Acu baiq qann....
Para jomblo, sok merapat :)***
"Apa mereka menyakitimu?" tanya Jungkook setelah aku menceritakan kejadian di kelas.
Aku tersenyum dan mengangguk. "Tidak. Hanya saja itu terasa sangat lucu," kataku sambil tertawa kecil.
"Lucu? Apanya yang lucu dengan pertengkaran dua gadis?"
"Ah, Oppa, kau terlalu kaku." Aku kembali menyuap makanan ke mulutku sebelum melanjutkan, "Mereka lucu. Bahkan mereka bertengkar tentang suami orang di depan orang itu sendiri. Maksudku, aku tahu mereka tidak tahu tentangku, tapi itu benar-benar lucu. Aku penasaran apa yang akan mereka lakukan saat mengetahui jika aku adalah istrimu." Aku tertawa geli mengingat kejadian tadi.
Jungkook sendiri menyunggingkan senyumannya. Ia lalu kembali memakan makanannya.
"Oppa, kenapa kau sangat irit bicara? Selama mengajar kau hanya bicara untuk hal-hal yang pening. Tidak ada sama sekali basa-basi atau semacamnya," tanyaku.
"Untuk apa? Mereka tidak penting bagiku. Aku hanya bicara pada orang-orang yang penting. Kau, misalnya."
Oke, aku harus mengatur napas dan detak jantungku lagi.
"Maksudku, setidaknya tersenyumlah sedikit. Atau sapalah mereka. Para fans mu akan sangat senang dengan itu."
"Aku tidak butuh fans. Aku tidak butuh gadis-gadis itu. Aku hanya butuh kau."
Baiklah, cukup. Aku tidak akan bertanya lagi. Setiap jawabannya berakibat fatal pada detak jantung dan jalur napasku.
"Nanti malam akan makan apa?" kata Jungkook setelah hening cukup lama di antara kami.
"Aku punya banyak bahan makanan. Bibimbap terdengar bagus, kan?" kataku.
Ia mengangguk. Kami pun kembali makan.
Setelah beberapa menit, kami telah selesai makan siang dan aku juga harus kembali ke kelasku.
"Aku pamit. Terima kasih makanannya, Oppa. Lain kali, aku akan membawakanmu bekal." Aku menundukkan kepala dan membalik badan untuk pergi.
Namun, tiba-tiba Jungkook menahan pergelangan tanganku. Ia menarikku hingga tubuhku menabrak dadanya. Detik selanjutnya, aku bisa merasakan ia memelukku dengan erat, mengusap belakang kepalaku dan menghirup aroma rambutku.
Aku membeku dalam pelukannya. Bahkan pelukan tadi pagi masih membuatku merona sepanjang hari dan sekarang dia memelukku lagi? Aku tidak yakin jantungku siap untuk ini.
"Jangan bicarakan tentang fans itu lagi. Aku tidak terlalu suka berinteraksi dengan banyak orang, apalagi mereka. Cukup kau dan aku. Hanya kita, oke?" katanya.
Aku mengangguk. Perlahan, tanganku melingkari pinggangnya, balas memeluk tubuh kekarnya.
Aku jadi benar-benar merasa miris jika mengingat pertengkaran Sunji dan Moonyoung tadi. Kasihan sekali jika mengingat mereka menginginkan pria yang bahkan sekarang tengah memelukku dengan erat.
Maafkan aku, teman-teman.
***
Seperti yang telah kurencanakan dari awal, malam ini aku memutuskan untuk memasak bibimbap dan beberapa makanan lain.
Aku tengah memotong beberapa bahan saat mendengar suara langkah kaki menuju ke arahku.
Aku merasakan Jungkook yang tengah berdiri tepat di belakangku, bahkan dadanya menempel pada punggungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Jeon
Fanfic"Because she thought that she was nothing even though she was something." Kadang, Nara bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana dia bisa menikah dengan pria sekeren Jeon Jungkook? Apa yang Jungkook lihat dari gadis biasa-biasa saja sepertinya? Namun...