XXVIII

873 127 6
                                    

"Oke! Kerja bagus untuk hari ini Jieun-ssi."

"Ah, terimakasih."

.

.

.

Jieun berjalan menuju cermin sambil merapatkan bathrobenya. Menatap pantulan dirinya sejenak dan mulai mengeringkan surai karamelnya yang basah. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi. Segera diraihnya ponsel yang tergeletak di kasur,


Ah.. Line Event sialan.


"Kau benar-benar mengabaikanku, Jungkook?" Ujarnya sembari menatap ruang obrolan yang tak kunjung terisi obrolan itu.

"Mengapa kau terasa sejauh ini? Kau bahkan lebih memahamiku ketimbang diriku sendiri."

.

.

.

Lensa terfokus, dan Jieun mulai berpose. Gadis itu berusaha menetralisir kegugupannya dan memberikan pose yang terbaik, namun tampaknya tidak cukup memuaskan.

"Sebaiknya kita beristirahat dulu. Mungkin tiga puluh menit cukup. Coba lebih rileks lagi, okay?"

"Ah.. Ye.." Jieun membungkukkan badannya.


"Anak baru itu benar-benar tidak tahu apa yang dilakukannya." Sebuah suara terdengar dari sudut studio.

"Hey, dia tidak seburuk itu."

"Tentu, wajahnya cantik. Tapi dia sama sekali tidak berbakat."

"Diamlah. Dia menatap kesini."

.

.

.

"Bukankah kau masih ada pemotretan lagi?"

Jieun mengangkat kepalanya yang semula tenggelam di balik lututnya. menghentikan tangisannya. Ia sempat yakin tidak akan ada yang menemukannya menangis di sini.

Aku pernah melihat anak ini.. Batin Jieun.

"Dengar. Aku sibuk dan sedang tidak ingin berurusan denganmu. Kenapa kau tidak urus saja urusanmu sendiri?"

"Oh, sibuk menangis di sudut ruangan bekas maksudmu?"

"Berani sekali kau bicara begitu! kau bahkan tidak mengenalku!"

"Itu karena kau tidak memberitahuku siapa namamu."

Dammit, he's smooth.. Batin Jieun pt.2

"Jieun. Lee Jieun."

"Kenapa kau memilih untuk menjadi model?"

"Karena itu mimpiku. Passionku. Aku tidak mengerti kenapa mereka seenaknya meremehkanku. Mereka pikir mereka siapa? Memangnya mereka tahu apa?" Jieun kembali terisak.

"Bantahlah. Jangan biarkan mereka merasa puas telah meremehkanmu karena kau layak diremehkan. Prove them wrong. Tersenyumlah pada kamera. See you." Jungkook berlalu meninggalkan Jieun yang masih terduduk diam di sudut studio yang tidak terpakai.

.

.

.

Kata-Kata Jungkook tidak pernah meninggalkan kepala Jieun sejak hari itu, hingga saat ini. Saat ia berhasil masuk kedalam deretan Angel dari salah satu brand ternama. Hubungan Jungkook dan Jieun hanya berjalan satu bulan. Jungkook yang suka bermain-main, dan Jieun yang tak begitu mengindahkan fakta satu itu, hanya bisa menangisi dirinya sendiri kala itu.

"Aku yakin, suatu saat pasti dia akan kembali."

Jieun meletakkan ponselnya kembali di atas kasur dan menuju cerminnya lagi. Melanjutkan kegiatan mengeringkan rambutnya yang tertunda.

"Aku sudah mencari-cari kabar di akun infotainment tapi tidak ada satupun berita mengenai Jungkook yang mengencani seseorang setelah aku. Lalu kenapa kau mengabaikanku Jeon Jungkook!! Aish anak ini benar-benar.." Jieun menggerutu pada dirinya yang lain di cermin.

"Tenang Jieun, Cinta Sejati memang butuh waktu dan kesabaran~"


Malam hari Jieun dan pikirannya mengenai Jungkook di apartemennya yang sepi.


***

Aku nulis ditemenin mbak Jieun yang nyanyi Palette versi nightcore. Jadi lebih uwu suaranya :'v Thankiyuw bwerrryyyy muchh minaa-san!{} //emot peluk biar hangad. disini hujan terus soalnya.

Where Tangents Meet || Jungkook X RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang