XVIII

1.1K 181 7
                                    

"I-itu maksudku.. maaf. Aku tidak seharusnya berkata begitu. Kau tidak bisa mengendalikan sehat dan sakitmu.

Lagipula, seharusnya aku tidak membawamu dan mengajakmu melakukan ini dan itu, kau bahkan sudah berkali-kali memberi tahuku soal kondisi kesehatanmu." Jungkook yang berdiri, menggaruk tengkuknya gugup.

".....Jungie. boleh aku mengungkapkan sesuatu? A-aku tidak pernah bercerita tentang ini sebelumnya kepada siapapun. T-tidak bahkan Jimin a-ataupun teman-teman." Tatapan Chaeyoung melemah.

"Ya. Silahkan." Jungkook mendudukkan dirinya di samping Chaeyoung.

Hening sesaat. Chaeyoung menatap lurus ke depan. Begitu pun Jungkook.

"Tentang kesehatanku..

Aku memang tidak sepenuhnya bisa mengendalikan kesehatanku. Tapi, kurasa..di satu sisi aku kerap berniat untuk memperburuknya.

Itu tidak masuk akal, bukan? Kalau kau tahu jalan untuk menjadi lebih baik, harusnya kau menempuh jalan itu.

Orang tuaku, Jimin, teman-teman, semuanya mengkhawatirkanku, dan yang bisa kulakukan hanyalah terus-terusan membuat mereka khawatir dan merepotkan mereka."

Kepalan tangan Chaeyoung mengerat.

"Kurasa, aku jadi membenci diriku sendiri, membenci diriku yang merepotkan, tidak bisa melakukan apapun sendiri, kemudian dengan sengaja mengabaikan kesehatanku.

Aku dengan sengaja melewatkan jadwal makan, aku selalu menyiksa diriku setiap kali aku sendiran dengan pikiran-pikiran di kepalaku. Rasanya sakit. Tapi sulit untuk mengentikannya.

Itulah kenapa aku lebih suka ketika ada seseorang di sampingku. K-karena j-jika aku sendirian..

A- hiks aku selalu berfikir- hiks kalau aku- hiks lebih baik- hiks mati saja." Chaeyoung mulai terisak. Air matanya tumpah.

Jungkook mengulurkan tangannya,

"Tapi, kemudian aku bertemu seseorang.."

Namun tertahan.

"Kelihatannya dia tidak begitu menyukaiku, tapi aku memaksanya untuk berteman. Mulanya, dia terlihat seperti ornag asing yang tidak mau berteman denganku. Tapi ada sesuatu tentangnya yang membuatku terkejut.

Karena aku belum makan, dia memaksaku kabur dari sekolah, dan membelikanku makan siang. Padahal, bisa saja dia mengabaikanku hari itu."

Chaeyoung mengusap air matanya.

"Lucu, bukan? Dia melakukan itu semua hanya untuk seseorang yang baru ia temui. Dia bahkan bilang Manusia macam apa yang ingin ditemani oleh orang yang baru saja kau temui? Beberapa menit sebelumnya.

Aku merasa tersentuh, itu membuatku.. berpikir kalau orang asing saja bisa peduli padaku, mungkin aku juga seharusnya aku juga bisa dan lebih peduli pada diriku sendiri.

Mengesampingkan diriku yang begini, aku mulai berpikir. Sepertinya, aku ini sedikit lebih berharga dari yang selama ini ku kira." Chaeyoung menoleh dan tersenyum.

Jungkook memalingkan muka. Dan membawa Chaeyoung ke dalam rangkulannya. Pipinya di sandarkan diatas kepala Chaeyoung.






















"Bodoh." Wajah Jungkook memanas.

"Kau jauh lebih berharga dari yang kau pikir. You have no idea."

Air mata Chaeyoung kembali tumpah.


***

Huhu :'v

Thank you sudah kemari♡

Thank you sudah kemari♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Where Tangents Meet || Jungkook X RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang