XXII

1K 165 4
                                    

Jungkook menarik diri, kembali membuat jarak. Chaeyoung tampak berkaca-kaca.

"Maaf. Kurasa aku mulai gila."

"T-tidak a-apa, Jungie. Itu bukan apa-apa, itu c-cuma sebuah ciuman, kan?" Chaeyoung mengusap sudut matanya, berusaha untuk tidak membiarkan air matanya menetes kali ini.

"....Bukan apa-apa katamu?"

Emosi Jungkook benar-benar tersulut, namun ia masih berusaha keras untuk tidak meledak. Karena bertengkar dengan Chaeyoung bukan tujuannya kali ini.

Chaeyoung sendiri mulai sesenggukan. Gadis itu tidak bisa menahan tangisnya kali ini. Perasaannya benar-benar campur aduk.

"I-itu bagi Jungie. T-tapi b-bagiku i-itu- mungkin.. Tidak apa, jangan di pikirkan.." Chaeyoung masih menunduk dan sibuk mengusap air matanya.

Jungkook benar-benar di buat sakit kepala kali ini. Bukan karena Chaeyoung, tapi karena dirinya sendiri. Untuk pertama kalinya, ia menyumpahi dan mengutuk dirinya habis-habisan berikut segala perbuatannya di masa lalu.

"Begitu? Kau berpikir aku tipe orang yang mencium siapa saja sesuka hati?"

Jungkook meraih tangan Chaeyoung yang tak henti-hentinya mengusap air mata. Membuat Chaeyoung mau tak mau menatapnya.

"Kenapa kau mencium seseorang sepertiku kalau begitu?"

Air mata Chaeyoung masih terus menetes, seolah tidak ada habisnya. Membuat Jungkook menyumpahi dirinya sendiri lagi-dan lagi dalam hati.

"Chaeyoung-ah. Apa lagi yang harus ku lakukan agar kau mengerti?"

Jungkook menangkup hati-hati wajah Chaeyoung dengan kedua tangannya dan menyatukan dahi mereka. Isakan Chaeyoung melemah.

"Aku menyukaimu."

"A-aku juga,"

Dan Jungkook kembali mengikis habis jarak di antara mereka, bersamaan dengan hujan meteor yang mereka nantikan.

Jungkook merelakan jarak kembali pada posisinya. Ditatapnya Chaeyoung yang menunduk.

"J-jungie. Kau yakin tidak sedang membuat kesalahan? Kau tahu, A-aku tidak bisa diperbaiki." Chaeyoung berujar.

Jungkook mengulurkan tangannya, membawa Chaeyoung kedalam dekapannya.

"Omong kosong. You were never broken to begin with."






[][]

Pantai.

Semilir angin menerpa wajahku. Aku membuka mataku dan kudapati Chaeyoung tersenyum ke arahku. Gaun putih selutut membuatnya tampak menawan.

Dia tertawa. Entah karena apa.

Aku mengulurkan tanganku. Dan Chaeyoung menyambutnya.

Semilir angin berganti dengan riuh bisikan.

Genggamanku dengan Chaeyoung terlepas.

Sinar mentari dan deburan ombak berganti asap hitam.

Semakin pekat, dan semakin pekat.

Menarik Chaeyoung menjauh dariku.

Nafasku sesak,

Dan aku terbangun dengan keringat di sana-sini.

Kekhawatiranku sebelum tidur berbuah mimpi.

Aku meraih ponselku, mencoba melihat jam.


07:03

Rupanya aku kesiangan. Aku bergegas merapihkan diri untuk masuk kelas.

Kakiku berjalan menuju kelas dengan pikiranku yang di penuhi macam-macam.

Aku tidak pernah menjalin hubungan dengan gadis di sekolah sebelumnya, terlebih yang betul-brtul ku anggap kekasih.

Begitu orang-orang mengetahui hal ini, mereka akan mulai bergunjing, dan tidak segan-segan menebar rumor macam-macam tentang Chaeyoung.

Bahkan anggota OSIS pun sudah curiga padaku sejak awal. Pada akhirnya  aku hanya akan membawanya hancur bersamaku seiring berjalannya waktu.

Kurasa aku terlalu terburu-buru, hingga lupa memikirkan resikonya.

Tidak, ini bukan berarti aku menyesali apa yang terjadi semalam, dia memenuhi kepalaku sepanjang hari.

Hanya saja, aku benci memikirkan Chaeyoung yang dikucilkan karenaku.

Chaeyoung sudah cukup menderita karena insiden itu. Aku tidak mungkin menyiksanya lebih jauh.

Tapi apa yang harus ku lakukan?

Bagaimana aku melindunginya sedang aku adalah sumber dari masalah itu sendiri?

--

"Ini dia. Poster terakhir." Chaeyoung menghela nafas lega, tugasnya menyebar poster perekrutan anggota klub sudah selesai.

"Itu tandanya tugasku hari ini selesai. Tapi aku masih harus mengembalikan tape ini ke sekret. Hmm. Kira-kira Jungie sedang apa ya?"

Peristiwa semalam terlintas di benak Chaeyoung.

"Ah! Apa yang ku pikirkan!" Chaeyoung memegang wajahnya yang memerah.

I-itu ciuman pertamaku. Meski bukan ciuman pertama Jungie. T-tapi rasanya.. bibir Jungie terasa hangat dan lembut.

TIDAK! BERHENTI! Aduh..

Chaeyoung menggelengkan kepalanya.

Aku bukan mesum, kan? Aduh..

Chaeyoung melangkah menuju kelas Jungkook. Namun tidak menemukan siapapun disana.

Mungkin Jungie ke perpustakaan.

Chaeyoung berbalik. Belum sempat kakinya melangkah profil belakang Jungkook tertangkap indera penglihatannya.

Chaeyoung kemudian bergegas menghampiri Jungkook yang semakin menjauh.

Kemudian tangannya terulur untuk meraih lengan Jungkook yang kini hanya berjarak beberapa langkah darinya.

"Jungie! Aku tadi mencari-"

Jungkook menjauhkan lengannya. Menghindari sentuhan Chaeyoung. Chaeyoung terkejut, juga sedih dengan sikap Jungkook yang berubah dingin padanya.

"M-maaf.." ujarnya perlahan.

"Hey." Ujar Jungkook datar. Tatapanya tidak kalah datar.

"Y-ya?"

"Bisa kita bicara di tempat yang lebih sepi?"



***

Lama, ya? Maaf. Ada satu dua hal yang harus di selesaikan :(

Terimakasi masi mau kemari :)♡

Where Tangents Meet || Jungkook X RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang