• Aku dan Fans

12.5K 1.6K 96
                                    

Aku merasa sangat senang di kampus baruku. Semua orang menerimaku dengan baik. Ternyata Sunji adalah orang yang cukup populer di kampus, sehingga dengan berteman dengannya, aku jadi lebih mudah mencari teman.

Aku bertemu dengan beberapa teman yang kupikir mempunyai sifat yang sama seperti temanku saat di Busan. Misalnya Eunwoo dan Mingyu, mereka benar-benar punya sifat yang sama seperti Jongin dan Sehun. Mereka sangat supel dan cerewet, kadang juga menyebalkan. Tapi tak apa, aku suka mempunyai teman seperti mereka. Kupikir, Sunji juga mempunyai karakter seperti Nahee. Mungkin hal itulah yang membuat kami mudah untuk berteman.

Aku menjalani sesi belajar mengajar dengan baik. Mata kuliah selanjutnya akan diisi oleh Jungkook, kami masih menunggu dirinya untuk sampai.

"Apa kau tahu, Dosen Jeon itu sangat tampan," kata Sunji saat aku sedang membereskan bukuku.

Aku menaikkan alis, sepertinya pura-pura tidak tahu terdengar menyenangkan. "Benarkah?"

"Ya, bahkan dia pernah disuruh untuk menjadi ambasador kampus kita. Tapi sayangnya dia menolak dan memilih untuk pindah ke Busan. Oh iya, bukankah dia mengajar di kampus lamamu? Kupikir kau pasti tahu dia."

"Tidak, aku tidak mengenalnya."

"Benarkah? Aneh sekali," gumam Sunji. Aku benar-benar ingin tertawa melihat wajah kecewa dan herannya.

"Tak apa, lagipula sebentar lagi kau akan bertemu dengannya. Aku sangat yakin setelah kau melihatnya, kehidupan kuliahmu akan lebih berwarna. Yah, walaupun dia memang sangat cuek dan dingin. Tapi aku bersungguh-sungguh jika dia seperti oasis di padang gurun kampus."

Yah, aku tahu, Sunji. Kau yang bertemu dengannya hanya beberapa jam saja sudah merasa dirinya seperti itu, apalagi aku yang akan bertemu dengannya sepanjang hari seumur hidupku?

Aku bertaruh jika aku telah menyelamatkan dunia di kehidupan sebelumnya, karena aku sampai bisa menikah dengan pria seperti Jeon Jungkook.

Tidak lama berselang, Jungkook pun masuk ke dalam ruangan kelas kami. Ia berjalan tegak dengan raut dinginnya yang menguar. Namun anehnya, aku melihat para mahasiswi jutru terlihat menatapnya dengan pandangan memuja.

"Pagi, semua," ujarnya.

"Pagi, Gangsanim."

"Selamat datang kembali, Jeon Gangsanim," ujar seorang gadis yang duduk di pojok kanan depan. Jungkook hanya mengangguk sebagai jawaban. Aku melihat gadis pemanggil Jungkook terlihat menekuk wajahnya.

"Baiklah aku mulai saja pembelajaran kali ini," ujar Jungkook. Ia mengambil spidol dan mulai menerangkan materi.

Aku mengikutinya dengan baik. Jungkook memanglah guru yang sangat pandai. Dia bisa menerangkan semua materi dengan kata-kata yang mudah dimengerti sehingga para mahasiswa pun bisa langsung paham.

Setelah pembelajaran selesai, ia pun meninggalkan kelas kami.

"Benar,kan? Dia sangat tampan, kan?" Sunji bertanya dengan raut antusias.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Benar. Sangat tampan. Dia benar-benar oasis di gurun pasir."

"Benar,kan! Apa kataku!" seru Sunji. "Andai saja si Moonyoung sialan itu tidak selalu mencari perhatian Jeon Gangsa, aku pasti akan membuatnya jatuh cinta kepadaku," kata Sunji.

"Moonyoung? Siapa itu?" tanyaku dengan alis berkerut.

"Dia? Dia sialan. Gadis sial yang tingkat kecentilannya sudah over dosis." Sunji menjelaskan dengan gestur malas. "Dia itu seperti parasit yang selalu menempel kepada Dosen Jeon. Aku sempat berpikir jika Dosen Jeon pindah ke Busan karena tidak tahan dengan si sialan itu."

Aku menganggukkan kepala. Dari penjelasan Sunji, aku menyimpulkan jika Moonyoung itu adalah fans berat suamiku. Sebenarnya aku cukup familiar dengan yang seperti ini. Kau ingat kan jika kakakku itu Kim Namjoon? Kakakku itu sering pulang dengan membawa satu plastik besar berisi surat dan hadiah dari fans-nya. Bahkan, ada beberapa wanita yang terang-terangan merayuku supaya mereka bisa dekat dengan kakakku. Jadi … yang sepeti ini, sih, sudah biasa.

"Hei, Baek Sunji! Beraninya kau bicara begitu di belakangku! Kau mau mati, hah!"

Tiba-tiba seorang gadis datang dan menggebrak meja kami. Aku melihat Sunji yang berdecih dan memutar bola matanya saat melihat kelakuan gadis itu.

"Kenapa memangnya, Nona Jang Moonyoung? Ini mulutku, terserah aku untuk berkata apa. Ya, kan?" ujar Sunji. "Lagipula jika kau tidak suka aku bicara di belakangmu, maka aku akan bicara sekarang, di depan wajahmu. Kau adalah si gadis sial, parasit pengganggu yang selalu mengusik Dosen Jeon saat ia bahkan tidak pernah melirikmu. Aku heran, setelah ditinggal olehnya setahun, kau tidak ada kapok-kapoknya, justru malah menjadi. Urat malumu itu sudah setipis tali bra nenekku, tahu!"

Aku melihat wajah Moonyoung sudah memerah, antara menahan kesal atau malu, karena nyatanya perkataan Sunji yang tidak disaring itu terdengar di seluruh penjuru kelas. Beberapa mahasiswa terang-terangan tertawa kencang saat mendengar ucapan Sunji.

"Kau! Dasar gadis sial!" seru Moonyoung.

Ia dan Sunji masih saja bertengkar. Tidak ada yang mau mengalah. "Lebih baik Dosen Jeon bersamaku, daripada bersama gadis dengan bedak setebal ensiklopedia!" seru Sunji.

"Beraninya kau menghinaku! Dasr gadis dengan dada rata! Jungkook Oppa tidak akan mau denganmu, sial!" balas Moonyoung.

Aku menggeleng kepala mendengar pertengkaran mereka. Aku tahu suamiku memang pria terkeren, tapi mereka tidak harus bertengkar seperti itu, kan? Dan ya, aku harus beruntung dengan kenyataan bahwa aku jarang memakai make up dan ukuran dadaku juga memuaskan. Hahaha

Aku melirik ponselku yang mendapat satu pesan baru.

From : Kookie Oppa
Makan siang di ruanganku. Lantai tiga, ruang paling pojok.

To : Kookie Oppa
Oke.

Aku tersenyum setelah membalas pesannya. Yah, biarkan saja gadis-gadis di hadapanku saling jambak memperebutkan Jeon Jungkook. Toh, orang yang mereka rebutkan sudah mutlak menjadi milikku.

"Maaf, teman-teman. Tapi untuk informasi kalian saja, Dosen Jeon tidak akan menjadi milik kalian," ujarku lirih sebelum pergi dari tempat itu. []


***
Hmm hmm hmm
Selamat malam minggu guyssss!!!

Makasih udah mampir!



Dear, Mr. JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang