[][][]
TOK! TOK! TOK!
"Buka! Kami tahu kau ada di dalam."
Kami? Wah. Apa ini semacam pengepungan?
Aku bergeming. Membuka pintu sama saja dengan menggali kuburanku sendiri bukan?
"Jennie, aku bisa atasi anak ini sendiri." Yang itu pasti suara Jimin.
"Bukan masalah."
"Hey! Kalau kau membuat masalah dengan satu dari kami, kau bermasalah dengan kami semua!"
"Iya! Tidak ada yang boleh melukai Rosé kami!"
Ah, sial. Mereka berisik sekali.
"Kookie. Kau tidak bisa terus di sini seharian, begitu juga mereka."
Aku tahu itu.
"Kau benar. Daniel. Kalau aku mati, tolong tengok abuku tiap minggu."
"Kau tidak boleh mati. Aku mau cakeku."
Aku membuka pintu kamar Daniel.
"STOOP!!"
Aku terkejut melihat si pirang yang tiba-tiba muncul dan berdiri di depanku, membelakangiku, merentangkan kedua tangannya seolah menjadi tameng untukku dari teman-temannya, juga kakaknya.
Bisa ku lihat bahunya naik turun karena mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin.
Kau lari ya? Haha.
"Ch- Chaeng, kau butuh inhaler?" Itu Jimin angkat suara.
"Tidak- uhuk! Uhuk! Sebentar- "
Aku memilih untuk diam, tidak mungkin aku mengusap punggungnya sekarang. Walau aku ingin.
Tidak. Tidak.
"Tolong jangan pukul Jungie- hah- Jungie bukan orang jahat! Dia sangat baik padaku. Jungie... menemaniku ketika aku kesepian, bahkan ketika aku merepotkannya dia tetap mau membantuku,
Aku menyukainya,"
Apa jantungku baru saja berdebar?
Hey. Telinga bisa saja berbohong, kan?
"Sama seperti aku menyukai kalian, teman-teman! Kalian adalah teman terbaikku, j-jadi aku akan merasa sangat~ bahagia kalau kalian juga bisa berteman dengan Jungie."
Tunggu. Kenapa aku merasa kecewa?
"Anak yang menyeramkan itu tidak menyakitimu kan, Rosé?" Ku lihat gadis ber-name tag Kim Jisoo itu memeluk Chaeyoung.
"Tidak sama sekali, Jisoo. Aku tidak apa-apa." Si pirang itu tersenyum lagi.
"Hey. Masih banyak yang harus kita selesaikan di sekretariat." Ujar gadis yang tadi menghadangku dengan sapu.
Apa mungkin, yang Daniel bicarakan itu benar?
Tentangku padanya.
"Hey." Suara Jimin masuk ke telingaku.
"Maaf aku mengejarmu, itu reflek.
Dan.. terimakasih sudah menjaga adikku.""Ah, iya. Maaf aku lari tadi. Aku pikir kau tidak akan mau mendengar penjelasanku."
"See ya, 'Jungie'."
--
Aku melucuti semua pakaianku, dan berjalan masuk ke kamar mandi. Beruntung Insiden itu tidak menyita waktuku untuk mandi dan sarapan.
Tetesan air mulai membasahi kepalaku,
"Aku sudah mendengar semua tentangmu, aku tahu laki-laki sepertimu."
Suara ketua osis yang mengancamku sesaat sebelum beranjak pergi, seakan kembali terdengar di telingaku.
"Dengar. You hurt Rosé, We hurt you."
Hey,
Aku tidak mengelaknya, sama sekali.
Aku berbohong, berselingkuh, dan main-main dengan banyak perempuan, setiap kali aku merasa bosan.
Tapi, dia berbeda. Entah apa, jangan tanya padaku.
Aku selalu mengeluh dan ingin diperlakukan sama, di pandang sama dengan orang lain.
Dan gadis yang kusuka, memperlakukanku dan menganggapku sama dengan yang lain.
Akhirnya aku benar-benar mendapatkan apa yang selama ini aku inginkan.
Ironisnya, itu justru membunuhku.
***
Thank you sudah mau mampir♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Tangents Meet || Jungkook X Rosé
Teen Fiction[ON-HOLD] -Remake dari komik dengan judul yang sama -Shoujo! -Original story by: instantmiso