Chapter 18

5.7K 494 7
                                    

Semilir angin sore hari menjadi penyejuk saat melakukan aktivitas olahraga. Kayla sedang asik bermain bola voli bersama teman-temannya. Ia nampak bahagia, entah apa yang membuat wanita itu terlihat lebih ceria dan bersemangat.

"Woy cewek club."

Kayla mematung mendengar suara itu. Lama terdiam ia membalikan badannya menatap pemilik suara.

"Ah, ternyata benar kamu wanita club? Hahah ... baru tau dan gak nyangka ada wanita club di sini. Seorang wanita club belajar di pesantren? Gak pantas! Gak pantas seorang wanita seperti kamu ada di sini! Ini bukan tempatnya. Mending Lo cari sekolah yang lain karena di sini bukan tempat lo. Aku kira kamu wanita baik, rupanya seorang wanita yang suka ke club dan menghabiskan waktu di sana. Astaghfirullah, gayanya aja sok alim rupanya mantan anak club." Sifa menghamburkan foto-foto Kayla tanpa hijab di depannya.

Mata Kayla memanas mendengar ucapan Sifa. Ucapan Sifa sangat menyakitkan baginya. Wanita itu berani membuka aibnya dan membuatnya kembali teringat masa lalu.

"Kalian harus tahu, wanita ini nih, dia suka ke club, mabuk-mabukan, entah apalagi mungkin jadi jalang juga."

Semua mata tertuju pada Kayla yang kini di selimuti amarah.

"Kalian mau liat Kayla dulu? Nih lihat!" Sifa membagikan foto-foto yang masih tersisa di tangannya.

"Astaghfirullah..."

"Gak nyangka ya?"

"Astaghfirullah ya Allah." Seperti itulah respon mereka saat melihat foto-foto Kayla.

"Lo gak pantas berubah, Kay. Lo sudah cocok kok jadi wanita malam."

"Terserah gue, mau gue berubah atau tidak bukan urusan kalian! jangan halangi perubahan gue! Apakah tidak boleh pendosa seperti gue ada di sini? Apa orang seperti gue tidak pantas untuk berubah? Iya, gue si pendosa yang masih jauh dari kata baik! Tapi jangan lihat gue dari masa lalu gue. Kalian tidak tahu betapa susahnya gue untuk meninggalkan masa lalu.
Kalian tidak tahu betapa susahnya menahan hasrat ini agar tidak kembali lagi ke sana."

"Widih dia marah nih. Walaupun sudah BERUBAH TAPI TETAP DI MATA KAMI KAMU WANITA JALANG! gak pantas lo ada di sini!"

"KAMU NGAJAK GUE BERANTEM HAH? Iya gue memang wanita nakal, gue tidak sebaik yang kalian kira, yang kalian lihat tapi salahkah jika gue ingin berubah? "

"Percuma Lo berhijab, Lo munafik."

"Apa yang lo mau sih? Dari kemarin selalu mencari masalah sama gue. Apa salah gue ke lo? Salahkah gue ingin berubah? Salahkah gue ingin mendekatiNya? Kenapa lo malah menghakimi masa lalu gue?"

"Lepas hijab itu, jangan bersembunyi dibalik hijab karena orang seperti Lo gal pantas memakai itu." Bukan berhenti Sifa terus membuat Kayla semakin marah.

"Oke, gue lepas hijab ini, mungkin bisa membuat lo berhenti mencari masalah sama gue." Tangan Kayla mulai mencari jarum pentul yang menancap di hijabnya. Dengan cepat Zahra datang dan menahan tangan Kayla untuk tidak benar-benar melepaskan hijabnya.

"Jangan lakukan itu, Kay! Jangan!"

"Gue memang tidak pantas pakai ini, Ra. Gue gak pantas hiks ... gue gak pantas."

"Jangan Kay, jangan!"

"Lepas, Lo gak pantas pakai itu!"

"SIFA!" Semua mata tertuju pada Fikri.

"Astaghfirullah, apa yang kamu lakukan?"

"U-ustadz?"

"SIFA! Ikut saya ke kantor! Zahra, bawa Kayla ke kamar!" titah Alifah yang sebenarnya dari tadi memperhatikan mereka.

Zahra dan Putri langsung memeluk Kayla dan menahan tangannya agar tidak melanjutkan melepaskan peniti hijab.

"Zahra, ajak Kayla ke kamar," ucap Fikri.

"Iya Ustadz. Ayo kita ke kamar," ucap Zahra langsung membantu Kayla menuju kamar dengan merengkuh tubuhnya.

"Semuanya kembali beraktivitas!" Semua kembali melanjutkan olahraga mereka.

"Salahkah aku ingin berubah? Apa memang gak pantas aku berubah menjadi lebih baik?"

"Semua orang berhak berubah, Kay. Dalam hidup ini memang kita banyak dihadapkan oleh sebuah pilihan, pintar-pintar kita untuk memilih seperti apa hidup yang terbaik untuk kita."

"Istighfar, Kay!" ucap Putri

"Astaghfirullah ... Astaghfirullah..."

Sesampainya di kamar, Kayla duduk menenangkan dirinya.

"Kenapa kamu seperti tadi? Menuruti keinginan dia? Mana Kayla yang tegar dan kuat itu?"

"Apa yang dia katakan memang benar tapi apakah orang pendosa sepertiku memang tidak layak ada di sini? tidak layak berhijab? Kalau iya oke aku akan keluar, aku juga tidak ingin menjadi orang munafik. Seharusnya aku tidak ada di sini, orang sepertiku tidak pantas ada di sini."

"Astaghfirullah ... Enggak Kay, bukan seperti itu, pendapat kamu salah. Selama kamu masih bisa bernapas kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik terbuka lebar untuk kamu, bukan tidak berhak, semua orang berhak berubah. Pesantren ini, tidak hanya untuk orang-orang yang kamu anggap baik, bukan Kay. Semua orang yang ada di pondok ini tidak semua mempunyai masa lalu yang baik, kebanyakan dari mereka juga mempunyai masa lalu buruk, atas izin Allah mereka ada di sini karena Allah mereka bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Kamu tahu? Surga itu di penuhi oleh pendosa-pendosa yang mau bertaubat dan neraka itu pula dipenuhi orang-orang alim namun mereka munafik."

"Seperti Sifa contohnya," ucap Putri

"Husss ... gak boleh gitu. Intinya kita tidak boleh sombong dan merasa lebih baik, lebih mulia dari orang lain. Hijrah ini memang kita akan di hadapkan oleh ujian, apa yang kamu alami hari ini termasuk ujian, Allah menguji agar iman kamu semakin kuat, itu juga salah satu proses pendewasaan diri. Hijrah memang berat, sulit dan banyak tantangan. Jangan dengarkan apa kata orang tentang diri kamu penilaian mereka tidak penting, Kay dan berhenti merendahkan diri kamu dengan mengira kamu tidak pantas ada di sini, berhenti berpikiran seperti itu," ucap Zahra.

"Terima kasih ya, terima kasih atas nasehatnya.Yang aku rasa kali ini, aku sudah kehilangan semangat untuk melanjutkan perjalanan ini, jujur aku merasa sudah tidak sanggup" ucap Kayla sambil terisak pelan.

Ucapan Sifa sungguh membuat mental Kayla menjadi lemah, membuatnya down dan membenarkan apa yang Sifa katakan, membuatnya ingin berhenti dan kembali ke kehidupan lama.

"Aku gak nyangka Sifa mengetahui hal ini, bagaimana bisa ia mendapat semua foto-foto itu, bahkan aku sendiri sudah tidak mempunyai semua foto itu."

"Pasti ada sebabnya, Kay. Dia benar-benar jahat, selalu saja mencari masalah sama kamu tapi kali ini dia kelewatan! Kamu tenang saja, Kay jika sudah berhadapan dengan Ustadzah Alifah dia tidak akan selamat. Ini termasuk bullying, dia sudah mempermalukan kamu di depan para santri. Sabar ya, Kay kuatkan lagi pundak kamu, kuatkan lagi iman kamu, ini ujian yang harus kamu hadapi." Putri memeluk Kayla. Mereka ikut sedih dengan apa yang sudah terjadi.


Jangan lupa vote!!!

Lelaki Untuk Kayla (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang