Ciaahh gue update lagi, cintaku semuanya!! Minta komennya dongseu...
***
Pagi ini, adalah saatnya aku dan Jungkook untuk mulai beraktivitas. Aku dengan kuliahku, dan Jungkook dengan pekerjaannya.
Suatu kebetulan atau ayahku memang ingin aku berada di satu universitas dengan Jungkook. Kami pergi bersama setelah sarapan.
"Wah, kita pakai motor!" ujarku setengah memekik.
"Ya. Kenapa? Aku biasa memakai motor saat berangkat."
"Itu sangat bagus! Aku suka naik motor." Senyumku merekah. Aku benar-benar suka saat harus naik motor.
"Kalau begitu …" Jungkook meraih helm dan memakaikannya kepadaku. "Pakai ini dulu."
Aku membeku saat dia merapikan beberapa helai rambutku yang keluar dari helm itu. Aku yakin sekarang wajahku terlihat sangat bodoh sampai Jungkook tersenyum geli. Aku baru melihatnya tersenyum di jarak sedekat ini, dan senyumnya sangat indah. Kerutan di sekitar matanya saat ia tersenyum, membuat kesan mengemaskan. Apalagi ditambah dengan gigi kelinci itu. Aku jadi sangat ingin menggigit pipinya.
"Kim Nara," ujar Jungkook. Aku baru sadar jika sekarang ia telah menaiki motornya dan terlihat sedang menungguku.
"Ah, ya."
Aku perlahan menaiki motornya. Namun, motor itu terlalu tinggi untukku. Dengan ragu, aku menyentuh pundak Jungkook untuk berpegangan. Pria itu tidak terlihat terganggu. Ia justru membantuku dengan menggenggam pergelangan tanganku.
Setelah prosesi menaiki motor yang cukup mengguncang jantung dan memanaskan kedua pipi, aku akhirnya bisa naik di atas motor Jungkook dengan baik.
"Aku suka mengebut, kalau takut, peluk saja," kata Jungkook.
Sumpah, aku merasa jika dia mengucapkan kata-kata yang membuatku tersipu dengan sangat mudah.
"Tidak perlu. Aku sudah biasa kebut-kebutan dengan kakakku," jawabku.
"Oh. Baguslah."
Aku tidak tahu dia sengaja atau tidak, tapi Jungkook benar-benar membawa motornya dengan kecepatan setan. Sial, jantungku hampir lepas. Tanpa sadar, aku memeluk tubuhnya erat sekali. Benar-benar erat sampai sepertinya ia susah bernapas.
Perjalanan sekitar lima belas menit itu benar-benar membuat tubuhku seperti tidak memiliki tulang. Semua lemas.
"Hei, kau oke?" tanya Jungkook.
Aku bahkan tidak sadar jika kami sudah sampai di parkiran khusus dosen. Aku benar-benar tidak melepaskan pelukanku di perutnya.
Jungkook perlahan melepaskan pelukanku dan turun dari motor. Lelaki itu berdiri di hadapanku yang masih menaiki motornya. Ia melepas helm ku dan merapikan rambutku.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jungkook dengan raut khawatir.
Aku mengusap air mataku yang ternyata menetes tanpa sadar. Aku memukuli dadanya dengan kedua tanganku.
"Bodoh! Bodoh! Kau mau membunuh istrimu sendiri, Oppa?" seruku sambil memukulinya dengan brutal.
Namun, dia tidak terlihat kesakitan sama sekali. Cih, sial. Sekarang justru tanganku yang sakit karena memukuli dadanya yang keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Jeon
Fanfic"Because she thought that she was nothing even though she was something." Kadang, Nara bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana dia bisa menikah dengan pria sekeren Jeon Jungkook? Apa yang Jungkook lihat dari gadis biasa-biasa saja sepertinya? Namun...