai manusia. Karena itu, aku tidak bisa berhenti memikirkannya."

"Cih, payah. Bagiku kau terdengar 'kepincut' sekali. Lalu, hubungannya dengan kau yang berbohong pada kakakmu?"

"Karena dia murid sekolah ini, okay? Cukup."

"Oho~ Siapa?" Daniel menaik turunkan alisnya lagi.
Wah, akan ku cukur habis besok kalau dia tidur.

"Like Hell I'd tell you. See? Inilah sebabnya aku tidak mau berkencan dengan perempuan dari sekolah kita. Orang-orang pasti akan menggunjingkannya, menebar rumor, menilai seenaknya. Belum lagi kalau berakhir buruk, aku akan tetap bertemu dengannya hingga tahun terakhir.

Jadi, solusi dari masalahku adalah cukup mengatasi rasa penasaranku tentangnya dengan caraku, lalu aku bisa berhenti ikut campur segala hal tentangnya dan mengeluarkannya dari kepalaku."

"Lalu, kalau sudah tahu?"

"Huh?"

Daniel mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, kemudian mengeluarkan korek dan mulai memantiknya.



"Apa kau akan membuangnya begitu saja setelah kau dapat jawabanmu?"

"..."

"Disitulah masalahmu Kookie. Manusia bukan buku yang bisa kau baca lalu kau tutup dan abaikan setelahnya. Kau selalu mengeluhkan orang-orang yang gemar menaruh ekspektasi padamu, menilaimu begitu saja sedang kau juga melakukan hal yang sama. Biarkan saja mengalir,

Kookie. See ya."

Setelah rokoknya benar-benar tersulut, Daniel beranjak dari duduknya dan meninggalkanku.







Aku mendongakkan kepalaku lagi.

Ah, Hari ini terlalu berawan.


***

Tidak ada fluffynya, huhu :(

Thank you sudah mau baca, bahkan vote♡ // deep bow

Where Tangents Meet || Jungkook X RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang