Yerim sudah turun dari mobil kepemilikan Jungkook, wajahnya tak secerah seperti biasanya. Ia berjalan cepat untuk masuk ke rumahnya, dan bahkan ia hanya melewati Nyonya Kim begitu saja tanpa memeluk atau menciumnya.
Terlihat Taehyung pun keluar dari kursi pengemudinya. "Taehㅡ OH! Jeon Jungkook?" Ternyata Taehyung bersama dengan sahabat lamanya, tentu saja itu membuat Nyonya Kim sedikit terkejut.
Jungkook memeluk Nyonya Kim, dan dibalas pula oleh wanita setengah paruhbaya itu. Taehyung tersenyum kikuk dihadapan bibinya, ia bingung harus mengatakan apa jika ditanya mengapa Jungkook bersamanya dan mengapa Yerim terlihat marah? Pasti salah satu pertanyaan itu akan bibinya lontarkan.
"Jal jinaesseo, Jungkook-ah?" Tanya Nyonya Kim dengan nada ramahnya.
"Ne, Eommonim!" Jungkook tersenyum manis. Ia sangat merindukan kehangatan keluarga Kim.
"Masuk lah, Eomma akan membuatkan makan siang kesukaanmu!" Nyonya Kim menepuk pundak Jungkook, dan lelaki itu pun membungkukkan badannya lalu masuk ke dalam rumah bernuansa klasik itu.
"Eomㅡ"
"Taehyung-ah, ada apa dengan Yerim? Apa terjadi sesuatu saat di perjalanan tadi?"
Taehyung langsung bergeleng. "Yerim hanya sedikit terkejut melihat Jungkook lagi dan mendengar kalau Jungkook akan menginap semalam disini. Tak apa-kan, Eomma?"
Nyonya Kim tersenyum manis. Ah entahlah, wanita setengah paruhbaya ini sungguh ramah, ia terus tersenyum sedaritadi. "Tentu saja! Eomma akan bicara dengan Yerim. Sekarang kau temani Jungkook, Eomma akan memasak untuk kalian."
Lalu setelah itu tidak ada percakapan. Hanya terdengar langkah kaki yang saling melangkah namun berbeda arah. Taehyung yang berjalan menemui Jungkook, dan Nyonya Kim yang berjalan menuju dapur.
🍇🍇🍇🍇
Hari sudah malam. Sedaritadi Yerim enggan keluar kamar, mulai pulang sampai saatnya makan malam Nyonya Kim terus membujuknya untuk makan, karena ia terus mengurung dirinya.
Sekarang sudah ke puluhan kalinya Nyonya Kim mengetuk pintunya, dan jawabannya masih sama.
"Eomma, aku tak lapar."
Nyonya Kim pun menyerah. Andai saja Tuan Kim tak ada dinas keluar kota hari ini, mungkin Yerim dengan terpaksa harus melahap habis makannya, tapi untunglah bagi Yerim karena sang ayah tak ada di rumah.
Sebenarnya, ada satu orang yang belum mencoba membuat gadis itu keluar, dan sepertinya ia tak akan. Karena Taehyung sangat menentangnya. Ia takut kalau orang itu ikut andil, Yerim akan semakin membulatkan tekadnya untuk tak keluar.
"Ya! Myemim! Mau berapa lama kau akan menahan laparmu?" Teriak Taehyung.
"Terserah ku!" Itulah jawaban Yerim.
Jungkook yang mendengarnya tertawa kecil. Dan Taehyung langsung melemparkan tatapan kenapa-kau-tertawa kepada lelaki itu.
"Yerim tak pernah berubah," jawab Jungkook.
"Tentu saja. Dia masih Myemim kecilku!"
Jungkook mengangguk sambil menyunggingkan senyumnya.
"Hyung, perlu bantuan?"
Taehyung menggeleng cepat. "Tidak dan tak akan. Dia sungguh sensitif denganmu!"
Lalu tak berapa lama Nyonya Kim kembali lagi menghampiri kedua pemuda yang masih setia berdiri di depan pintu kayu berwarna merah muda itu.
"Yerim, Eomma sudah menelpon Appa! Dan Appa bilang dia akan pulang sekarang juga kalau kau tak keluar dan makan makananmu!"
Ceklek
Pintu merah muda itu terbuka.
"Aku makan!" ketusnya lalu berjalan cepat menuju ruang makan dan diikuti ketiga orang di belakangnya dengan senyum lega yang mengembang.
Kim Yerim sangat takut dengan Ayahnya, tentu saja. Apa yang menyangkut dan membawa nama Ayahnya, ia akan langsung menurut begitu saja.
"Aku akan makan di taman."
"Kim Yerim! Duduk!" Nyonya Kim sedikit membentak.
Yerim menghela napasnya. Ia duduk di samping Jungkook, atau lebih tepatnya Jungkook lah yang duduk di sampingnya.
Makan malam itu berjalan lancar, dengan canda tawa juga seperti biasanya, tapi hanya ada tiga suara disana, Yerim pengecualian.
"Aku sudah selesai, Eomma." bangkitnya.
"Yerim!" panggil Jungkook.
"Yeri!"
"Yerim!"
Yeri berbalik, menatap penuh kebencian. "Sudah ku bilang panggil aku Yeri!"
"Yerㅡ" Nyonya Kim mencoba menghentikan putrinya.
"Eomma, tidak apa. Akan aku selesaikan!" Taehyung menenangkan bibinya. Nyonya Kim memang tampak terkejut dengan sikap ketus Yerim yang ia belum pernah ketahui, satu hari ini ia sungguh kecewa dengan putri semata-wayangnya.
Yerim pergi meninggalkan ruang makan itu, ia berjalan menuju kamarnya. Ekor mata Jungkook terus mengikuti langkah gadis mungil itu.
"Sebaiknya kau mandi, Jungkook-ah!" Ujar Taehyung yang tahu kalau lelaki itu tak akan menyerah untuk mengajak Yerim berbicara dengannya, dan sepertinya keputusan Taehyung yang membiarkan Jungkook menginap adalah pilihan yang salah, ia seakan mengorek kembali luka lama adiknya itu.
🍇🍇🍇🍇
"Mark! Mark Lee!" Teriak Suhyun nyaring.
Mark pun berbalik, dan ikut melambaikan tangannya ke gadis berpipi padat itu.
"Apa kau baru sampai?"
"Tidak, sudah sekitar setengah jam yang lalu!" jawab Mark.
Saat mereka berjalan menuju kelas, Suhyun menyikut lengan Mark, menyuruhnya berhenti.
"Itu bukannya Yeri?"
Mark mengangguk, "dan Jungkook Sunbae juga."
"Kau mengenal Jungkook Sunbae?"
Mark mengangguk. "Dan aku juga sangat mengenal Kim Yerim," batinnya.
Mereka mempehatikan Yerim yang mulai berlari dan diikuti Jungkook di belakangnya. Ya, Jungkook mengejarnya.
Bahkan Yerim melewati kedua teman yang menungunya.
Yerim sedang berperang dengan pikirannya. Kalau ia berhenti, Jungkook akan dengan mudah menariknya. Jadi ia memutuskan untuk terus berlari.
"Hyung!" itu suara Mark yang berhasil menghentikan Jungkook.
"Eo! Mark? Kau berkuliah disini juga?" Mark mengangguk.
"Mark, sepertinya aku harus duluan!" Ujar Suhyun yang berjalan duluan meninggalkan kedua lelaki itu.
"Hyung, kau dicari Jaehyun Hyung."
Jungkook masih mengatur napasnya. "Di...dimana?"
"Ruang biasa," singkatnya.
Jungkook menepuk pundak Mark, "Gomawo." Lalu pergi menuju ruang biasa yang Mark katakan tadi.
"Aku seharusnya tak ikut campur dalam masalah kuno ini!"
🍇🍇🍇🍇
Happy reading
And,
Please keep supporting me!
Xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECATHECT
FanfictionCast : Jeon Jungkook Kim Yerim Genre : Sad, Romance, Friendship. Rating : PG 15+ ㅡ Decathect (n) perasaan yang sengaja disembunyikan untuk mengantisipasi kehilangan di masa depan. Kim Yerim harus menyembuhkan luka hati yang telah ia terima. Bukan ha...