• Aku dan Prasangka

12.9K 1.5K 109
                                    

Tolong, jangan tanya bagaimana kabar Jeon Jungkook sekarang.

Dia sedang malu. Sangat sangat amat malu.

Jungkook bersumpah, dalam 29 tahun hidupnya, baru sekali dia benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya. Untuk Jungkook sendiri, hal ini menjadi lebih memalukan karena ia hilang kendali di depan istrinya.

Maksudku, Nara mungkin berpikir jika Jungkook bukanlah pria seperti itu. Namun nyatanya, Jungkook melakukan hal-hal semacam itu kepada Nara. Mungkin saja, Nara akan kecewa padanya. Mungkin saja Nara menjadi kesal padanya.

"Oppa, kau tidak tidur?" tanya Nara saat ia melihat Jungkook yang masih membaca satu buku tebal berbahasa Jerman. Pria bermarga Jeon itu sedikit menaikkan alis. Kaca mata bulat masih setia bertengger di hidung bangirnya.

Jungkook menatap istrinya yang sekarang sudah menaiki ranjang. Pria itu pun menghela napasnya. "Nanti saja, aku belum menyelesaikan yang satu ini," katanya sambil melirik buku di pangkuan.

Nara mengulum bibirnya lalu mengangguk. Ia pun menidurkan diri di ranjang, memunggungi sang suami yang masih duduk manis di sisi lain ranjang.

Jungkook menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran aneh yang singgah saat melihat pakaian istrinya tadi.

Setelah malam itu, Jungkook menjadi sering sekali mengalami salah fokus pada istrinya. Jungkook pikir ia tidak waras karena selalu membayangkan hal-hal tidak senonoh saat melihat tubuh istrinya. Ia bahkan harus mandi lebih dari empat kali dalam sehari untuk menghilangkan panas tubuhnya setiap berdekatan dengan Nara.

Jungkook tahu ia bodoh. Dirinya adalah suami Nara, dia berhak sepenuhnya atas hati dan tubuh gadis itu. Namun, Jungkook hanya masih terlalu memikirkan Nara. Gadis itu masih kecil, oke? Usianya bahkan baru 22 tahun. Masih sangat belia. Dan, gadis sebelia itu harus menikah dengan dirinya yang bisa dibilang sebagai om-om penyuka daun muda.

Nara mungkin merasa tidak nyaman. Apalagi perbedaan umur mereka yang terlalu mencolok. Jungkook hanya ingin membuat Nara nyaman bersamanya. Meskipun memang, sejauh ini Jungkook pikir jika Nara sangat nyaman bersamanya. Gadis itu bahkan tidak marah saat ia melakukan itu kepada Nara kemarin.

Tapi tetap saja, Jungkook pikir, ia mungkin salah. Anggapannya mungkin salah. Mungkin saja Nara terpaksa harus melakukan hal itu untuk menghormatinya. Bisa saja, kan?

Baiklah, abaikan Jungkook sekarang. Pria itu memang sudah berumur hampir kepala tiga, tapi kelakuan dan pikirannya, bisa disamakan dengan bocah SD.

Jungkook menghela napasnya perlahan. Buku yang sedari tadi dipangkuan, sebenarnya sudah habis dibaca setengah jam yang lalu. Jungkook hanya menggunakannya untuk membuat Nara lebih dulu tertidur daripada dirinya.

Jungkook menaruh kaca mata dan bukunya di nakas. Ia melepaskan kaos dan bergerak menaiki ranjangnya.

Tangannya dengan lembut membelai pipi Nara yang sekenyal kue mochi. Gadisnya sudah tidur terlentang dengan wajah yang cantik bak bidadari.

Jungkook menumpukan kepala dengan tangan kanan, sedang tangan kirinya dipakai untuk mengelusi wajah terlelap istrinya.

Entah karena usapan Jungkook yang terlalu mengganggu, atau memang Nara yang belum sepenuhnya tertidur, membuat gadis itu membuka matanya.

Dalam cahaya remang yang berasal dari lampu tidur di kedua sisi ranjang, Jungkook merasa Nara tetap masih terlihat sangat cantik.

Istrinya tersenyum sambil menatapnya. Jungkook yang salah tingkah, mencoba menarik tangannya dari pipi Nara. Namun, sang istri menarik tangannya untuk kembali mengelusi wajah si gadis.

Dear, Mr. JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang