Akhir pekan yang tampak sibuk di sekretariat osis.
"Kategori. Data klub itu harus diurutkan berdasarkan kategori. Olahraga, akademik, kesenian, dan lain-lain." Jisoo berujar tegas di hadapan komputer.
"Bukankah akan lebih mudah kalau kita mengurutkannya berdasarkan abjad?" Lisa berujar tak kalah tegas di samping Jisoo. Satu tangannya bertumpu pada meja komputer, sedang yang lain bertumpu pada sandaran kursi yang di duduki Jisoo.
"Kurasa itu ide buruk."
"Ide buruk? Kalau sejak awal kita sepakat mengurutkannya berdasarkan abjad, akhir pekan ini kita pasti bebas tugas!"
Perdebatan terus berlanjut dan semakin panas. Namun gadis pirang di sudut ruangan tampak tak terusik. Tangannya sibuk memegang lembaran formulir, pikirannya sibuk kesana-kemari.
Chaeyoung menghela nafas.
Kata-kata Jungkook tentang merahasiakan hubungan mereka, memenuhi kepalanya.
Aku bahkan tidak tahu bagaimana normalnya orang berpacaran. Apa yang harus kulakukan ketika pacaran sembunyi-sembunyi?
Chaeyoung menatap kosong lembaran formulir di tangannya.
Aku yakin Jennie pasti punya solusi. Tapi aku tidak bisa memberitahu Jennie.
Aku hanya tidak ingin mengacaukan semuanya..
"Lisa, Jisoo. Kalian terdengar seperti pasangan yang sudah lama menikah." Taehyung muncul dengan kardus di tangannya.
"Kami tidak!" Sahut Lisa dan Jisoo bersamaan.
"Biar aku saja yang susun datanya."
"Kau yakin, Tae?" Tanya Jisoo.
"Tentu. Kau bisa bantu Jimin di gudang. Dan omong-omong, Lisa. Kulihat tadi Jennie menggunakan sapumu untuk memukul serangga di atap."
"KUHARAP DIA TIDAK MEMUKUL DENGAN GAGANG SAPUNYA." Teriak Lisa sambil berlalu dari sekretariat.
"Sayangnya tidak begitu~" timpal Taehyung.
"Aku akan menyusul Jimin." Ujar Jisoo.
"Rosè. Kulihat kau diam saja sejak pagi tadi. Kau berdandan? Apa kau mau pergi ke suatu tempat?"
Ucapan Taehyung membuat terkejut dan menarik kesadaran Chaeyoung. Chaeyoung membalikkan badannya perlahan.
"M-maaf tadi aku melamun. Aku tidak pergi kemana-mana."
Sebenarnya aku ada Janji makan siang bersama di kamarku dengan Jungie nanti.
A-apa pakaianku terlalu berlebihan? A-ah.. aku tidak pandai berbohong juga.
Chaeyoung menunduk, memperhatikan gaun hitam selutut berlengan panjang yang membalutnya, juga sepatu hitamnya. Rambutnya masih diikat seperti biasa.
"Ah, begitu rupanya. Kalau aku jadi orang lain mungkin akan mengira kau akan pergi kencan."
Taehyung dengan santai meletakkan kardus yang di bawanya, kemudian menepukkan kedua tangannya satu sama lain. Chaeyoung meremas gugup jari-jari tangan yang ia sembunyikan di belakang punggungnya.
"Akhir-akhir ini aku melihat banyak sekali yang berpacaran di sekolah, mungkin sudah masuk musimnya."
"O-oh.."
"Tentu kau akan memberitahuku kalau kau punya pacar, kan? Kita sudah saling mengenal sejak dalam rahim ibu. Kau sudah seperti adik bagiku."
Taehyung menyandarkan dirinya pada salah satu meja, mengambil posisi berhadapan langsung dengan Chaeyoung yang kini gemetaran.
"Y-ya.."
"Bukankah kita sudah seperti keluarga? Akan aneh rasanya kalau kau tidak memberitahuku hal semacam itu benar, kan?
Aku pun begitu. Kau pasti akan jadi orang pertama yang akan ku beritahu kalau aku menemukan seseorang yang spesial, Rosè."
Taehyung mengangguk-angguk paham atas ucapannya sendiri. Jari-jari gemetar serta iris Chaeyoung yang mulai berkilat basah luput dari perhatiannya.
"Di samping itu, kita semua adalah teman baik. Aku yakin tentunya kau tidak akan-"
Taehyung terpaksa memotong ucapannya ketika mendapati air mata Chaeyoung yang sudah mengalir.
Oops.. kurasa aku menyindirnya terlalu jauh. Batin Taehyung.
"UWAAAA TAEHYUNGIIEEE.."
"Rosè, sorry. Sorry. Cup-cup. Tenang, tenang. Jangan menangis."
Taehyung segera menyambar kotak tissue di atas meja komputer, dan menyodorkannya pada Chaeyoung.
Setelah tangisannya reda, Chaeyoung pun mulai menceritakan semuanya pada Taehyung. Taehyung mengamininya dengan anggukan dan beberapa gumaman.
"Jadi, kalian merahasiakannya karena Jungkook berpikir orang-orang akan menentang hubungan kalian-
Sudah, sudah. Jangan menangis lagi, Rosè. Aku tidak akan memberitahu yang lain. Janji." Taehyung mengangkat kelingkingnya.
"B-bukan begitu. H-hanya saja.. aku berbohong pada Taehyungie. Aku berbohong pada semuanya. Tapi di saat yang sama aku juga mengingkari janjiku dengan Jungie.
Rasanya aku tidak bisa melakukan apapun dengan benar. Aku tidak heran kalau alasan Jungie merahasiakan ini karena aku.. aku tidak bisa di andalkan."
Chaeyoung menunduk, kedua tangannya terlipat memeluk dirinya sendiri.
"Hah..Kau ini terkadang mirip sekali dengan Jimin. Itu, menakutkan."
"Jimin pacaran diam-diam juga?"
"Tidak, bukan itu. Ah, mengapa tidak kau bicarakan saja dengan Jungkook, tentang perasaanmu. Mereka bilang, komunikasi itu hal terpenting dalam suatu hubungan.
Memang tidak mudah untuk membuat sama pendapat satu sama lain, tapi yang terpenting kita terbuka, lalu jadi bisa mengerti perasaan satu sama lain. Dan mungkin, kalian berdua juga bisa menemukan apa yang membuat kalian bahagia."
"Aku mengerti.."
"Aku yakin kau pasti bisa mengambil keputusan yang tepat. Kami semua peduli padamu, Rosè." Taehyung menampilkan senyum kotaknya.
"Aku tahu itu. Terimakasih banyak, Taehyungie." Chaeyoung ikut tersenyum.
[][] ---
Segera setelah bunyi notifikasi masuknya pesan terdengar, aku menyambar ponselku.
+3341XXXX
'Jungkook-ah~'Oh. Itu bukan si pirang.
Aku harus mengganti nomorku. Aku bahkan tidak yakin dari siapa saja pesan-pesan di ponselku bermunculan. Mungkin gadis-gadis yang kuberi nomorku dulu?
Aku menekan tombol block.
Daebak.
Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya, kalau aku akan berguling-guling diatas kasur menunggu seorang gadis seperti ini.
Apa siang belum datang juga? Aku merindukannya.
***
Mau kondangdut ekeu. Teman ekeu married.
Mentang-mentang udah bikin KTP, pada bikin buku nikah.Terimakasi, silahkan datang kembali :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Tangents Meet || Jungkook X Rosé
Teen Fiction[ON-HOLD] -Remake dari komik dengan judul yang sama -Shoujo! -Original story by: instantmiso