Suasana kafetaria asrama di jam makan siang hari itu cukup heboh,
"Lihat! Itu Somi!"
"Woah, dia benar-benar cantik, ya."
"Apa kau sudah lihat beritanya? sekarang dia brand ambassador XY."
"Dia benar-benar mengagumkan."
Karena kehadiran Somi. Ia mengitari kafetaria dengan dua paperbag di tangannya, matanya sibuk mencari sosok Daniel.
"Somi Eonni!" Teriak Dahyun. Daniel yang duduk di hadapannya ikut menolehkan kepalanya ke arah Somi.
"Hey, Jeon. Welcome back." Sambut Daniel ketika Somi menghampiri mejanya.
"Hey Dahyun, Daniel." Wajah Somi sedikit merona.
"Biar kutebak, kau mencari Kookie?"
"Oh tidak- aku bersamanya tadi. Aku mencarimu. Jungkook menitipkan ini padaku." Somi mengeluarkan kotak kue dari dalam paper bag.
"Woaah~ apa itu cake? Daniel. Kau bersedia berbagi, kan?" Dahyun memekik riang.
"Woho, Dahyun. Kau mungkin terlihat kecil, tapi kau itu beratnya seperti ratusan kilo batu bata. Jadi, hindari yang manis-manis."
"Kau juga, pig."
"Kurasa Jungkook juga menitipkan ini?" Somi menyerahkan isi paper bag pada Daniel.
"Jus?" Daniel menarik sticky note yang terpasang di botol Jus dan membacanya,
Minum ini. Meskipun aku yakin livermu sudah terlanjur berantakan.
"Anak itu punya cara peduli yang aneh. So, dimana dia sekarang? Apa sesibuk itu sampai harus menitipkan kue padamu?"
"Oh- apa kau menunggunya? Dia ada di kamarku. Dia bilang ada urusan dengan Chaeyoung."
"Tidak. Aku tidak menunggunya."
"Gadis manis dan tuan tampan? Apa mereka pacaran?" Tanya Dahyun.
"Aku yakin tidak."
"Apa yang terjadi selama aku cuti? Haruskah aku turun tangan?" Tanya Somi.
"It's nothing, Jeon. Jangan dipikirkan."
"Ah.. begitu. Ohya, aku tidak bermaksud mengganggu kalian jadi kurasa aku akan-"
"Duduklah. Are you in the mood for dessert?"
"Oh- sure..."
"Wah wah, Daniel. Kau tidak masalah berbagi kue dengannya tapi tidak denganku." Protes Dahyun.
--
[][][]
"Jadi. Sebetulnya kau tidak suka makanan manis?"
Si pirang di hadapanku ini sama sekali tidak menyentuh kue pemberianku, sejak sepuluh menit lalu. Mungkin.
"A- aku hanya tidak terbiasa- Hey! cake paling enak dimakan sambil meminum kopi, kan?"
"Harusnya aku bertanya dulu padamu. Maaf."
"Ah- jangan meminta maaf, Jungie! Kau sangat baik padaku. Aku yakin kue itu enak sekali."
Kulihat ia terburu-buru mengambil garpu dan menyuapkan satu potongan besar kedalam mulutnya.
"Lihawt. Mm~ dwelicwiwoussh~"
Dia berbicara sambil mengunyah. Lagi. Krim dan remahan kue menempel di sekitar pipinya.
"Ppft. Such a dork. Kau tidak perlu memaksakan diri."
Aku menyesap tehku dan mulai memperhatikan kemanapun, selama itu bukan wajahnya.
Oke, Catatan baru untuk diri sendiri: Dia tidak suka makanan manis.
"Omong-omong, untuk apa kertas itu?"
"Pendaftaran Klub! Aku bertugas untuk membuat posternya."
"Terdengar merepotkan." Aku menyandarkan tubuhku malas.
"Jungie selalu bilang begitu pada semua hal." Dia tertawa.
"Kau tidak berminat masuk klub apapun? Ah! Kemarin Jennie bilang klub Astronomi mulai merekrut anggota juga, kau harus ikut, Jungie!"
"...Aku tidak berminat tertangkap basah menjadi anggota klub itu."
"O-oh.. ku pikir kau suka astronomi?"
"Ya. Tapi tidak dengan orang-orang. Tidak ada yang menginginkanku berada di klub semacam itu.
Lebih baik kau ikut klub olahraga. Begitu kata ayahku.
Dia selalu bilang begitu sejaka aku meminta izin untuk mengikuti science camp di umurku yang kesembilan.
Jadi, normalnya aku akan ikut klub olahraga lalu keluar setelah sebulan. Mungkin begitu juga kali ini. Siklus membosankan."
"..begitu, ya."
"Kau? Apa kau pernah berpikir untuk masuk klub? Klub tari misalnya?"
"Tidak... boleh banyak aktifitas fisik kau ingat? Tugas OSIS pun sudah cukup membuatku sibuk. No clubs for me~"
Ah. Senyum itu lagi.
Kemudian si pirang mulai menggambar posternya. Tangannya sedikit gemetar saat memegang spidol.
"B-by the w-way. Bagaimana kabar Ran-chan?"
Dia mulai mengalihkan topik pembicaraan dari menari. Aku rasa dia masih tidak nyaman membicarakan hal itu.
Aku sudah menduganya, sih. Dia bahkan tidak pernah menyebut-nyebut hal itu sejak awal.
"Kucing itu baik-baik saja. Dia mulai mencakar-cakar benda-benda di kamarku. Aku mulai berpikir bagaimana caranya membawa diam-diam scratching post ke asrama."
"Oh tidak. Ran-chan..
Tunggu. Karena kita menemukannya bersama-sama, aku pikir ini menjadi tanggung jawabku juga. Jadi, kalau kau butuh sesuatu segera katakan padaku!
Kau bisa jadi ibunya dan aku-- aku bisa jadi seperti, um- ayah yang sibuk bekerja dan jarang pulang! Tapi aku tetap menyayangi anakku!aku akan lakukan apapun!"
"Apa yang kau bicarakan- hey! siapa yang kau panggil ibu?!
Tapi, kurasa kita bisa melakukan sesuatu."
"Apa itu?"
"Secara hipotesis, kalau kau pergi berbelanja untuk keperluan osis..
Bukankah kau butuh seseorang untuk menemanimu? Untuk membantumu membawa barang-barang. Secara hipotesis tentunya."
"Ooh- iya! Jungie! Maukah kau 'menemani'ku berbelanja 'keperluan OSIS'?!"
Kulihat dia berusaha berkedip. Kedipan awkward itu lagi. Entah kenapa aku masih belum terbiasa dengan yang satu itu.
"Sure. Jangan lupa, itu ideku."
"Yaah..Aku kan mau terlihat keren juga."
***
.Have a guud day and Thank u berry much♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Where Tangents Meet || Jungkook X Rosé
Novela Juvenil[ON-HOLD] -Remake dari komik dengan judul yang sama -Shoujo! -Original story by: instantmiso