Sudah lewat satu minggu sejak pertemuan terakhirnya dengan Youngmin. Sudah lewat satu minggu juga sejak pertama kalinya Youngmin mengutarakan rencana kepergiannya pada Doyeon.
Dan selama seminggu ini, sama sekali tak ada hubungan langsung antara keduanya. Bahkan hanya sekedar saling mengirim pesan sebelum tidur pun tidak.
Biasanya Youngmin dan Doyeon yang bisa bicara lewat sambungan telepon sampai tengah malam pun sama sekali tak dilakukan.
Sudah seminggu ini mereka pergi tidur, hanya dengan membayangkan wajah satu sama lain.
Entah Youngmin yang terlalu sibuk mengurusi segela berkas sebelum kepergiannya yang mendadak. Entah Doyeon yang selalu berkilah dengan mengatakan bahwa akhir-akhir ini tugasnya jadi menumpuk tiga kali lipat lebih banyak. Atau memang keduanya yang saling menghindar.
Menghindar dari rasa tidak rela untuk melepas, jika mereka menatap mata satu sama lain.
Ketakutan akan ketidak relaan jika nanti harus berjauhan, setelah cukup lama bersama.
Tapi, sepertinya saat-saat seperti ini tak bisa mereka hindari lagi.
Jika memang tak ada masalah dengan keputusan yang sudah dibuat, mengapa harus menghindar, mengapa harus ada keinginan untuk tidak bicara.
Dan bertemu adalah jalan keluarnya.
Siapa yang bilang jika Doyeon tidak merindukan senyum hangat Youngmin.
Siapa yang bilang jika Youngmin tidak merindukan binar mata Doyeon.
Siapa yang bilang jika mereka tidak merindukan menatap wajah satu sama lain.
Tapi, satu minggu yang terlewat ini seakan lebih berat daripada memikirkan si dia yang dekat tapi mulai terasa jauh.
Ditemani meja kecil di samping jendela, dengan paparan sinar matahari yang hangat dan sulur-sulur daun yang menjulur di teralis jendela.
Sebuah tempat sederhana yang benar-benar nyaman.
Sudah hampir setengah jam Doyeon menunggu di meja tempat biasa mereka duduk. Tapi Youngmin tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Tak biasanya Youngmin yang dikenal disiplin itu terlambat sampai selama ini.
Sudah dikirimi pesan berkali-kali, Doyeon belum juga mendapat balasannya. Doyeon tidak berani menelpon di saat begini, takut jika Youngmin sedang dalam perjalanannya atau sedang dalam urusan penting mendadak, yang di mana dering panggilan masuk dari Doyeon akan mengganggunya.
Lalu lalang orang di sekitarnya. Keluar masuk para pengunjung kafe. Lima belas menit setelah itu pun berlalu. Tapi Youngmin juga sama sekali tak menunjukkan tanda kehadirannya.
Dan saat Doyeon baru memutuskan untuk menelpon Youngmin, seseorang tiba-tiba menempatkan tubuhnya, duduk di kursi di hadapannya.
Otomatis bibirnya menyunggingkan senyum. Mengangkat kepalanya dari layar HP dan siap menyapa seseorang yang sejak tadi ia tunggu.
Tapi ternyata, itu bukan senyum hangat dari Youngmin yang sudah ia rindukan satu minggu ini.
"Hai, Milia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
miles & smile― lucas ✔
Fanfickarena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh #spinoff remaja masjid 2 | kpoplokal ©2019 syyouth- Parallel Universe}