XXV

1.1K 176 6
                                    


Jungkook tiba di kamar Chaeyoung satu jam lebih lambat dari yang dijanjikan.

Betul. Jungkook tertidur.

//salah sendiri nunggu di kasur, maz (ㅡ-ㅡ)

Chaeyoung menyambutnya di ambang pintu dengan senyum manisnya seperti biasa. Namun, mata Chaeyoung yang memerah jauh lebih menarik perhatian Jungkook.

Dia.. menangis? Batin Jungkook.

Jungkook tidak yakin apa Chaeyoung menangis karena ulahnya atau bukan, karena Chaeyoung hampir bisa menangis di segala situasi.

Namun itu menyadarkan Jungkook bahwa ia harus memastikan tidak ada lagi tangisan yang keluar dari mata Chaeyoung.

Chaeyoung melangkah ke dapur yang disediakan untuk setiap kamar. Jungkook mengekor di belakangnya, sambil melepas hoodie abu-abu yang dikenakannya. Menyisakan kaus hitam berlengan pendek serta celana abu-abu.

"Apa yang akan kita masak?" Jungkook bertanya oada Chaeyoung yang sudah berdiri di hadapan kompor.

"Mie Instan!" Pekik Chaeyoung riang. Tatapan Jungkook berubah datar.

"Kau tidak terbiasa memasak, ya?"

Chaeyoung mengangguk lesu.

"Normalnya aku akan mengajak Jungie makan di luar, tapi aku takut nanti ada orang yang melihat kita. A-aku akan memasakkan sesuatu yang Jungie suka kapan-kapan!"

"Oke. Untuk siang ini, biar aku yang masak. Kare."

Jungkook membuka kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan yang ia butuhkan. Kemudian ia menyerahkan beberapa wortel kepada Chaeyoung untuk di iris. Sedang ia sendiri mulai mengupas kentang.

"Jungie tidak suka Mie instan?" Tanya Chaeyoung yang berhenti sejenak dari tugas mengiris wortelnya. Paandangannya jatuh tepat pada wajah datar Jungkook yang mengupas kentang dengan serius.

"Aku hanya tidak begitu menggemari makanan instan." Jungkook menghentikan kegiatannya dan menoleh sejenak.

"Oh, begitu."

"Rambutmu menyentuh wortel."

"Ah! Kau benar! Tunggu sebentar-"

Chaeyoung melepas ikatan rambutnya. Kemudian mengikat ulang rambutnya lebih tinggi, dan menggulungnya seperti Cinderella.

Jungkook memperhatikannya tanpa bisa berkedip. Lebih tepatnya tidak ingin.

"Sudah. Bagus tidak?" Chaeyoung dengan riang berujar seolah menunjukkan gambar pertamanya kepada orang tuanya.

"Cantik- maksudku IYA." Jungkook buru-buru memalingkan wajahnya yang dirasa memanas, dan melanjutkan kegiatannya.

Bodoh. Bodoh. Bodoh. Makinya dalam hati.

Sementara Chaeyoung hanya menatap bingung wajah Jungkook yang memerah. Kemudian ikut menyelesaikan tugasnya yang tertunda.

Kenapa wajah Jungie memerah?

Sepasang kekasih itu kembali pada kegiatannya masing-masing. Sambil tetap mencuri pandang satu sama lain, hanya untuk membuang muka setiap kali tertangkap basah. Biar begitu tidak satupun dari mereka memilih jera.

Dasar pasangan keras kepala.

Waktu terus berjalan hingga masakan Jungkook sudah siap dimakan. Jungkook memposisikan diri duduk di samping Chaeyoung yang akan memulai suapan pertamanya.

Dan Jungkook lagi-lagi memperhatikannya dengan seksama.Chaeyoung melirik Jungkook sekilas dan menyuapkan makanannya perlahan.

"Mengejutkan." Tutur Jungkook dengan wajah datarnya.

"Hm? A-apa?"

"Aku sempat mengira kau akan memberi makan wajahmu juga, seperti biasanya."

"Apa maksudmu memberi makan wajah, Jungie?"

"Maksudku, biasanya caramu makan itu berantakan dan sangat tidak seksi." Jungkook berujar santai dan mulai menyuapi dirinya sendiri.

"Oh, Jungie lebih suka perempuan yang seksi atau semacam itu?" Chaeyoung merengut sebal.

"Mungkin." Jungkook menjeda untuk mengunyah sejenak. "Tapi akhir-akhir ini, aku lebih tertarik pada gadis pirang pecinta makanan instan."

Jungkook menyelesaikan kunyahannya kemudian melanjutkan kalimatnya.

"Kau tidak perlu melakukan apapun untuk membuatku terkesan. Cukup nyamankan dirimu saat bersamaku."

Chaeyoung tidak berkomentar. Memilih menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Pikirannya melayang pada obrolannya dengan Taehyung pagi tadi.

Kurasa, perlahan aku mulai mengerti. Kalau menjalani hubungan dengan Jungie bukan berarti memainkan peran sebagai seorang kekasih,

Sibuk dengan pikirannya, membuat Chaeyoung kembali pada kebiasaanya memberi makan wajahnya. Jungkook meraih tissue, kemudian mengusap sekitar bibir dan pipi Chaeyoung, yang lantas berubah warna.

tapi hanya perlu membuat memori-memori spesial dari hubungan yang sudah terjalin.

Kalau dipikir-pikir lagi. Aku merasa senang hanya dengan bersama Jungie seperti ini.

Aku tidak lagi merasa keberatan harus merahasiakan hubungan ini. I'll just cherish the moments we share.

"Hey. Boleh aku bertanya sesuatu?" Jungkook memecah keheningan.

"Ya?"

"Sebelum aku datang, apa ada sesuatu yg mengganggumu? Kau terlihat seperti habis men-"

"Hello? Apa ada orang?"  Ujar Somi setengah berteriak sambil berjalan menuju dapur.

Jungkook terpaksa memotong ucapannya dan merapat ke dinding dapur. Membuat jarak sejauh mungkin antara dirinya dan Chaeyoung, tepat ketika dirasa Somi akan sampai di ambang pintu dapur.

"S-somi!" Pekik Chaeyoung ceria seperti biasa. Jungkook memasang wajah yang dibuat sedatar mungkin.

"Jungkook, Chaeyoung, selamat siang. Maaf, apa aku mengganggu kalian?"

"Tidak. Aku kebetulan sudah akan keluar. Terimakasih makan siangnya." Jungkook berujar sambil buru-buru mengenakan hoodienya. Kemudian berlalu dari kamar kakaknya.

"Bye, Jungie.."

"Ah.." Somi berujar lesu.

"Apa kau sudah makan, Somi? Kami masih punya banyak kare yang tersisa. Jungie yang memasaknya tadi." Chaeyoung bertanya pada Somi yang menunduk.

"Chaeyoung.."

"Y-yaa?"

"Boleh aku bertanya sesuatu padamu? Ini.. Mengenai Jungkook.."

***

정말 감사합니다♡
Thank u so much~

Where Tangents Meet || Jungkook X RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang