Aku bangun dari tidurku dengan kepala yang terasa sedikit pusing. Mungkin ini salah satu efek obat tidur yang semalam ku konsumsi.
Semalam aku memang meminum obat tidur. Tubuhku sangat lelah namun mataku tetap tidak bisa terpejam. Dadaku berdetak kencang sekali saat melihat Jungkook yang tertidur di sebelahku. Pesona Jeon Jungkook memang tidak bisa ditangkis.
Mataku masih belum terbuka sempurna saat aku melihat Jungkook keluar dari kamar mandi. Ia tidak memakai baju, sial. Balok-balok di tubuhnya itu sangat mengganggu, ngomong-ngomong. Hatiku belum dipersiapkan untuk pemandangan indah di pagi hari seperti ini!
"Kau mau mandi?" ujar Jungkook.
"Uh? Y-ya. Aku akan mandi," jawabku.
Jungkook menjilat bibir bawahnya perlahan sebelum berujar, "Bisa kau segera mengganti pakaianmu? Itu sedikit--"
Aku melirik tubuhku. Ah, ya, aku masih memakai lingerie yang diberikan oleh Eunha. Wah, sekarang aku benar-benar terlihat seperti gadis agresif.
Aku pun segera menarik selimut untuk menutupi tubuhku. Wajahku terasa panas sehingga aku menunduk dalam.
"Eum, aku akan keluar. Kau bisa membersihkan dirimu," kata Jungkook. Aku melihat dia sudah memakai atasannya.
Baru saja dia akan membuka pintu kamar sebelum aku memanggil namanya. "Jungkook Oppa," panggilku.
Jungkook membalikkan badan dan menatapku dengan sebelah alis terangkat. "Ya?"
"Eung, aku … kau tahu, aku tidak punya pakaian, jadi … aku bertanya apakah kau punya pakaian? Maksudku … pakaian untukku."
"Kau bisa memakai pakaianku dulu. Aku mempunyai beberapa celana pendek yang sepertinya akan cukup untukmu. Kau juga bisa memakai kaosku."
Aku mengangguk. "Oppa, gomawo."
"Hm."
Aku menghembuskan napas lega saat Jungkook sudah keluar dari kamar. Rasanya seperti baru saja berlari maraton. Padahal aku hanya bicara beberapa kalimat pada Jungkook. Sumpah, rasanya aku bisa gila!
Aku bangun dari tempat tidur dan segera memasuki kamar mandi. Butuh sekitar lima belas menit untuk membersihkan diri. Aku pun keluar dengan handuk yang melilit dada hingga setengah pahaku.
Aku tengah mencari beberapa pakaian sebelum sesuatu yang aneh di kaca menarik perhatianku. Aku mendekatkan diri ke arah cermin besar seukuran tubuh Jungkook yang menempel di salah satu pintu lemari.
"Apa ini?"
Aku mengusap usap sebuah bercak merah yang berada di leher bagian bawahku.
"Bekas nyamuk? Tapi tidak mungkin sampai sebesar ini," gumamku. "Ah, mungkin karena terkena kalung yang kukenakan kemarin." Aku mengendikkan bahu dan kembali mencari beberapa pakaian.
***
Jungkook hampir mati tersedak susu coklatnya saat melihat tampilan sang istri.
Nara memakai kemeja putihnya dengan tanpa memakai celana. Bahkan kemeja itu hanya bisa menutupi setengah paha istrinya.
Oh, sial.
Jungkook bisa merasakan sisa hasratnya kembali terkumpul, membuat tubuhnya terasa gerah tiba-tiba.
"Nara, kau--" Jungkook tak kuasa melanjutkan kalimatnya.
"Maaf, Oppa. Aku mencari-cari celanamu yang pas untukku, namun tetap saja aku tak menemukan yang cukup. Aku jadi hanya memakai kemejamu." Nara mencoba menarik-narik ujung kemeja Jungkook, berharap kemeja itu bisa memanjangkan dirinya sendiri supaya dapat menutup kakinya.
Jungkook berkedip beberapa kali, menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran kotor di otak. Ia berdehem kecil. "Y-ya, tidak apa-apa. Kau makanlah."
Nara pun mendudukkan dirinya di meja makan, bersebrangan dengan Jungkook. Gadis itu mengambil roti lapisnya dan mulai makan dengan tenang.
Jungkook menatap lurus ke arah istrinya. Nara terlihat mengemaskan dengan kemejanya. Gadis itu bahkan harus menggulung lengan kemeja itu supaya bisa makan dengan baik. Rambut hitamnya yang dijepit asal hingga meninggalkan anak rambut, terkesan berantakan, tapi seksi.
"Oh iya, Oppa," kata Nara tiba-tiba.
Jungkook menaikkan kedua alisnya. "Hm? Kenapa?"
"Apa semalam kau merasa digigit sesuatu? Semut misalnya?"
"Tidak."
"Benarkah?" Nara bergumam. "Coba lihat ini, Oppa." Gadis itu menurunkan kerah kemejanya. Ia menunjukkan bercak merah yang menghiasi leher putihnya.
Saat itu juga, Jungkook kembali tersedak susu yang ia minum. Nara langsung panik dan bangkit mendekati suaminya. Menepuk-nepuk punggung Jungkook dan memberinya segelas air. "Kau baik-baik saja?" tanya gadis itu.
Jungkook mengangguk walau dia masih terbatuk-batuk. Sial, rasanya Jungkook ingin menenggelamkan dirinya. Tadi pagi, ia memang berniat untuk langsung mandi dan membereskan bagian bawah tubuhnya. Namun, Jungkook ternyata kalah oleh bagian liar dalam dirinya.
Awalnya Jungkook memang hanya mencuri ciuman di dahi Nara, tapi entah bagaimana ia justru berakhir dengan memberi tanda di tubuh gadisnya.
"Kau sungguh baik-baik saja?" tanya Nara lagi.
"Ya, aku sudah baik-baik saja. Terima kasih. Mungkin ada hewan kecil di minumanku yang membuat tersedak," kata Jungkook mencoba mencari alasan.
"Benar, Oppa. Sepertinya kita harus menyemprot rumah ini dengan obat anti serangga. Semalam aku yang digigit semut hingga leherku memerah, dan sekarang kau yang tersedak. Serangga memang menyebalkan!"
Dan Jungkook benar-benar tidak tahu harus menjawab bagaimana. []
***
Hayoloh Juki, kamu apain anak aing! Ckckck, maafkan kelakuan Bang Juki yang punya hormon berlebih :">Sudahlah, selamat bermalam Jum'at. Besok gue berangkat siang dan itu menyenangkan :))
Makasih udah mampir^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Jeon
Fiksi Penggemar"Because she thought that she was nothing even though she was something." Kadang, Nara bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana dia bisa menikah dengan pria sekeren Jeon Jungkook? Apa yang Jungkook lihat dari gadis biasa-biasa saja sepertinya? Namun...