At that time.
Semua orang yang mengantar Jungkook pun sudah kembali masuk, duduk di depan perapian dan mulai menyesap cokelat hangat terenak buatan Joohyun.
"Yerim appa, apa kau yakin lusa akan kembali ke Seoul?" Bibi Kim tiba-tiba berceletuk ditengah keheningan. Tuan Kim yang merasa dipanggil pun menoleh dengan wajah bertanyanya.
"Ya, maksudku apakah Yerim sudah sepenuhnya sembuh?" Semua mata kini tertuju kepada bibi Kim, kecuali Yerim yang masih berada di kamarnya.
"Maksud eomma, apa Yerim baiknya dibawa ke psikolog atau psikiater?" Kini Taehyung yang angkat bicara, kedua orang tua Yerim masih saling memandang satu sama lain, masih tak mengerti dengan apa dan kemana arah pembicaraan ini.
"Iya, mungkin baiknya seperti itu?"
"Tapi, uri Yerim tidak gila!" Sahut nyonya Kim dengan wajah masamnya.
Tuan Kim pun coba menenangkan istrinya, merangkulnya dengan hangat. Suasana di depan perapian kini semakin panas nan canggung. Tapi tiba-tiba, Saeron berdiri dari duduknya dan menatap semua keluarga besarnya itu, gerak-geriknya tampak sangat canggung.
"Aku minta maaf kalau memotong percakapan kalian, tetapi... aku ingin memberitahukan satu hal yang selama ini aku dan Yerim pendam, kami berdua. Rahasia besar Yerim." Semuanya kini menegakkan badannya, seakaan ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang dibicarakan Saeron.
"Eomma... appa... maafkan aku kalau alasanku bolak-balik ke Seoul untuk mengunjungi Taehyung oppa, tapi sebenarnya tak begitu. Aku, sudah 5 tahun yang lalu membawa Yerim ke psikolog di Gangnam."
"A-apa maksudㅡ"
"Omonim, aku minta maaf." Potong Saeron cepat. "Aku mohon maafkan aku, sudah sejak lama sekali aku ingin memberitahukan masalah ini, tapi Yerim tak mengizinkanku. Kejadian di sekolah menengah pertama waktu itu, ia sangat hancur. Mungkin Yerim tak menunjukkannya, tapi aku tau betul."
Ya, Saeron sempat bersekolah di tempat yang sama dengan Yerim dan Jungkook, ia satu tahun dibawah Yerim dan ia lah yang menyelamatkan gadis itu.
"Yerim terdiagnosis post-traumatic stress disorder dan selama menjalaninya ia serius tak serius, itulah alasan aku menyempatkan diri sebulan dua sampai tiga kali datang ke Seoul untuk menemani Yerim terapi dengan baik." Terang Saeron yang diakhiri helaan nafas kecilnya.
Nyonya Kim yang mendengar penuturan Saeron, kini tampak terkejut, bahkan sangat sangat terkejut. Tangannya menutupi mulut kecilnya sambil bergeleng pelan, matanya pula mulai berkaca-kaca. Tak hanya nyonya Kim, seluruh keluarga besar Kim pun terkejut akan kenyataan besar yang selama ini ditutupi dengan apik oleh Kim Yerim.
Mendengar kegaduhan di ruang tamu, Yerim pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya, ia melihat kedua orang tuanya yang tampak gusar dalam duduk dan seluruh keluarga Kim menatapnya penuh sendu. Ini ada apa, hanya itu yang ada di benak Yerim. Apa ia melakukan kesalahan? Apa sebuah kesalahan karena tidak mengantar Jungkook tadi?
Ia pun mulai mendekati kedua orang tuanya dan menatap penuh tanya. Namun, belum sempat ia mengeluarkan suara, ibunya langsung memeluknya sambil menangis histeris. Suasana berubah menjadi sangat memilukan. Sang ayah pun juga ikut memeluk Yerim dengan sangat erat.
"Ini ada apa?" Ia menatap Saeron, mencari jawaban darinya, tetapi gadis kecil itu malah menundukan kepalanya. Yerim semakin merasa ada yang salah disini. "Eomma, apa yang terjadi?"
"Yerim-ah..." nyonya Kim mulai melepaskan pelukannya, sembari menyeka air matanya yang juga dibantu oleh Yerim. Mata mereka bertemu, namun terlihat dari sorot mata Yerim yang tampak penasaran, ia mencari jawaban dari kejadian janggal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECATHECT
FanfictionCast : Jeon Jungkook Kim Yerim Genre : Sad, Romance, Friendship. Rating : PG 15+ ㅡ Decathect (n) perasaan yang sengaja disembunyikan untuk mengantisipasi kehilangan di masa depan. Kim Yerim harus menyembuhkan luka hati yang telah ia terima. Bukan ha...